Pagi itu Azela bangun lebih awal, gadis itu sudah duduk manis diatas sofa sambil membaca sebuah Novel. Hari ini ia ingin merasa lebih santai dan tentu saja ia tak boleh terlihat lemah di depan Fea karena pastinya cewek itu akan menyepelekannya.
Rayon baru saja keluar dari kamar dan mendapati Azela sedang duduk sendirian dan ia pun segera duduk di samping Azela dan kemudian menyandarkan kepalanya dengan manja di dada Azela. Melihat tingkah Rayon, Azela hanya bisa diam saja.
"Gimana tidurnya tadi malam? Nyenyak?" Tanya Rayon.
"Enggak," jawab Azela jujur.
"Nanti siang mau pergi bareng aku gak?" Tawar Rayon. Sebenarnya ini sedikit aneh karena tidak biasanya Rayon menawarkan hal seperti ini.
"Aku mau kalau cuman kita berdua, gak ada Fea atau siapa pun!" Tegas Azela.
Rayon tersenyum tipis dan mengangguk pelan. Ia ingin kali ini saja menuruti ucapan Azela. Satu tangan Rayon mengelus lembut punggung tangan Azela dan sesekali mengecupnya, cowok itu benar-benar merindukam Azela. Sudah lama mereka tak sedekat ini bahkan keduanya sedikit bercanda tadinya.
Azela selalu berandai jika tidak ada Fea pasti hubungan mereka terasa sangat menyenangkan. Sebenarnya Rayon sangat mudah terpengaruhi oleh Fea bahkan Azela sendiri bingung entah apa yang membuat Rayon seperti itu, cowok itu seperti bertekuk lutut pada Fea.
Seketika suasana menjadi hening, Azela menatap Rayon dengan tatapan yang dalam tapi matanya berkaca-kaca seperti menahan tangis. Rayon menangkap kedua pipi Azela dan saat itu juga tangisnya pecah begitu saja.
"Kamu sayang aku, Ray?" Tanya Azela beriringan dengan tangisnya. Entah apa yang membuatnya tiba-tiba menangis seperti ini.
Rayon menggigit bibir bawahnya sambil terus menatap Azela dan sesekali menghapus air mata gadis itu yang jatuh begitu saja di pipinya dengan ibu jarinya.
"Aku sayang sama kamu Zel," jawab Rayon dengan jujur.
"RAYON!"
Suara teriakan Fea berhasil membuat Rayon terkejut dan cowok itu langsung berlari menuju kamar yang di tidur oleh Fea, mendengar teriakan itu langsung membuat Rayon panik sedangkan Azela tak perduli sama sekali. Gadis itu masih duduk di sofa dengan tatapan kosong bahkan ia tidak ingin tahu apa yang terjadi pada Fea di dalam sana.
"Ray! Aku takut sendirian," ucap Fea sambil berlari kearah Rayon dan kemudian memeluk cowok itu dengan sangat erat.
Rayon pun segera menenangkan Fea sambil mengelus punggungnya dengan lembut.
Azela yang melihat itu hanya bisa menggigit bibirnya hingga bibirnya mengeluarkan sedikit darah, pemandangan ini benar-benar membuatnya sedih dan marah. Cewek mana yang sanggup lihat cowoknya di peluk cewek lain? Siapapun pasti tidak akan sanggup.
Azela memilih masuk ke dalam kamarnya dan duduk diatas kasur sambil menangis, Azela cemburu saat melihat Rayon begitu perduli pada Fea bahkan ia sangat menjaga Fea. Berbeda dengannya, Azela memang sering di perlakukan tidak adil oleh Rayon tapi Rayon tak pernah sadar akan hal itu.
Yang dipikiran Azela adalah, mengapa Rayon tak pernah memikirkan perasaannya? Azela pun lelah saat di perlakukan tidak adil seperti ini.
Tiba-tiba saja Rayon masuk ke dalam kamar Azela dan terlihat jelas bahwa Azela sedang menangis disana tapi Rayon malah mengacuhkan gadis itu, Rayon pergi setelah meraih kunci mobilnya yang berada di atas meja rias milik Azela dan setelah itu Rayon pergi.
"Lagi-lagi karena Fea," gumam Azela sambil tersenyum miris.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
RAYON [Tahap Revisi]
Teen FictionBanyak orang yang merasa kehilangan karena kurang menghargai arti sebuah kehadiran. Menceritakan tentang hubungan antara Rayon dan Azela dimana hubungan mereka masuk kedalam hubungan yang Toxic. Sosok Rayon yang lebih memilih Fea sahabatnya sendiri...