5

456 28 3
                                    

Ayu sudah berada di atas panggung saat Ivan datang. Dia ke bar dan memesan minum. Tempatnya tidak terlalu kumuh, tempatnya memiliki suasana yang dingin dan orang-orang memikirkan urusannya masing-masing.

Ivan terkejut mendengar suara Ayu ketika dia mulai bernyanyi. Dia tahu dari Wendi bahwa Ayu adalah musisi paruh waktu yang sedang kesusahan, tetapi dia tidak tahu bahwa gadis itu sangat berbakat dalam hal menyanyi.

Dia menoleh ke bartender, "Apakah dia sebaik ini sepanjang waktu?"

Pria itu memandangnya dan tersenyum, "Iya. Dia juga bermain piano di sini ketika pianis reguler kami tidak hadir pada hari Rabu. Dia favorit orang banyak di sini."

Lagu yang Ayu nyanyikan sangat familiar. Ini adalah lagu yang sering Ivan dengarkan setelah mantannya itu meninggalkan dia.

"Feeling sorry for myself," Ayu bernyanyi. Ivan minum dari gelasnya dan mendengarkan gadis itu. Dia memperhatikan bagaimana Ayu bernyanyi dengan emosi. Ivan hampir bisa merasakan lukanya terbuka lagi.

Dia tidak menyadari bahwa Ayu sudah selesai dengan setlist-nya. Ivan begitu fokus pada minumannya sehingga dia tidak menyadari bahwa Ayu sudah berada di sampingnya, memesan minuman.

"Aneh. Bukannya seharusnya lo udah tidur jam segini?" perempuan itu memulai. Ivan hanya bisa menghela nafas mendengarnya.

Ivan memutar matanya dan mengosongkan birnya untuk malam itu, "Gue datang untuk ketemu lo."

Ayu menatapnya bingung, "Apa?"

"Gue punya permintaan" dia memulai

"No," Ayu langsung menolak. Ivan ternganga keheranan.

"Gue bahkan belum ngomong sepatah kata pun!"

"Bagaimanapun, no. Ngapain gue ngebantu lo? Hmm?" perempuan pendek itu bersandar di meja bar dengan alis terangkat.

"Pura-pura jadi pacar gue selama dua minggu. Hanya sampai setelah pernikahan Ruben. Gue bahkan akan bayar lo," kata Ivan.

"Bahkan lebih banyak alasan untuk menolok," Ayu meminum birnya. "Bye!" dia menghilang ke akses karyawan.

Ivan berdiri dan memberikan uang kepada bartender untuk minumannya. Dia keluar dari bar dan yang mengejutkan, mantannya berdiri di depannya dengan seorang pria.

"Oh? Ivan? Senang melihatmu di sini" Ivan ingin tanah menelannya. Dia ingin keluar. Dari semua hari kenapa harus hari ini! "Aku dengar dari Ruben kamu bakal bawa pacar baru kamu. Are you sure about that?"

"Emang kenapa?" Ivan bertanya. Dia mencoba terdengar cuek tapi dia tahu lebih baik.

"Nothing much," perempuan itu menjawab, "Aku gak melihat siapa pun. Kamu beneran punya pacar baru?"

Ivan merasakan air dingin terciprat ke tubuhnya saat ditanya mantannya. Dia memikirkan seratus alasan mengapa dia keluar sendirian tetapi dia tidak bisa mengatakan apa-apa.

"Ivan!" Ayu memanggilnya dari pintu. "Kan tadi aku bilang untuk tungguin aku," Ayu mendekati mereka dan memegang tangan Ivan.

"Is this her?" Mia mengangkat alisnya.

Ayu menatap Mia dengan ekspresi bosan, "Lo siapa?"

"Gue Mia. Dulu gue sama Ivan pernah pacaran," kata perempuan itu

"Ohh," Ayu menoleh ke arah Ivan sambil menariknya mendekat. "Ayo pulang sayang," dia menatap Mia lagi, "See you at the wedding."

-

Mereka berjalan dalam diam. Ketika mereka akhirnya menghilang dari pandangan Mia, Ayu melepaskan lengannya dan berjalan menjauh darinya. Ivan memanggil namanya beberapa kali sampai akhirnya Ayu berbalik.

"Apa sih?" Ayu bertanya.

"Kenapa tadi lo bantuin gue?" Ivan bertanya padanya.

Sejujurnya Ayu tidak tahu bagaimana menjawab pertanyaan Ivan. Ayu melakukan hal tadi karena dia melihat Ivan seperti anak ilang, jadi dia membantunya. Tapi tentu saja dia tidak akan jujur kepada Ivan, Ayu malah berkata, "Lo bayar gue tiga kali lipat per malam."

"Huh?"

"Mantan lo nyebelin, gue butuh uang."

"Bayar gue tiga kali lipat dari bayaran manggung gue di PUB and I'm in," Ayu menawarkannya.

Ivan menatapnya dengan kesal, "Lo lagi mau ngerampok gue?!" dia bertanya.

"Do we have a deal or not?" tanya Ayu.

Dengan berat hati, Ivan akhirnya mengangguk. "Okay, nanti kita harus ketemuan untuk ngomongin detailnya. Dan gue harus kasih tau cerita tentang kenapa dia sekarang jadi mantan gue," Ivan menjelaskan.

Ayu mengangguk, "Mantan lo nyebelin. Cuman pengen bilang lagi karena emang beneran nyebelin."

Ivan memutar matanya, "Dan lo juga nyebelin, jadi gue rasa ini seri." ucap Ivan.

"Setidaknya gue gak pernah bikin lo nangis," ucap Ayu.

"I didn't cry," bantahnya.

"Iya, gue yakin lo gak nangis kok," dia mengejeknya. "Besok kita ketemu di kafe dekat kantor lo jam 6 sore, jangan terlambat," ucap Ayu sambil menjauh darinya. Dia menoleh padanya untuk terakhir kalinya, "Ngomong-ngomong, gue butuh uang muka 50%," lanjutnya lalu berjalan pergi dari Ivan.

"Kita tadi gak ngomongin itu!" Ivan berteriak padanya ketika Ayu sudah jauh darinya

Ayu berbalik dan tersenyum, "Now we are!"

Ivan hanya diam, dia masuk ke dalam mobilnya dan membanting pintu hingga tertutup. 

Falling With No Safety NetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang