XXIII - Steal My Girl

13.9K 1.3K 272
                                    

"Tapi Zayn!" Ari menahan pintu sebelum ditutup. "Aku hanya memakai sandal rumah." Memasang puppy eyes agar Zayn merasa kasihan.

"Memang." Zayn mengangguk. "Bye."

BLAM.

Pintu ditutup.

"Hiiih, dasar tidak punya perasaan!!"

Zayn hanya menggeleng pelan begitu pintu rumahnya ditendang. Ia kemudian bersandar di daun pintu sembari menatap langit langit.

Ia membuka sedikit pintu hanya untuk memastikan Ari sudah benar-benar pergi. Ternyata gadis itu masih berjalan tidak jauh sambil menggosokan kedua tangannya yang kedinginan. Orang-orang yang lewat melihatnya aneh karena memakai sandal rumah dan baju yang tipis.

"Hm, siapa peduli." Zayn mengedikkan bahu masa bodoh, mengerutkan mulutnya ke bawah, dan menutup pintu kembali.

.

.

.

"Bodoh!" Ia mengumpat pelan. "Dasar idiot, bodoh! Untuk apa dia menghiraukan bocah-bocah dungu itu?" Zayn terpaksa mengikuti Ari. Yaah, pada akhirnya dia tidak tega membiarkannya pergi begitu saja. "Dasar gila! Dia lebih memilih meladeni fans daripada kakinya yang sudah sedingin es."

Zayn keluar dari persembunyian dengan membawa mantel di tangannya. Cepat-cepat ia melampirkan mantel sambil membawanya pergi dari fans. Paparazzi bisa ada dimana saja, kan?

"Kau lagi?!" Gadis itu mendorong Zayn menjauh. "Kenapa kau ada di sini?! Ugh!" Ari berjalan mendahuluinya.

"Hey, orang gila, setidaknya kau bilang terimakasih dulu padaku!"

Ari berbalik badan. "Untuk apa? Menengahiku dengan bocah-bocah itu? Mereka menjelekkanku dan aku masih belum puas membalas mereka! Jadi untuk apa aku repot-repot berterimakasih? Bye."

Zayn mengerutkan alisna sambil setengah tersenyum.

"Shit, are you out of your mind?!"

"Maaf sekali, hanya ingin mengatakan, kalau aku tidak hanya menyentuh pundakmu. Jika saja kau lupa."

Yang dimaksud Zayn itu...

"Jangan dibahas!"

"Kau malu?" Ia akhirnya melepas tangan Ari.

"Haha, yang benar saja." Ari memutar kedua matanya.

"Wajahmu bersemu merah."

"Karena aku sangat kedinginan."

"Sekarang kau salah tingkah." ujarnya, melipat tangan di depan dada.

"Lucu sekali, Malik." Ari menyambar mantel dari tangan Zayn dan berjalan lagi mendahuluinya, tentu saja lelaki itu mengikuti. "Pergilah, thanks for the coat anyway."

"Kenapa aku harus pergi?"

"Kau sendiri yang mengusirku tadi. Sekarang untuk apa kau ada disini? Khawatir? Haha, please, you make me laugh." katanya dengan nada sarkastis. Ia memakai mantel hitam yang Zayn bawa--yang sebenarnya milik Zayn.

"Kau pikir aku akan pergi setelah kau bertindak bodoh seperti tadi? Bagaimana kalau ada fans lain yang menjelekanmu lagi, dan kau melabrak mereka?"

"Memang kenapa? Mereka pantas mendapatkannya." Ari mengangkat sebelah alis.

"Ku peringatkan, jangan hiraukan mereka. Itu hanya akan mempermalukan dirimu sendiri kalau ada paparazzi yang tahu. Apalagi dengan pakaian bodoh seperti itu, berani sekali kau berkeliaran di tengah kota. Cih." Zayn mengernyitkan hidung.

Cinderella "Converse"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang