"Ada apa di antara kau dan Diana? Oh, apa ini semacam pembalasan untukku?""Sorry, mate. Cara apapun adalah adil dalam pengkhianatan."
***
"Ah, ya Tuhan, aku tidak bisa berjalan dengan baju aneh ini!" Ari mengangkat tinggi-tinggi bagian depan gaunnya. Tapi percuma saja, dia tetap tidak bisa berjalan dengan normal memakai stilettos. Lagi-lagi dia harus berpegangan tangan pada Kevin seperti wanita mau melahirkan, belum lagi bawahan gaunnya yang sangat panjang.
Liam yang memaksanya memakai sepatu itu lagi. Ari tidak terlalu masalah untuk memakai gaun karena itu memang dresscode pesta ini, tapi dia lebih memilih pakai dungaree saja kalau ternyata gaun yang dibelikan sepanjang ini. Ini yang dia tidak suka kalau bepergian dengannya. Liam pasti memaksanya untuk memakai pakaian girly, apalagi di depan publik.
Malam ini mereka berdua akan berangkat ke rumah Louis Walsh-Ari bersyukur dia tidak berangkat dengan Harry. Sayang, bisa dipastikan Vin juga datang ke sana bersama Sophia.
"Jangan banyak mengeluh, cepat keluar, aku akan menunggu di ruang tamu." Liam meninggalkan ambang pintu kamar Ari.
Ari mendengus. Pegangannya pada Kevin mengerat seraya berjalan menyusul kakaknya. Meski begitu, dia masih kesusahan berjalan dan merasa akan jatuh.
"Masih bisa berjalan, Nona?" Kevin memperhatikan kaki Ari yang untuk berdiri saja gemetaran.
"Kelihatannya bagaimana, hah?" Ari melepaskan pegangan tangannya pada Kevin dan duduk di tepi tempat tidur. Dia melepas stilettos, menggantinya dengan sneakers high top berwarna hitam. Dan sekarang dia bisa berjalan tanpa bantuan Kevin.
Liam menghabiskan tegukan terakhir tehnya sambil menunggu Ari. Gadis itu akhirnya ke luar dengan mengangkat gaunnya tinggi-tinggi sampai sneakersnya terlihat. Awalnya dia mau memarahinya dan menyuruh berganti dengan stillettos, tapi dia tidak mau sampai telat hanya karena beradu mulut dengan Ari.
"Kita naik mobil yang mana?" Tanya Ari begitu melihat beberapa dari koleksi mobil Liam terparkir di depan pintu rumah. Tidak biasanya mereka dikeluarkan dari garasi. Di sisi pintu tiap mobil, satu bodyguard berdiri menatap mereka berdua. Entah apa yang sedang mereka lakukan. Menurut Ari, mereka akan ikut ke rumah Louis Walsh dengan mobil-mobil itu. Ah, tapi sepertinya tidak mungkin Liam berbaik hati mengizinkan mereka mengendarai mobilnya.
Ditanya begitu, Liam justru menyeringai ambigu dengan sebelah alis terangkat. Kevin datang menghampirinya dan menyerahkan sekumpulan kunci hitam yang dipastikan merupakan kunci dari mobil-mobil ini. Setelah itu, Liam malah menyodorkannya ke hadapan Ari.
Ari mengernyit dahi dengan bingung.
"Kau pilih sendiri."
Ucapan Liam barusan berhasil membuatnya terbelalak. Semoga dia tidak salah dengar karena ini baru pertama kalinya ada orang yang menyuruhnya memilih mobil mahal. Dan yang paling tidak bisa dipercaya, orang itu adalah kakak tirinya sendiri, orang kedua yang ia tidak suka keberadaannya setelah Harry. Entah setan apa yang merasuki Liam saat ini, yang pasti Ari bingung harus memilih kunci yang mana.
Sejujurnya, Ari mau semuanya. Tentu saja, dia tidak pernah punya mobil semewah ini sebelumnya. Dia tidak tahu kunci mana yang merupakan mobil yang mana, jadi dia hanya menunjuk asal pada kunci yang paling kiri.
Liam mengernyit melihat pilihan Ari jatuh pada mobil-yang menurutnya-paling membosankan karena merupakan milik mendiang ibunya dulu, "Limousine?" Tanyanya setengah tertawa, sebenarnya tertawa meremehkan. "Kau pikir kita akan ke prom anak SMA?" Liam menggeleng-geleng. "Percuma aku suruh kau pilih, pilihanmu payah. Naik limo itu sudah sangat old school, sister."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinderella "Converse"
Fanfikce❝ She wears short skirt, I wear t-shirt ❞ Mungkin lirik itulah yang pas untuk membedakan Arianne dengan Cinderella yang kita kenal selama ini. Hidup dengan ibu tiri, memakai gaun indah, bertemu pangeran, dan menunggangi kuda seperti seorang putri...