Aku berbelok arah saat melewati rumah besar itu lagi. Pria itu ada disana, bersama dengan gitar tuanya dan sebatang rokok. Dia terlihat cuek dan masa bodoh dengan orang-orang yang lewat.
Aku menyeberangi jalan. Niatku ingin mengucapkan terimakasih sekaligus minta maaf atas kelakuan Liam kemarin. Semoga kali ini dia mau bicara.
Kepalanya menengadah begitu aku sampai di hadapannya.
"Hai" sapaku. Dia hanya tersenyum seperti saat pertama kali aku melihatnya. "Kau masih ingat aku?" Ia mengangguk. "Um, boleh ku duduk di sebelahmu?"
Ia memindahkan bungkus rokoknya. Tangannya kemudian menepuk tempat kosong di sampingnya, mempersilahkanku untuk duduk.
Aku duduk di sebelahnya dan bersandar pada tembok sambil bersidekap, sejenak memperhatikannya menulis-nulis. "Namaku Ari." Aku mengulurkan tangan, ia menjabatnya tanpa memberitahu balik namanya. "Aku mau berterimakasih dan minta maaf soal kemarin, um...?" Aku mengerutkan dahi.
"Zayn." jawabnya. "It's Zayn Malik." Jadi namanya Zayn.
"Yeah, Zayn. Kakakku memang temperamental"
"Tidak apa-apa, aku sudah biasa" Dengan pengakuan seperti itu saja dia masih bisa tersenyum. Kelihatannya dia baik hati.
Aku mengulum senyum lirih.
Author's Pov
"Omong-omong, kau sedang apa? Aku sering melihatmu menulis di kertas itu" Memilih untuk mengganti topik. Ia melongo melihat beberapa helai kertas di hadapannya. Isinya satu bait tulisan dan terdapat kunci gitar di bawah tiap baris. Terlihat seperti sebuah lirik lagu. "Boleh ku lihat?"
Zayn menyerahkan salah satu helai. Menunggu Ari membaca.
"Kau membuat lagu?" tanyanya setelah membaca lirik lagu yang belum jadi, berjudul 'Little Things'. Zayn mengangguk pelan. "Hebat juga, kau bisa membuat lagu sendiri."
"Aku hanya amatiran" elaknya.
"No, Zayn. Lagumu punya arti yang mendalam. Menurutku bagus" pujinya sekali lagi. "Bisa kau nyanyikan satu bait ini?"
"Oh, boleh"
Zayn menaruh rokok di mulutnya lagi dan mulai memetik senar gitarnya.
" Your hand fits in mine
Like it's made just for me
But bear this in mind
It was meant to be
And I'm joining up the dots with the freckles on your cheeks
And it all makes sense to me "Ari bertepuk tangan. "Aku suka nadanya, suaramu juga bagus. Kalau kakakku dengar, mungkin kau sudah diajak rekaman olehnya"
Senyum Zayn memudar. "Aku tidak akan mau"
"Kenapa?"
Zayn tidak menjawab, hanya tersenyum lirih. Dan itu membuat Ari mengerti untuk tidak membahasnya.
"Oh, okay sorry." ucapnya. "Bisa mainkan gitarmu lagi?"
Sementara itu, di seberang jalan, tidak jauh dari mereka berdua, Harry Styles menepuk bahu supirnya dari belakang saat menangkap wajah gadis yang sudah tidak asing lagi. Ia membuka kaca mobilnya setengah.
"Itu Arianne?" Tangannya melepas kacamata hitam yang sedang dipakai, mencoba melihat jelas wajah Ari. "Masa sih?" Harry merogoh sakunya, mengambil ponsel untuk menelepon Liam.
Ari sendiri juga tidak sengaja melihat mobil Harry. Kepalanya setengah terlihat di balik kaca film mobil mewah tersebut.
Yang paling membuatnya merinding, Harry seperti menatapnya tajam, apalagi pria itu sedang memegang ponsel. Dia takut kalau Liam tahu ia bergaul dengan Zayn alias gembel yang waktu itu diusir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinderella "Converse"
Fanfiction❝ She wears short skirt, I wear t-shirt ❞ Mungkin lirik itulah yang pas untuk membedakan Arianne dengan Cinderella yang kita kenal selama ini. Hidup dengan ibu tiri, memakai gaun indah, bertemu pangeran, dan menunggangi kuda seperti seorang putri...