Malam yang hancur

3K 227 0
                                    

Baru saja Azela membuka pintu kamarnya, ia malah pas-pasan malam itu dengan Rayon. Terlihat keduanya berpakaian yang sangat rapi tentunya, kalau Rayon sudah tertebak kemana ia akan pergi dan dengan siapa. Rayon menatap Azela dari atas sampai bawah, kemana Azela akan pergi malam ini? Dan itulah pertanyaan yang terlintas di pikiran Rayon.

Azela menatap jaket kulit yang sedang di kenakan oleh Rayon dan bisa dilihat ada tulisan kecil yang bertuliskan Rayon Avegar disana, sepertinya Rayon tidak akan ke Club malam ini melainkan akan ikut balapan. Azela menatap Rayon sekilas dan kemudian tangannya beralih untuk mengambil sepatu putihnya yang tersusun rapi di dalam lemari kecil.

"Mau kemana?" Tanya Rayon penasaran sambil terus mengikuti Azela ke dapur untuk mengambil Handphonenya yang ketinggalan.

"Nongkrong ke Cafe bareng Stevie," jawab Azela singkat.

"Berdua doang?" Tanya Rayon dengan tatapan sedikit curiga.

"Yaialah," jawab Azela.

"Yakin gak ada cowoknya?"

Azela menghela nafas gusar dan kemudian menatap Rayon dengan malas.

"Kamu gak mau nanyak aku mau pergi kemana?" Tanya Rayon sambil menghalangi jalan Azela.

"Gak usah pun aku tanya aku juga tahu jawabannya," jawab Azela dengan sinis.

Rayon menghela nafas panjang dan kemudian meraih kedua bahu Azela dan menatap kekasihnya itu dengan dalam, ini sudah jam sembilan malam dan Rayon tak mau Azela keluar selarut ini apalagi ia akan pergi balapan yang otomatis pulang subuh. Rayon takut terjadi sesuatu pada Azela dan ia tak tahu.

"Jangan keluar malam ini Zel, di rumah aja. Malam ini aja," pinta Rayon dengan tatapan memohon agar gadis itu tetap dirumah malam ini.

"Apaan sih!" Jawab Azela kesal padahal baru kali ini ia berniat keluar malam tapi Rayaon malah melarangnya.

"Pasti ada cowok'kan disana yang mau kamu temui!" Bentak Rayon, cowok itu sedikit cemburu ketika gadis itu hendak pergi malam ini. Ia takut jika ada laki-laki lain yang juga ikut bergabung dengan Azela.

Azela menepis tangan Rayon dari bahunya dengan kasar dan menatap Rayon dengan tatapan kesal, ia paling tak suka jika Rayon mencurigainya seperti itu. Seolah-olah seperti wanita gampangan, Azela benci jika di curigai seperti itu.

"Ini gak biasanya kamu keluar malam!"

"Aku pergi sama Stevie!" Balas Azela tak kalah kuat.

"Kamu kenapa sih gak percaya sama aku? Kalau aku gak pergi malam ini, kamu juga gak boleh pergi!"

"Aneh tahu gak? Gak biasanya kamu kek gini, gak biasanya kamu ngotot keluar malam kek gini! Siapa sih yang mau dilihat disana?"

Azela memicingkan matanya, ia meraih kerah jaket itu dan kemudian mendekatkan wajahnya pada Rayon.

"Gilak yah kamu? Udah jelas-jelas aku ngomong kalau aku mau pergi sama Stevie nongkrong di Cafe dan kita cuman berdua! Ada yang mau di omongin, emang salah yah kalau sesekali aku pengen keluar malam?" Tanya Azela.

"Kamu malah seenaknya nuduh aku yang enggak-enggak, kamu pikir aku kek kamu apa? Kamu curiga ada cowok lain disana? Kalau gitu ayok ikut, biar kamu percaya!" Lanjut Azela sambil menekankan nada suaranya, rasanya ia muak sekali dengan Rayon. Cowok itu selalu bersikap egois dan tidak pernah mementingkan perasaannya.

Rayon menggigit bibir bawahnya dan kemudian membuang muka sambil menepis tangan Azela yang dari tadi meremas kerah jaketnya.

"Maksud kamu ngomong kek gitu apa?" Tanya Rayon pelan, tatapannya tajam dan satu tangannya meraih tengkuk leher Azela.

RAYON [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang