XL - Wounded Hand

1.9K 240 15
                                    

Entah kenapa aku jadi ngeship Diana x Zayn, ada rencana sih pengen buat prequel.

***


Harry membuka pintu suite room. Tidak ada siapapun di sana kecuali Mrs.Swan yang sedang duduk di bangku menghadap ke jendela hotel. Wanita itu hanya menatap kosong keluar jendela tanpa menyadari seseorang masuk ke kamar hotel ini. Pakaiannya masih sama dengan yang ia kenakan di pernikahan Elizabeth karena sebenarnya acara belum selesai. Elizabeth menyarankan ibunya untuk beristirahat saja di kamar hotel setelah kejadian tadi.


Harry berjalan perlahan mendekatinya. Ia menyentuh kedua pundak Mrs.Swan hingga wanita itu tersadar dari lamunannya, "Oh, Harry." Ia hanya tersenyum tipis mengetahui Harry lah yang berada di belakangnya.


Keluarga Swan tidak pernah membenci Harry. Mereka masih berhubungan baik dengannya. Berbanding terbalik dengan sikap mereka yang berubah terhadap Zayn. Mereka menutup semua kontak dengannya, ditambah Zayn kabur meninggalkan ayahnya tanpa jejak yang membuat mereka semakin kehilangan kontak.


Harry menarik bangku lain untuk duduk di sebelahnya. Ia mengusap punggung tangan Mrs.Swan dengan lembut dan ikut menatap keluar jendela.


"Harry," panggilnya, membuat lelaki yang terpanggil menoleh. "Apa dia sudah pergi?"



Harry menghela napas dan mengangguk pelan. Jawabannya itu membuat Mrs.Swan ikut menghela napas lega, kembali menyandarkan punggungnya. Kemudian keadaan menjadi hening. Mrs.Swan terlihat masih menenangkan diri dan pikirannya, Harry hanya bisa diam di sampingnya.


Ia tidak bisa membaca pikiran orang, tapi ia yakin bahwa yang sedang ada di pikiran Mrs.Swan saat ini adalah anak keduanya, Diana. Wanita itu sudah lama 'melupakan' Diana, pasti rasanya sakit sekali jika ia membuka luka lama seperti ini.


"Apakah kau pernah memiliki seorang anak dan kehilangannya di usianya yang masih sangat muda?" tanyanya dengan suara pelan, sangat pelan bahkan terdengar seperti lirihan.


Harry dapat melihat satu tetes air mata jatuh ke pipi Mrs.Swan. Ia segera mengambil sapu tangan dari saku jasnya untuk diberikan kepadanya.


"Dan kau tidak pernah melihat anakmu bersedih. Ia terlihat ceria bahkan ketika orangtuanya memaksa untuk segera bertunangan dengan pacarnya dalam usia muda. Ia bahkan tidak terlihat memiliki beban apapun saat berselingkuh dari pacarnya. Dan tiba-tiba saja kau mendapat kenyataan bahwa anakmu begitu putus asa terhadap laki-laki lain hingga mengorbankan dirinya sendiri."


Dan jika saja Mrs.Swan tahu bahwa Diana sering berlari ke pelukan Zayn menangisi segala beban di punggungnya. Namun sayang, tidak ada yang mengetahui hal itu kecuali Diana dan Zayn sendiri. Tidak siapapun termasuk Harry.


"Apa kau pernah kehilangan anakmu dengan cara seperti itu?" tanyanya sekali lagi.


Harry diam. Tentu saja dia tidak pernah merasakan hal itu. Alih-alih merasakannya, ia tidak akan pernah membiarkan anaknya terpuruk seperti itu.


"Tidak,"


Ia akhirnya menjawab.


"...tapi aku pernah kehilangan seorang teman. Teman yang sangat berharga."


Pikirannya kembali ke masa lalu. Ia pernah kehilangan seorang teman. Ia berpikir bahwa kehilangannya tetap akan membuat dirinya merasa baik-baik saja. Namun tiba-tiba saja temannya itu secara misterius menghilang tanpa jejak selama bertahun-tahun. Saat itu ia menyadari ia salah. Ia tidak merasa baik-baik saja.


Cinderella "Converse"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang