Hampa

2.8K 170 9
                                    

Azela berlari ke Toilet, lagi-lagi ia mual dan kepalanya terasa sangat sakit. Hari ini terasa kacau sekali baginya padahal ia masih berada di kampus. Baru saja tadi pagi ia mimisan dan sekarang malah mual dan pusing padahal Azela selalu rutin meminum obatnya dan juga istirahat yang cukup.

Azela memejamkan matanya sebentar dan kemudian segara keluar dari Toilet tapi saat Azela baru saja membuka pintu Toilet tersebut, ia di kejutkan dengan Rayon yang sudah berdiri disana yang Azela sendiri tidak tahu sejak kapan Rayon berada disana.

"Kamu kenapa?" Tanya Rayon selidik.

Azela menatap Rayon sebentar.

"Gapapa," jawab Azela acuh.

"Gapapa gimana? Kamu pucat banget," balas Rayon.

"Ngapai kamu sok perduli? Aku kan orang asing," kata Azela dengan sengit.

Rayon memejamkan matanya sebentar dan kemudian maju satu langkah kearah Azela sehingga sekarang posisi mereka sangat dekat.

"Salah?" Tanya Rayon.

"Udah tahu malah nanyak lagi! Gila yah," jawab Azela dan kemudian pergi meninggalkan Rayon yang masih berdiri di depan pintu Toilet.

Azela menepis air matanya yang menetes di pipinya dan kemudian memutuskan untuk duduk di dekat perpustakaan. Ia tak sanggup lagi untuk terus berjalan ke ruangannya sehingga memutuskan untuk beristirahat sejenak.

Azela menatap kosong dingding yang bercat putih yang berada tepat di depannya sampai dimana tiba-tiba Rayon muncul lagi dan kemudian duduk disamping Azela sambil menyodorkan sebotol air mineral.

Azela melirik botol tersebut dan kemudian mengambilnya dari Rayon.

"Thanks," ucapnya pelan.

Rayon mengangguk.

"Kamu kenapa?" Tanya Rayon berusaha buat bicara dengan nada yang lembut.

"Aku gapapa, aku cuman kecapekan. Kamu ngapain sih samperin aku?" Tanya Azela.

"Aku khawatir, aku masih pacar kamu Zel. Wajar aku samperin kamu," jawab Rayon.

"Aku cuman orang asing. Lagian aku udah anggap hubungan kita selesai," balas Azela dan kemudian menggigit bibir bawahnya.

Rayon menaikkan satu alisnya dan kemudian menatap Azela tanpa ekspresi, sorot matanya begitu jelas untuk menandakan bahwa ia tak setuju.

"Selesai? Kita gak boleh putus, kamu tetap punya aku! Paham?"

Azela melemparkan tatapan kesal pada Rayon, ia benar-benar lelah tapi kenapa Rayon masih saja mempertahankan hubungan ini? Bahkan hubungan mereka seperti tidak layak lagi untuk di teruskan.

Azela menggelengkan kepalanya sambil menatap Rayon.

"Aku bukan punya kamu lagi dan kamu bukan Rayon, Rayon yang aku kenal gak pernah kasar ke aku, dia juga selalu ada buat aku, dan dia juga pernah khianati aku. Rayon yang aku kenal udah lama mati," ucap Azela dengan lantang. Terdengar suaranya sedikit bergetar, hatinya terasa sakit saat mengucapkan itu. Memang benar bahwa sifat Rayon yang dulu sudah lama mati dan sifat Rayon yang sekarang membuat Azela mengakui bahwa itu bukanlah sosok Rayon yang ia kenal dulu.

"Muka kamu memang masih sama kek dulu tapi enggak sama sifat kamu," lanjut Azela.

Rayon meraih tangan Azela dan kemudian menggenggam erat tangan gadis itu.

"Tapi aku sayang sama kamu Zel dan masih sama kek dulu," gumam Rayon.

"Terserah kamu mau bilang apa. aku benar-benar capek banget, disini aku yang selalu berjuang tapi ujung-ujungnya perjuangan aku terasa sia-sia. Semuanya gak bernilai dimata kamu," jawab Azela.

RAYON [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang