Sebuah kebohongan

3.1K 234 0
                                    

Happy reading


"Ternyata di cintai sama cowok yang kita sayang dan selalu prioritain kita seenak itu yah, Stev. Lo beruntung banget sih Stev ada di relationship yang sehat," ucap Azela sambil tersenyum senang. Ia senang mendengar cerita Stevie, Azela senang ketika tahu sahabatnya diperlukan baik oleh pacarnya dan sangat disayangi. Sampai suatu ketika Azela sadar bahwa ia juga butuh seperti itu, ia juga ingin Rayon memperlakukan dirinya dengan baik.

"Beruntung banget sih Zel punya cowok kek dia, padahal tuh dulu setiap punya pacar, gue selalu disia-siain Zel. Gak enak banget deh dulu,  tapi semenjak ketemu dia. Semuanya berubah Zel, gue di treat sebaik mungkin sama dia." Jelas Stevie sambil memakan mie ayam baksonya.

Azela tersenyum mendengarnya, andai saja Rayon mau berubah dan bisa memperlakukannya dengan baik pasti Azela akan sangat bahagia tapi di satu sisi Azela sadar bahwa kita tidak bisa membuat orang berubah, hanya dirinya sendiri lah yang bisa membuatnya berubah.

"Oiya, kemarin tuh Davin nanyain kamu loh. Besok-besok ke cafenya dia yuk," ajak Stevie.

"Oh ya? Davin bilang apa?" Tanya Azela penasaran.

"Dia nanyain kamu kenapa gak ikut gitukan, terus aku bilang aja kamu lagi bad mood, ya Davinnya nyuruh kita datang hari kamis. Ada menu baru di Cafenya Davin, dia mau kita nyobain menunya."

"Boleh deh, lagian kamis aku gak sibuk kok. Btw kamu ngajakin aku mulu perasaan, cowok kamu gimana? Aman?" Tanya Azela.

"Dia lagi sibuk Kuliah, lagian biar kamu gak di rumah aja. Suntuk tau di rumah mulu," jawab Stevie dengan ekspresi lucu.

Persetan dengan Rayon, Azela tak ingin berlarut terlalu lama dalam kesedihan. Ia juga butuh waktu untuk memulihkan moodnya, bukankah Rayon juga tak begitu perduli dan sekarang pun ia sedang bersenang-senang di luar sana dan tentunya dengan Fea.

Jam sudah menunjukkan pukul 20:00 Stevie pun mengantarkan Azela pulang ke rumahnya Rayon dan betapa kecewanya Azela saat melihat pekarangan rumah yang kosong dan biasanya pasti ada mobil Rayon yang terparkir disana tapi tidak dengan beberapa hari ini. Ini hari kelima, Rayon tak kunjung pulang atau bahkan sekedar singgah. Padahal semalam cowok itu mengatakan bahwa hanya pergi sebentar, bahkan nomornya sama sekali tidak bisa di hubungi.

"Kamu sendirian di rumah segede ini?" Tanya Stevie sambil memperhatikan rumah tersebut.

"Berdua sih sama Rayon, tapi Rayon lagi pulang ke rumah Omanya," jawab Azela bohong dan hanya dibalas anggukan pelan oleh Stevie. Gadis itu tampak percaya-percaya saja.

"Yaudah kalau ada apa-apa telphone gue aja yah! Ingat loh gak boleh sungkan sama gue! Okey?" Ujar Stevie dengan tulus.

"Okey deh makasih banyak yah Stev, bye!" Pamit Azela dan kemudian menutup pintu mobil milik Stevie.

Baru saja memasuki rumah, Azela sudah dapat kabar dari sala satu temannya Rayon bahwa Rayon sedang mabuk di sala satu Club dan hanya ada Rayon dan Farel disana dan Farel sedang membutuhkan bantuan untuk membawa Rayon pulang. Fea sendiri tak bisa dihubungi dan Farel memutuskan untuk menelphone sala satu dari kontak Rayon dan dimana nama yang tertera disana adalah 'Azela'.

Mengetahui bahwa kekasihnya dalam keadaan mabuk, Azela pun langsung memesan Taxi online dan segera menuju ketempat tujuan. Perasaannya campur aduk, ia benar-benar khawatir dengan Rayon. Bagaimana mungkin tak ada Fea disana, dimana gadis itu? Dalam keadaan seperti ini bisa-bisanya dia tak ada disamping Rayon.

Sesampainya disana, Azela pun memasuki Club tersebut dan tak membutuhkan waktu yang lama akhirnya Azela menemukan Farel dan Rayon. Terlihat Rayon yang hanya bisa terbaring di kursi dalam keadaan mabuk berat dan bahkan sudah tak sadarkan diri.

RAYON [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang