Jantungnya berpacu berkali-kali lipat ketika Joe mengunci pinggangnya agar tetap dekat, Ari sengaja menyisakan sedikit jarak agar tidak bersentuhan, itu akan membuatnya tambah canggung. Semenjak Joe menariknya kembali, laki-laki itu tidak mengatakan sepatah kata apapun. Mereka berdua sama-sama diam berdansa di tengah ballroom.Joe hanya dengan gerakan saja bisa menuntun Ari untuk mengikuti langkahnya. Ari menunduk, dia lebih fokus menyesuaikan kaki karena tidak berani melihat balik Joe. Mata Joe mengingatkannya pada pembiasan cahaya matahari di genangan air. Sangat indah dan bisa menyihirnya.
Tangan Joe tiba-tiba mengangkat tangannya sehingga memaksa Ari untuk berputar, lalu berdansa dengan tempo yang lebih cepat. Pasangan lain kelihatan menikmatinya, sementara Ari merasa pusing melihat orang yang berbeda-beda berdansa di sekitarnya. Tadi dia masih bisa melihat Thomas bersama pasangannya, tapi sekarang sudah hilang entah kemana.
Joe menggenggam tangannya erat, membawanya berdansa ke sana kemari mengikuti irama yang juga cepat. Dia menyadari Ari terlihat bingung, jadi Joe menyudahi dansa mereka dan menarik tangan Ari ke luar dari lantai dansa ketika waktunya berganti pasangan. Mereka ke luar rumah lewat pintu samping. Thomas dan Luke yang melihat Joe kabur dari grup dansa meneriakinya agar kembali, tapi dia sudah jauh.
Joe berlari kecil menuruni tangga, dia membawanya ke sebuah greenhouse besar di halaman belakang. Menurutnya, itu tempat yang tenang untuk menyendiri. Yang terdengar dari sana hanya alunan musik samar-samar.
Ari melihat ke sekelilingnya. Ini greenhouse terbesar yang pernah dia lihat, lebih besar dari greenhouse sekolahnya dulu. Atap kaca sangat tinggi, Ari bisa melihat bintang-bintang malam dengan jelas. Joe naik ke lantai dua, ia membuka dasi kupu-kupunya dan beberapa kancing atas kemeja, lalu duduk berselunjur pada bangku taman sambil memejamkan mata. Dia sangat menikmati suasana damai di sini.
Di greenhouse ada banyak buah-buahan yang kebanyakan sudah matang. Itu sangat menggodanya. Dia melihat ke atas, Joe terlihat sangat tenang seperti orang tidur. Entah dia merasa atau tidak, mulut Joe mengerucut ke samping ketika Ari memperhatikannya. Tadinya Ari mau meminta izin memetiknya, tapi dia takut Joe merasa terusik.
Ari mengendap-endap berjalan ke tempat anggur. Dia memetik beberapa buah diam-diam. Dia sangat lapar, tadi dia malas mengambil makanan yang ada di bar karena sangat penuh, dan Ari tidak mau mengulang kejadian ketika ia bertengkar dengan pembeli lain saat belanja diskon sayuran bersama ibunya. Waktu itu pembeli meningkat karena ada diskon besar-besaran di pasar tradisional, dia dan ibunya tidak mau kehabisan.
Ari menghabiskan anggur yang ia petik, lalu diam-diam memetik lagi. Dia tertarik melihat buah-buahan lainnya, jadi dia juga memetiknya tanpa meminta izin Joe terlebih dulu. Ari mengelap satu-satu buah pada wristbandnya sebelum dimakan. Bajunya terlalu mahal untuk dijadikan lap, jadi dia tidak tega.
"Hey,"
Buah-buah yang ia petik jatuh semua ketika mendengar suara Joe tepat di belakangnya. Busted.
Sejak kapan dia turun?, pikirnya, menelan bulat-bulat yang masih ada di mulut sebelum berbalik dan menyeringai salah tingkah. Joe mengernyit heran melihat tingkah Ari, ia melihat buah yang jatuh kemudian mengedikkan bahu dengan enteng. Baginya mau dipetik sampai habis bukan masalah, itu semua punya ayahnya untuk pembuatan wine. Dia menyuruh Ari untuk mendekat dengan gerakan kepala. Ari menurut meskipun tidak tahu untuk apa.
Sekarang mereka berdua saling berhadapan, tentu saja Ari menunduk, menghindari kontak mata. Jarak mereka sedekat ketika berdansa, dan Ari sangat gugup. Dia tidak pernah merasa segugup ini berhadapan dengan laki-laki. Mata sialan, batinnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinderella "Converse"
Fanfiction❝ She wears short skirt, I wear t-shirt ❞ Mungkin lirik itulah yang pas untuk membedakan Arianne dengan Cinderella yang kita kenal selama ini. Hidup dengan ibu tiri, memakai gaun indah, bertemu pangeran, dan menunggangi kuda seperti seorang putri...