"Udah tiga hari gak lihat Azela," gumam Davin sambil meraih sebatang rokoknya dan kemudian membakar ujungnya.
Stevie yang duduk di depan Davin hanya bisa menghela napas gusar dan kemudian menatap Davin dengan ekspresi datar.
"Azela gak bisa kemana-mana saat ini, Davin gak ijinin dia buat keluar."
Tebakan Davin ternyata benar bahwa Rayon lah dalang semuanya sehingga ia tak melihat Azela selama tiga hari ini. Bahkan sosial media Azela tidak aktif selama tiga hari ini. Davin sebenarnya ingin menghampiri Azela di rumah Rayon tapi sayangnya itu ide yang buruk, yang ada akan memperkeruh suasana.
"Gue khawatir," ucap Davin pelan.
"Gue bingung, kenapa mereka berdua gak milih buat pisah aja? Hubungan mereka tuh toxic banget malahan! Sekarang aja Rayon lebih milih Fea," ungkap Stevie.
"Mereka masih sama-sama cinta, biarin ajalah. Nanti juga capek sendiri," jawab Davin santai.
Stevie memajukan tubuhnya dan menatap Davin dengan serius.
"Lo gak ada niatan buat rusak hubungan mereka? Dan setelah itu Azela bakalan jadi milik lo," ucap Stevie.
Mendengar hal itu ia hanya bisa terkekeh pelan, itu benar-benar bukan sifatnya dan tentu saja Davin tidak melakukan tindakan kotor seperti itu.
"Gue gak mau ngerusak kebahagiaan orang lain. Sekalinya pun gue cinta ke Azela, gue gak akan rusak hubungan dia sama Rayon. Cinta itu gak bisa di paksa Stev," jawab Davin dengan tenang.
"Tapi mereka gak bahagia, Azela juga gak bahagia."
"Tapi mereka saling mencintai," jawab Davin tak mau kalah.
"Mencintai seseorang bukan berarti kita harus bisa memilikinya," lanjut Davin.
Ia sangat ingin Stevie tahu bahwa hal seperti itu tidak akan ia lakukan dan itu bukan sifatnya Davin. Davin tahu bahwa Stevie ingin yang terbaik untuk Azela tapi bagi Rayon belum tentu apa yang di mau Stevie baik untuk Azela.
Davin sendiri tidak mau egois demi mendapatkan Azela karena ia tahu bahwa skenario Tuhan lebih baik akan hal ini.
"Emang lo mau cinta bertepuk sebelah tangan?" Tanya Stevie.
Davin tak menjawabnya. Cowok itu memilih diam sambil tersenyum tipis, bahkan bibirnya tak tahu mau mengatakan apalagi.
"Coba deh nanti sore lo temui Azela, gue cuman pengen tahu kalau dia emang baik-baik aja. Kasian dia," ucap Davin.
"Gue emang ada rencana sih buat kesana. Gue juga takut dia kenapa-napa," jawab Stevie yang juga sedikit panik.
Perasaan Davin pada Azela bukan lagi sebatas teman tapi perasaan itu telah berubah menjadi cinta dan nyaman. Davin merasa sangat nyaman saat bersama dengan Azela dan ia senang setiap kali bertemu dengan Azela tapi sayangnya ia sadar posisi bahwa Azela itu sudah punya pacar.
Mengingat Rayon yang kasar dan selalu sepele terhadap Azela membuat Davin sangat ingin melindungi Azela dan selalu menjaga gadis itu dan membuatnya nyaman, hanya itu yang ingin Davin lakukan pada Azela.
***
"Mau kemana?" Tanya Azela pada Rayon.
Cowok yang pakai kaos navy dan celana jeans hitam tersebut seketika terdiam di tempat saat mendapati Azela yang tiba-tiba keluar dari kamar.
"Nongkrong bentar," jawan Rayon sambil meraih helmnya.
Azela tersenyum miring dan kemudian menghampiri Rayon.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAYON [Tahap Revisi]
Teen FictionBanyak orang yang merasa kehilangan karena kurang menghargai arti sebuah kehadiran. Menceritakan tentang hubungan antara Rayon dan Azela dimana hubungan mereka masuk kedalam hubungan yang Toxic. Sosok Rayon yang lebih memilih Fea sahabatnya sendiri...