Penyesalan

4.6K 219 9
                                    

Malam itu Davin membawa Azela ke Cafe miliknya karena Stevie ingin sekali memperkenalkan pacarnya pada Azela, selama ini belum ada kesempatan dan untuk itu Rayon pun menjemput Azela.

Sesampainya disana, mereka berdua pun naik ke lantai dua Cafe milik Davin tersebut karena Stevie dan pacarnya memilih untuk duduk di atas agar lebih santai. Satu hal yang membuat Azela terkejut yaitu tentang pacarnya Stevie.

"Azela?"

"Farel?"

Mereka sentak saling terkejut karena ternyata pacarnya Stevie adalah Farel.

Stevie dan Davin saling menatap Azela dan Farel bergantian.

"Kalian kenal?" Ucap keduanya bersamaan.

Azela terkekeh pelan, dunia terasa begitu sempit padahal sekitar tiga hari yang lalu mereka berdua bertemu di kampus dan sekarang malah bertemu di Cafe milik Davin dan yang lebih mengejutkan lagi ternyata Farel adalah kekasihnya Stevie.

Farel pun menjelaskan pada Stevie dan juga Davin mengapa ia dan Azela bisa saling kenal dan Farel sendiri juga mengatakan bahwa ia juga sahabat Rayon, selama ini Stevie kurang tahu siapa saja teman-teman dekat Farel karena tidak begitu perduli dan Farel pun menjelaskannya agar tidak terjadi kesalah pahaman antara mereka.

"Kemarin pas di kos kamu aku pernah bilang Stev ke kamunya kalau Rayon teman dekatnya Farel," ucap Azela.

"Aku kirain bukan Farel cowok aku Zel heheh," jawab Stevie sambil cengigisan.

"Untuk sekarang ini mending lo fokus sama diri lo sendiri Zel, soal Rayon dia pasti balik ke lo kalau dia memang sayang sama lo kek yang dia bilang. Disini kita bakalan uji Rayon, apa benar dia sayang sama lo!" Tegas Farel yang diikuti anggukan oleh Davin dan juga Stevie.

"Tapi gue gak habis fikir deh dia tega banget ngusir Azela," gumam Davin.

"Itu tuh karena ada si Fea, Rayon tuh lemah banget kalau udah sama si Fea. Emang parah sih tu cewek," jawab Farel sambil menghisap batang rokoknya dan kemudian menghembuskannya secara perlahan.

Stevie mengerutkan keningnya dan menatap ketiga orang tersebut secara bergantian.

"Hah?! Di usir? Rayon ngusir kamu?!" Tanya Stevie.

"Wait wait wait, kenapa gue gak tahu apa-apa?! BENAR-BENAR YAH SI RAYON!" Ucap Stevie menaikkan nada suaranya dengan nada kesal.

"Sabar dulu baby," ucap Farel sambil menenangkan Stevie dan kemudian mengenggam tangannya dengan lembut.

"Tapi ini udah kelewat batas banget," jawab Stevie.

"Untuk saat ini biarin Azela tenangin semua pikirannya tanpa campur tangan Rayon, jumpa lagi sama Rayon sama dengan." Kata Farel.

Azela menghela napas pasrah, emang benar yang dikatakan oleh teman-temannya dan lagi pula untuk saat ini ia engan untuk bertemu dengan Rayon mengingat malam dimana ia di usir Azela jadi hilang respek pada Rayon.

Melihat Azela dalam keadaan pasrah membuat Davin spontan mengenggam tangan Azela dengan bertujuan agar gadis itu sedikit tenang dan tidak lagi merasa cemas. Saat Davin menatap mata Azela, ia merasa sangat aman dan damai. Tatapan itu terlihat sangat tulus dan Azela bisa merasakan hal itu.
Azela menahan air matanya, jujur saja ia ingin menangis karena sebelumnya tak pernah di perlakukan selembut ini oleh seseorang.

"Terkadang ada saatnya cinta terasa nyakitin banget," ucap Davin dengan suaranya yang kelewat lembut.

"Gue yakin lo bisa lewatin semua ini," lanjut Davin. Cowok itu selalu berusaha untuk meyakinkan Azela, sisi Davin yang inilah yang sangat di sukai Azela. Ia merasa di lindungi saat bersama dengan Davin.

RAYON [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang