"PERTUNANGAN?!" jeritku tak percaya. "Kau menjodohkanku dengan Harry?!" Aku berdiri dari bangku, menggebrak meja kerjanya.
Liam ikut bangkit. "Ini demi Syco Music, orphan! Kalau kita tidak menuruti syarat Harry, single-nya tidak akan laku dan perusahaan ini akan hancur! Seharusnya kau mengikuti saja sebagai anak kandung Simon Julian!"
"'Kita' ? No way! Kau yang menghancurkan Syco Music karena sibuk dengan Sophia. Ini urusanmu, bukan aku. Aku juga tidak akan mau membantumu karena syarat itu terlalu jauh." seruku terang-terangan. "Lagipula penyanyi seperti dia terlalu manja dan licik. Jabatanmu kan lebih tinggi, tapi takut dengan Harry? Kalau dia melanggar kontrak, laporkan saja ke polisi."
"Aku lebih memilih jalan damai dibanding berurusan ke pengadilan. Apa kau tidak bisa membantu sekali ini saja?" Liam tak mau kalah. "Apa kau benar-benar segitu tidak berguna nya?"
"Kau yang tidak berguna! Bilang saja kalau takut dengan Harry! Aku sudah sering menurutimu! Aku ini adikmu, Liam. Bukan pembantu. Walaupun kau tidak pernah menganggapku, kau tidak bisa seenaknya menyuruhku!" Kembali menggebrak meja.
"Aku tidak peduli! Kalau kau masih mau tinggal disini, kau harus tunangan dengan Harry, cepat-atau-lambat!" gertaknya.
Aku diam, menatapnya dari bawah sampai atas penuh kebencian. Apa Liam tidak bisa mengertiku sekali saja? Dia benar-benar memperbudakku. Dia pikir dia siapa? Hanya orang kaya yang mengambil hak orang lain. Kenapa aku selalu diintimidasi sebagai anak kandung Simon Julian?
"GAAHH!!" Aku memberantaki semua berkas dan barang yang ada di meja Liam, tidak peduli seberapa penting surat-surat di dalamnya.
"What the fvck are you doing?!"
Terakhir, aku menarik kerah baju Liam. "Aku tidak akan sudi! You hear that?!" Lalu keluar dari ruang kerjanya, membanting pintu. Aku mengambil skateboard di kamar.
"Kenapa Nona Arianne?" tanya Kim dan Mary yang kebetulan lewat.
Aku tidak menjawab apapun. Langsung meluncur keluar rumah dengan emosi.
Ini keterlaluan, pikirku. Kakak tiriku benar-benar memperlakukanku seperti boneka. Masa iya aku harus tunangan dengan Harry hanya untuk Syco Music? Padahal kenyataannya, aku sangat-sangat membencinya. Dia pikir perusahaan itu tidak punya artis besar lain seperti Leona Lewis dan James Arthur? Kenapa selalu mengandalkan Harry?
Aku memilih taman sebagai tempat pelarian. Aku berlari menenteng skateboard ke sebuah jembatan kecil yang terbentang di atas danau buatan, memandang pantulan cahaya bulan di danau. Tak lama, sebutir air menetes disana.
Air mata pertama Arianne.
Apa karena aku sudah muak dengan semua ini? Ya.
Aku memeluk skateboard ku erat, menggigit bibir bawahku sendiri. Biasanya kalau sedang begini, ibu ikut campur tangan menenangkanku.
"Seorang Cinderella memang sudah sepantasnya menangis karena cobaan yang di hadapi" kata sebuah suara.
Aku tidak merespon, mengabaikan suara tersebut.
"Tapi kau berbeda."
Pemilik suara mendekatiku. Dia berada di sampingku sekarang, ikut memandang apa yang ku pandang daritadi. Ia melepas rokok yang ada di mulutnya dengan jepitan dua jarinya sendiri, kemudian membuang dan menginjaknya sampai mati. Sekumpulan asap putih pun berkeluaran dari mulutnya.
"Kenapa kau menangis," tanyanya. "..Cinderella Converse?"
Aku menatapnya. Sepasang mata hazel yang indah menatapku balik dengan intens, membuatku hanya ingin menangis lagi dan lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinderella "Converse"
Fanfiction❝ She wears short skirt, I wear t-shirt ❞ Mungkin lirik itulah yang pas untuk membedakan Arianne dengan Cinderella yang kita kenal selama ini. Hidup dengan ibu tiri, memakai gaun indah, bertemu pangeran, dan menunggangi kuda seperti seorang putri...