"Rayon sahabat kamu?!" Tanya Stevie memastikan sambil menatap pacarnya itu dengan terkejut, ia tidak pernah tahu kalau Farel sahabatan dengan Rayon dan ditambah lagi Farel memang hampir tidak pernah menceritakan tentang Rayon padanya karena Farel juga tidak begitu tahu akan kehidupan Rayon yang sebenarnya. Cowok yang bernama Rayon itu katanya memang tertutup.
"Iya," jawab Farel singkat sambil menghela rambut panjang dan berwarna coklat milik Stevie ke belakang.
"Kamu sahabatan sama pacarnya Azela dan aku sahabatan sama Azela, kamu ada di pihak siapa?" Tanya Stevie mengintrogasi.
"Ya di pihak kamu lah! Aku kecewa sama Rayon, bisa-bisanya dia lembut sama Fea tapi sama ceweknya sendiri malah kasar kek gitu, tapi kamu tahu gak sih. Aku sering lihat ceweknya Rayon itu dirumah terus dia juga ngakunya sepupu Rayon," ucap Farel.
Stevie menghela nafas gusar.
"Rayon gak mau hubungan mereka di publish," jawab Stevie.
"Gila tuh orang, padahal ceweknya sebaik itu malah di sia-siain. Tapi si Fea itu emang gatal banget jadi cewek, benalu tahu gak? Ngekor mulu kemana-mana!"
"Diakan lonte!" Ucap Stevie sarkas hingga semua mata tertuju padanya.
Farel hanya bisa terkekeh mendengarnya, pacarnya itu emang sangat toxic jika sudah tidak suka dengan sala satu orang.
Ditaman itulah Stevie menceritakan semuanya pada Farel mulai dari awal hingga akhir dan begitu juga dengan Farel yang menceritakan mengenai hubungan dengan Rayon dan sekarang ini mereka tengah fokus untuk melindungi Azela. Farel pun tidak tega saat mengetahui bahwa Azela sering mendapatkan kekerasan fisik dari Rayon. Farel yang mengetahui itu bahkan tak habis fikir, Farel kira selama ini Rayon sosok cowok baik karena ia bisa melihat bagaimana Rayon memperlakukan Fea dan ternyata itu berbanding terbalik dengan apa yang ia lakukan terhadap pacarnya di rumah.
Jam sudah menunjukkan pukul 2:45 Farel dan juga Stevie masih belum pulang, ada banyak hal yang mereka ceritakan di taman itu. Mereka juga tengah menyusun rencana bagaimana agar Azela aman dari Rayon, bagaimana agar gadis itu tidak lagi merasa tertekan.
"Tapi aku suka lihat Azela sama Davin, Davin juga orangnya baik." Ucap Stevie.
"Mereka udah dekat?" Tanya Farel penasaran.
"Dibilang dekat banget sih enggak cuman Davin perduli banget sama Azela, tadi pagi dia sempatin diri buat obatin Azela."
Farel tertawa pelan, ia sudah bisa membayangkannya.
"Dia suka tuh pasti sama Azela," jawab Farel.
"Dia emang suka tau," balas Stevie.
***
Siang itu Rayon pulang ke rumahnya, ia melangkahkan kakinya memasuki kamarnya dan kemudian duduk di pinggir tempat tidur. Tatapannya kosong, kejadian tadi pagi masih terngiang-ngiang di kepalanya dan bahkan kejadian tadi malam, dimana saat ia memukuli Azela pun terputar dikepalanya. Rayon masih diam sambil mengingat semua kejadian itu.
Rayon memejamkan matanya sejenak dan dikepalanya tangannya, entah kenapa ia merasa di lema. Ia tidak bisa memilih antara Fea dan Azela, ia tidak bisa melepaskan Azela begitu saja. Pasalnya ia sangat mencintai gadis itu tapi di sisi lain Rayon berfikir, kenapa ia tidak bisa lepas dari Fea? Disaat bersamaan rasa cintanya hanya ada pada Azela. Mungkin kalau di tanya tentang perasaannya pada Fea, Rayon bisa menjamin kalau ia tidak memiliki perasaan apapun pada Fea. Mungkin Stevie benar, Fea hanya sebatas pemuas nafsunya saja karena ia tidak bisa melakukan itu pada Azela. Rayon tidak mau merusak Azela dan ia melampiaskan itu pada Fea. Di satu sisi ia merasa bersalah pada Fea, ia tidak mau kalau sahabatnya itu di cap sebagai jalang dan ia merasa bertanggung jawab untuk melindungi Fea karena telah merusaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAYON [Tahap Revisi]
Teen FictionBanyak orang yang merasa kehilangan karena kurang menghargai arti sebuah kehadiran. Menceritakan tentang hubungan antara Rayon dan Azela dimana hubungan mereka masuk kedalam hubungan yang Toxic. Sosok Rayon yang lebih memilih Fea sahabatnya sendiri...