Davin tak tahu apa yang terjadi dan apa yang menyebabkan Azela menangis seperti ini, ia menemukan gadis itu dalam keadaan tidak baik-baik saja dan jujur saja hal itu membuat Davin sangat khawatir pada Azela. Cowok itu dengan sigap menenangkan Azela dan membawa Azela masuk kedalam mobilnya, Davin pun menyeka air mata Azela yang membasahi pipinya dan tak lupa memberikan air mineral pada Azela.
Satu tangan Davin meraih punggung Azela dan mengelusnya dengan lembut, berharap Azela tenang. Dibiarkannya Azela menangis sepuasanya sampai gadis malang itu merasa sangat legah karena berhasil meluapkan emosinya dengan cara menangis.
"Gue hiks gue di usir sama pacar gue," ucap Azela sambil terus menangis.
Davin langsung menarik Azela kepelukannya, bagaimana mungkin seorang laki-laki tega mengusir perempuan selarut ini dan ditambah lagi Azela berjalan sendirian. Mendengar itu Davin ikut merasa sakit hati, dimana hati nurani Rayon sebagai manusia?
"Demi Fea dia ngusir gue Vin hiks, gue salah apa? Gue selalu ada buat dia Vin! Hiks gue mau pulang aja Vin."
Melihat Azela menangis seperti ini membuat hati Davin teriris mendengarnya, ia tak sanggup melihat Azela seperti ini.
Davin meraih pipi Azela dan menatap mata Azela dengan tulus.
"Gue antar lo pulang ke rumah yah, kita pulang sekarang. Ada gue yang antarin lo," ucap Davin dengan nada bicara yang kelewat lembut.
Azela mengangguk pelan.
Sukurnya saja malam itu Davin menemukan Azela, jika tidak? Davin khawatir sesuatu yang buruk akan menimpa Azela apalagi mengingat jalan yang Azela lewati sangatlah rawan akan kejahatan-kejahatan orang.
Mata Azela terlihat merah dan sembab, sepanjang perjalanan ia hanya bisa meneteskan air mata. Pertama kalinya dalam hubungan mereka Rayon tega mengusirnya padahal Rayon lah yang membawanya ke rumah itu dan selalu berharap agar Azela tak pernah meninggalkannya tapi malam ini juga Rayon sendirilah yang meginginkan Azela pergi bahkan ia mengatakan tak mau lagi melihat Azela dan malam itu juga Azela pastikan bahwa Rayon takkan pernah melihatnya lagi, toh itu kemauan Rayon.
***
Setelah kejadian malam dimana Azela di usir oleh Rayon, gadis itu memilih untuk berdiam diri dikamar bahkan beberapa kali asisten rumah tangganya mengetuk pintu untuk menyuruh Azela sarapan tapi ia tetap tidak mau keluar.
Rasanya seperti mimpi tapi sayangnya ini nyata, bahkan sekarang Azela kembali ke rumahnya. Mungkin benar firasat Azela selama ini bahwa Rayon mencinta dua orang sekaligus dan itulah mengapa ia tak bisa memilih antara Fea dan dirinya. Sifat Rayon yang seperti itu benar-benar membuat Azela yakin bahwa keduanya saling mencintai atau mungkin memiliki hubungan khusus yang di tutupi Rayon agar ia tak mengetahuinya.
Bahkan Azela masih ingat persis saat kejadian di club dimana Fea mengatakan bahwa ia adalah orang asing yang mengganggu kehidupan Rayon dan Fea. Jika hal itu benar bahwa Fea hanya orang asing juga di mata Rayon, ia ikhlas untuk pergi sekalipun ia masih sangat mencintai Rayon.
Lagi-lagi air matanya terus keluar hingga sekarang mata Azela terasa perih akibat menangis terus. Semuanya terasa sangat menyakitkan bagi Azela bahkan tak menyangka Rayon tega seperti itu.
Tok! Tok! Tok!
Suara keteukan pintu itu membuat Azela terdiam sebentar dan kemudian menghapus air matanya, entahlah ia tak tahu siapa yang mengetuk pintu dari luar tapi yang pastinya menurut Azela itu adalah Bu Mirna si asisten rumah tangga mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAYON [Tahap Revisi]
Teen FictionBanyak orang yang merasa kehilangan karena kurang menghargai arti sebuah kehadiran. Menceritakan tentang hubungan antara Rayon dan Azela dimana hubungan mereka masuk kedalam hubungan yang Toxic. Sosok Rayon yang lebih memilih Fea sahabatnya sendiri...