Mereka sudah berada di bar, minum dan bersenang-senang. Stefan duduk di seberang Ayu dan Ivan, matanya terpaku pada Ayu dan itu membuat Ivan kesal. Stefan memperhatikan betapa kesalnya Ivan dan mengambil kesempatan itu untuk mengundangnya untuk main drinking game. Ayu mencoba membuat Ivan tenang dan tetap duduk, tetapi Ivan melepas genggamannya dan berdiri untuk main.
Saat permainan berlangsung, Ayu bingung kenapa Ivan begitu kompetitif. Awalnya dia pikir itu untuk membuat Mia terkesan, tetapi dia ingat bahwa Mia tidak ada di sini. Jadi mengapa Ivan begitu kompetitif?
Ivan berhasil menenggak tiga botol, sementara Stefan menenggak dua. Ayu melihat Stefan semakin kesal melihat Ivan yang terus-terusan menang. Ayu menjadi khawatir saat dia melihat Stefan kehilangan keseimbangannya dan Ivan mengejeknya lebih jauh. Ayu segera berdiri dari kursinya dan menahan Ivan untuk berhenti.
Ivan berbisik di telinganya, "Mantan lo cemburu tuh. Pakai jaket gue atau gue akan cium lo," ucap Ivan sambil memberikan jaketnya.
Ayu menatap Ivan, kaget mendengar ucapan itu dari Ivan. Ayu mencoba untuk tidak memikirkannya karena mungkin itu alkohol yang berbicara. Dia mengambil jaket Ivan dan memakainya sambil bertanya-tanya apakah Stefan benar-benar cemburu atau tidak.
Stefan yang menatap mereka sepanjang waktu terlihat kesal. Ivan langsung melingkarkan tangannya di pinggang Ayu dan menatap Stefan dengan kesombongan.
Stefan akhirnya menyerah dan berjalan ke arah Ruben untuk mengucapkan selamat tinggal, "Gue pergi ya," katanya.
Ruben mencoba menghentikannya untuk pergi, "Kenapa buru-buru?" Dia bertanya.
"Gue pengen ngebunuh orang itu," ucap Stefan, melirik ke arah Ivan dengan kesal.
Ruben bingung, "Dude, lo yang selingkuh dari Ayu." Dia mengingatkannya, "Lo gak berhak cemburu," lanjutnya.
"Gue tahu Ivan itu sahabat lo," Stefan memulai, "Tapi dia ngebuat gue kesal," lanjutnya.
"Dia nyentuh Ayu kayak...." Stefan berhenti, Ruben hanya menatapnya, menunggu Stefan untuk melanjutkan ucapannya itu.
"Kayak Ayu tuh miliknya..." lanjut Stefan.
Ruben menghela nafas, "Loh, mereka kan pacaran," katanya.
Stefan menggelengkan kepalanya, "Apa? Gue gak bisa denger lo ngomong apa, suara musiknya terlalu kenceng di sini," Dia pura-pura tidak mendengar dan berjalan pergi.
-
Akhirnya mereka semua memutuskan untuk pulang.
"Lo yakin bisa ngurusin dia sendiri?" Wenda khawatir karena Ivan bahkan tidak bisa berdiri tegak.
Ayu memeluk laki-laki yang sedang duduk itu semakin erat, "Of course. Gak ada yang gak bisa gue lakuin. Sopirnya sebentar lagi dateng kok. Selain itu," dia memperbaiki bajunya dan menatap Ruben dan Wenda lagi, "Girlfriend duties."
"Gue seneng dia ketemu sama lo," Ayu terkejut ketika Ruben melontarkan kata-kata itu. Dia menatap pria itu, menunggunya melanjutkan, "Yah, gue rasa lo udah tahu betapa kacaunya hubungan dia sama Mia. Mia tuh baik tapi dia bukan pacar terbaik untuk Ivan."
"Gue tahu hal-hal kecil tentang lo dari Stefan, yang gue tahu kalian berdua gak mengakhiri semuanya dengan baik-baik juga," kata Ruben, "Gue tahu Ivan bisa membuat lo bahagia," Ruben tersenyum.
"Gue juga gak yakin kalau gue yang terbaik untuk dia. Kita berdua belum pacaran selama itu.," Ayu mencoba memberi isyarat halus bahwa hubungannya dengan Ivan bukan sesuatu yang serius.
Tapi Ruben menggelengkan kepalanya dan tersenyum, "Dia lebih bebas sama lo. Tadi gue udah siap mau ngancem lo karena percaya atau enggak, Ivan tuh udah kayak kakak gue. Gue tahu lo baik , tapi kalau lo nyakitin dia, gue akan akan diem aja walaupun lo adiknya Wendi."
Dia tertawa gugup dan menatap Ivan, "Gue rasa gue gak punya kekuatan untuk ngelakuin itu."
Di benaknya, Ayu ingin mengatakan bahwa dia tidak akan bisa mematahkan hati Ivan karena sudah terlanjur hancur. Dan Ivan tidak akan bisa menghancurkan hatinya, karena itu juga sudah hancur sejak awal.
-
Dalam perjalanan pulang, Ayu memutuskan untuk menelepon kakaknya untuk memberitahunya bahwa Ivan mabuk.
"Halo?" Wendi menyapa
"Hei kak, gue minta maaf," ucap Ayu.
"Kenapa lo minta maaf?" dia bertanya, "Lo apain sahabat gue?" dia bertanya lagi.
"dia mabuk," kata Ayu.
"Kok bisa?" kakaknya bertanya.
"Kita tadi kan ke bar terus setelah mantan gue pergi, si Ivan minum alkohol udah kayak minum air," katanya, "Is he asking for death?" Ayu bertanya sambil menggelengkan kepalanya.
Wendi menghela nafas, "Kalian di mana sekarang?" Dia bertanya.
"5 menit lagi kita sampai di rumah Ivan," jawabnya.
"Okay, gue bakal tunggu di luar," katanya, mengakhiri panggilan
Ayu menghela nafas, melihat Ivan yang sudah tidak sadar diri, "Lo harus bayar gue lebih karena udah ngurusin lo," dia menggerutu pada Ivan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling With No Safety Net
FanfictionIvan secara tidak sengaja memberi tahu sahabatnya bahwa dia mempunyai pacar baru. Tetapi kenyataannya adalah dia tidak mempunyai pacar dan sekarang dia membutuhkan seseorang untuk menjadi pacar palsunya untuk menyelamatkan harga dirinya dan tidak te...