Fakta

2.9K 186 9
                                    

Rayon menatap beberapa obat-obatan yang ada diatas meja tersebut dengan penuh tanda tanya dan pastinya obat-obatan itu milik Azela tapi di satu sisi ia sangat penasaran akan obat tersebut.

"Kamu sakit apa?" Tanya Rayon pada Azela.

Azela diam sesaat sambil menatap obat yang Rayon pegang tersebut.

"Cuman lagi gak enak badan," jawabnya singkat dan kemudian merebut obatnya dari tangan Rayon.

"Gak enak badan? Segini banyak obatnya?"

Azela diam, ia engan untuk menjawabnya tapi Rayon masih penasaran tentang obat itu.

Satu alis Rayon naik dan kemudian menarik Azela pelan, matanya menatap mata Azela dengan dalam tapi sayangnya Azela langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain.

Kemudian Rayon mengambil obat tersebut dari tangan Azela.

"Aku cuman pengen lihat obatnya," ucap Rayon sambil mengamati tiga jenis obat tersebut.

"Ini resep Dokter keknya, kamu gapapakan? Atau kita ke rumah sakit sekarang?" Tanya Rayon dengan penuh perhatian.

Azela menundukkan kepalanya sambil menahan air matanya agar tidak jatuh.

"Gak usah," jawabnya pelan.

Rayon meraih wajah Azela dan kemudian menarik tubuh Azela pelan ke dalam pelukannya. Rayon mengelus lembut punggung Azela dan kemudian mengecup puncak kepalanya, Azela merasa sangat tenang seketika. Gadis itu memejamkan matanya dan merasakan pelukan yang Rayon berikan dan satu tangan Azela menepuk lembut punggung Rayon.

Pelukan ini seperti obat bagi Azela yang hanya bisa menenangkannya sementara.

"Maaf, aku benar-benar minta maaf. Harusnya aku perhatiin kondisi kamu," gumam Rayon sambil memejamkan matanya dan cowok itu mengeratkan pelukannya.

Azela sudah tidak tahan lagi membendung air matanya dan seketika tangisnya pecah dalam pelukan Rayon, ia ingin Rayon seperti ini terus. Azela menangis sejadi-jadinya bahkan obat yang ia pegang tadi sampai terjatuh ke lantai, sekujur tubuhnya terasa lemas.

Rayon menenangkan Azela dan menghapus air mata kekasihnya itu dengan ibu jarinya, ditatapnya kekasihnya dengan tatapan penuh arti dan sesekali mengecup kening Azela.

"Don't cry Azela," ucap Rayon dengan lembut.

"Aku harus gimana Ray?" Tanya Azela dengan mata yang sembab.

"Kenapa?" Tanya Rayon bingung.

"Aku takut kalau kita selesai," jawab Azela.

"Kalau hubungan kita selesai aku sama siapa Zel? Aku udah bilang aku gak akan mau pisah sama kamu!" Tegas Rayon.

Azela menggelengkan kepalanya pelan sambil tersenyum miris. Rayon terus menatap Azela dan setelah itu meraih kedua pipi Azela.

"Kita gak boleh pisah, apapun yang terjadi!"

"Kamu sadar gak sih Ray hubungan kita tuh toxic banget?"

"I KNOW! Aku gak bisa kalau gak sama kamu Zel sekalipun aku sama Fea!" Jawab Rayon.

Azela menghela napas pelan dan kemudian membawa Rayon kepelukannya, cowok itu bersi keras untuk tidak ingin berpisah. Bukannya tidak cinta lagi tapi Azela ingin Rayon tahu bahwa hubungan mereka sangat toxic dan jalan satu-satunya adalah mengikhlaskan hubungan ini berakhir di satu sisi Azela sangat mencintai Rayon tapi ia merasa lelah dengan hubungan seperti ini.

"Aku juga pengen damai, aku juga pengen hubungan kita kek dulu lagi Zel. Aku berusaha," ucap Rayon.

"Aku tahu kalau kamu tertekan selama dua tahun ini, aku juga sadar kalau kamu risih sama Fea, aku jahat Zel dan aku tahu itu. Aku bakalan berusaha buat jadi yang terbaik dan tolong jangan pernah omongin tentang perpisahan, aku gak mau Zel."

RAYON [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang