Playing victim

2.8K 183 14
                                    

Mungkin Azela tidak seberuntung orang-orang yang mendapatkan pacar yang baik dan penuh perhatian dan ditambah lagi orang tuanya yang selalu sibuk dan tidak ingin tahu apa yang Azela lakukan. Tapi di satu sisi ia merasa sangat beruntung memiliki teman-teman yang baik dan sayang padanya. Kehadiran Davin membuat hidupnya terasa hidup lagi, sosok Davin yang ia anggap sebagai Kakak laki-laki membuat Azela merasa yakin bahwa Davin itu seperti sosok malaikat yang selalu membantunya.

Ini hari kelima Azela tinggal di dalam Apartemen Davin bahkan terkadang Farel dan Stevie datang untuk menemui Azela sedangkan Davin, cowok itu selalu datang saat pagi dan malam. Di tengah-tengah kesibukannya ia selalu menyempatkan diri untuk menemui Azela.

Azela butuh istirahat dan butuh tempat untuk menenangkan hati serta pikirannya. Disaat Rayon tega meninggalkannya hari itu, Azela merasa terluka. Memang benar Rayon itu sulit untuk ditebak, di satu saat bisa romantis dan berperilaku baik dan di satu saatnya lagi ia akan menyakitkan. Kejadian itu masih terbayang-bayang di kepala Azela.

"Kenapa Rayon lebih prioritasin Fea daripada aku? Apa ada sesuatu diantara mereka? Padahal aku sendiri gak rasain yang Fea rasain," gumam Azela.

Di kesendirian Azela, akhirnya Davin datang untuk menemuinya. Terlihat bahwa Davin membawa beberapa makanan untuk Azela. Cowok itu selalu memberikan perhatian lebih pada Azela dan bahkan ia selalu mengontrol kesehatan Azela apalagi mengingat Azela mengidap leukimia dan hal itu membuat Davin waspada akan kesehatan Azela.

"Ini jadwalnya makan, yuk makan. Gue udah bawain makanan enak khusus buat lo," ucap Davin sambil mengeluarkan makanan yang ia bawa dari dalam pelastik.

Azela tersenyum senang melihat Davin,  ia tak pernah di perlakukan sebaik ini dan Davin terlihat sanga tulus pada dirinya. Jujur, hal ini membuat Azela sangat senang.

"Banyak banget," ucap Azela sambil duduk di kursi.

"Biar lo cepat sehat Zel," jawab Davin.

Azela mengangguk pelan sambil meraih makan siangnya yang sudah disiapkan oleh Davin.

Tak sengaja, mata Davin terfokus pada wajah Azela yang terlihat pucat.

"Zel, lo gapapakan? Muka lo pucat banget," ucap Davin dengan nada khawatir.

Azela terdiam sebentar dan kemudian tersenyum tipis menandakan bahwa ia merasa baik-baik saja walaupun ia merasa sedikit lemas.

"Gue gapapa Vin, ini cuman karena gue belum minum obat aja."

"Obat lo dimana? Biar gue ambilin, habis makan lo harus minum obat."

"Obat gue diatas meja, nanti aja gue yang ambil."

Tak menunggu waktu lama, Davin langsung mengambil obat milik Azela dan kemudian meletakkanya disamping Azela agar gadis itu tak lupa untuk meminum obatnya.

"Vin," panggil Azela.

"Kenapa?" Tanya Davin ramah.

Azela menatap mata Davin dengan tatapan dalam.

"Seandainya gue tiba-tiba dilarikan ke rumah sakit, lo tetap maukan temani gue disana?" Tanya Azela dengan matanya yang senduh.

"Pasti Zel, gue bakalan ada disamping lo, gue janji!" Jawab Davin.

"Makin hari gue ngerasa takut kalau nanti sampai di stadium akhir, pasti bakalan lebih sakit dan bakalan makin sering di rumah sakit atau bakalan tetap di rawat di rumah sakit."

"Lo harus kuat Zel, gue yakin pasti lo sembuh. Disini masih banyak yang sayang sama lo," ucap Davin yang bangkit dari kursinya dan kemudian langsung memeluk Azela. Ia tak ingin kehilangan Azela. Davin lebih memilih melihat Azela bersama laki-laki lain daripada harus menabur bunga nantinya di kuburan milik Azela.

RAYON [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang