XXIV - The Best Mistake

16.3K 1.4K 384
                                    

Hati-hati ya. Pertimbangkan umur ya. Maaf ya. Mwa x

Jangan lupa vote atau masukkan ya <3

***

Hitting every red light
Kissing at the stop signs, darling
Green Day's on the radio
And everything is alright
Now we're turning off the headlights, darling
We're just taking it slow

We're taking the long way home.
We're taking the long way home.
We're taking the long way home.

"That was great, lads." Seorang pria masuk ke garasi setelah mereka selesai latihan. Pujian itu membuat mereka tersipu. "Tidak sia-sia aku memberikan garasi bagian barat ini pada kalian."

"Dan kami sangat berterimakasih..." Salah satu dari mereka berpikir sejenak sebelum menyambung lagi, ".. Paman." Temannya yang berada di samping tertawa. "Dia menyuruhku memanggilmu 'ayah', tapi aku tidak enak hati."

Pria itu juga ikut tertawa sebelum merangkul anak lelaki itu yang berperawakan sedikit lebih tinggi darinya. "Apa rencanamu setelah lulus SMA?"

"Uh..." Ia saling bertatapan dengan temannya. "Kuliah, tentu saja." Jawabnya mantap.

"Selain itu?"

"Aku... belum memikirkan lagi."

Mendengar jawaban yang terakhir, pria itu semakin senang. Peluang kepada niatannya semakin terbuka. "Aku punya tawaran untukmu." Mereka berdua mengerutkan dahi. "Perusahaan kami sedang mencari artis baru yang masih muda dan segar,"

Mereka sama-sama terbelalak, mengerti kemana percakapan ini mengarah.

"Kau mau bergabung?"

Dan dugaan mereka benar. Anak lelaki yang satunya tidak menyangka ayahnya sendiri  akan melontarkan kata-kata itu. Tiga kata yang menjadi dambaan setiap musisi, karena label yang dimiliki ayahnya sangat besar dan sudah dikenal mancanegara.

"Tentu saja kami mau, dad!" Jawabnya antusias.

Namun pria itu malah menatap anaknya dengan dingin, "Ayah tidak menawarkanmu, tapi dia. Jangan harap kau bisa menjadi penyanyi atau musisi, masa depanmu nanti adalah duduk manis di ruanganku meneruskan memimpin perusahaan ini."

Ucapan pedas ayahnya terlalu membuat sakit hati. Ia bersumpah tidak akan berada di jabatan itu.

***

Liam mempertajam pendengarannya. Ia makin merapatkan telinganya pada daun pintu kamar Ari. Senyum liciknya tersungging mengetahui si sasaran sudah datang. Di belakang Liam, para pelayan dan penjaga sedang menunggu aba-aba dari tuannya.

Liam sengaja menyuruh bodyguardnya untuk tidak menjaga pintu gerbang, dan tidak disangka, lelaki yang disebut-sebut bernama 'Zayn' itu dengan bodohnya memanjat gerbang dan berhasil masuk tanpa rasa curiga. Dia merinding jijik, apa yang dilakukan Zayn mengingatkannya pada Romeo dan Juliet. Liam penasaran seperti apa wajahnya. Ya, dia memang pernah melihatnya, tapi hanya sekilas—karena waktu itu Liam langsung membanting pintu. Apa yang membuat Ari terus lengket padanya?

"Tarik tanganku, Ari! Ku bilang tarik tanganku!"

"Lepas dulu peganganmu, Zayn!"

"Bodoh sekali, sih, kau ini! Kalau ku lepas, aku bisa jatuh."

"Berani sekali kau mengataiku bodoh, dasar idiot!"

Cinderella &quot;Converse&quot;Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang