Ditinggal

3.2K 181 7
                                    

Di siang hari yang cerah itu, Azela dan Davin sedang berada di Rooftop bangunan lama. Azela sengaja mengajak Davin ke tempat itu, ia ingin menceritakan ke Davin penyakit yang ia derita. Azela merasa kalau ia harus menceritakannya kepada Davin karena  Davin adalah orang yang tepat.

Awalnya keduanya masih berbicara hal-hal random lainnya bahkan sedikit bercanda, hingga akhirnya Azela menatap Davin dengan tatapan yang sulit untuk diartikan.

"Tujuan gue ngajak lo kesini, gue pengen kasih tahu sesuatu sama lo. Tapi gue mau lo harus janji buat rahasiain ini," ucap Azela.

"Okey! Gue janji bakalan jaga semua rahasia lo," jawab Davin dengan bersungguh-sungguh.

"Gue punya penyakit Leukimia Vin, udah dua setengah tahun dan gue gak bilang ke siapa-siapa soal penyakit gue ini."

Davin sebenarnya sangat terkejut dengan pengakuan Azela tentang penyakitnya itu. Davin tahu bahwa penyakit yang Azela derita itu penyakit yang serius dan ditambah lagi Azela tak pernah menceritakan penyakitnya pada orang-orang yang ada di sekelilingnya, dan sekarang hanya Davin lah yang mengetahui hal ini.

Davin menggigit bibir bawahnya dan kemudian menghela napas pelan, satu tangannya menarik Azela ke dalam pelukannya. Davin tahu, ini tak mudah bagi Azela dan ia harus berjuang dalam penyakit yang di deritanya.

Azela hanya bisa diam dalam pelukan Davin, jujur saja ia ingin menangis saat ini juga tapi dengan sekuat tenaga ia menahannya. Azela tidak mau terlihat lemah.

"Kenapa lo gak ceritain dari awal ke orang terdekat Zel?" Tanya Davin pelan.

"Gue takut Vin, gue takut bebanin orang. Gue juga gak mau orang-orang kasihan sama gue cuman karena gue penyakitan," jawab Azela.

Davin mengerti dengan perasaan Azela. Cowok itu mengelus punggung Azela dengan lembut, Davin tak pernah bayangkan bagaimana jika ia di posisi Azela saat ini, apahkah ia akan kuat seperti Azela?

"Rayon juga pasti bakalan ninggalin gue kalau dia tahu gue penyakitan," ucap Azela.

"Jangan takut Zel, gue janji bakalan selalu ada! Gak ada yang perlu lo takuti sekarang dan satu lagi, gue bakalan bantu lo berjuang dari penyakit ini. Dont be afraid," jawab Davin.

Azela melepas pelukannya dari Davin dan kemudian gadis itu tersenyum tipis sambil menghela napas pelan.

Azela tak salah untuk menceritakan soal penyakitnya ini kepada Davin, toh dia juga mendapat respon yang baik dari Davin. Azela diperlakukan sangat baik oleh Davin selama ini dan hal ini membuat Azela menganggap bahwa Davin adalah seorang kakak laki-laki untuknya.

Bagi Davin, tak masalah cintanya tidak terbalaskan yang penting dekat dengan Azela seperti ini saja sudah cukup. Ia juga sadar, mencintai seseorang juga bukan berarti kita harus memilikinya. Davin juga tahu bahwa yang namanya cinta itu tak bisa di paksakan dan ia memilih berteman baik dengan Azela diiringi dengan rasa cinta dan sayang.

"Gue yang bakalan temani lo ke rumah sakit, jangan sungkan sama gue Zel."

Azela mengangguk sambil tersenyum senang. Azela bingung, ada cowok sebaik Davin ini. Melihat sifat Davin yang seperti ini selalu membuat Azela berharap bahwa Rayon memiliki sifat seperti Davin.

***

"Gimana hubungan lo sama Azela?" Tanya Farel sambil melumat puntung rokoknya di atas asbak.

Rayon awalnya terkejut, bagaimana Farel bisa mengetahui bahwa Azela adalah pacarnya? Itulah pertanyaan utama yang terlintas di otak Rayon.

RAYON [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang