Ivan berada di ballroom memeriksa semuanya dengan Ruben dan yang lainnya. Malam ini Ivan merasa senang, dia bisa berbicara dan tertawa dengan Mia sepanjang malam. Di tengah percakapan mereka, dia merasakan ponselnya bergetar, dia mendapat chat dari Ayu.
Ayu
Ivan
Yeah?
Gue tahu lo lagi asik sama Mia, tapi lo bisa gak jemput gue?
Kenapa?
Gue gak sengaja ketemu Stefan, he's flirting too much.
Gue gak nyaman.
Where are you??
Di bar yang sebelum belokan ke hotel.
Pergi ke toiletnya atau tempat yang aman, pokoknya menjauh dari dia. Gue otw sekarang.
-
Ivan langsung berdiri dan berlari keluar dari ballroom, dia bahkan tidak mengatakan apa-apa kepada Mia yang sedang berbicara dengannya, dia langsung berlari ke bar yang disebutkan Ayu. Dia tahu apa yang dilakukan tidak sopan, dia lari begitu saja saat Mia sedang berbicara tapi dia harus memastikan Ayu baik-baik saja, dia bisa meminta maaf kepada Mia nanti.
-
[The Bar]
Meskipun dengan perjuangan karena jalanan dipenuhi dengan bar yang berbeda, Ivan berhasil menemukan bar yang Ayu maksud.Setelah masuk, Ivan mengeluarkan handphonenya dari saku belakang dan menelepon Ayu.
"Gue udah disini. Lo dimana?" Ivan langsung bertanya begitu Ayu menyapanya.
"Aku ada di luar lewat pintu belakang. Aku sendiri tapi ada cowok yang dari tadi ngeliatin aku," jawab Ayu terengah-engah.
Ivan melihat sekeliling, mencoba mencari jalan keluar pintu belakang. Ketika dia melihat tanda merah yang menunjukkan pintu belakang, dia langsung berjalan ke tempat Ayu berada. Melihat Ayu yang terlihat jelas tidak nyaman sudah cukup membuat darahnya mendidih.
Ia menyentuh lengan Ayu, mengagetkan perempuan yang mabuk itu, "Hei, Ayy. Ini aku udah disini."
Untuk sesaat, Ivan berani bersumpah Ayu hampir menangis. Tapi dia tidak bisa memastikan karena Ayu langsung memeluknya, "Let's go, please."
"Okay, sayang," Ivan berbisik dan mengelus kepala Ayu. "Ayo kita balik ke hotel."
Rasa aman dan nyaman yang Ayu rasakan sekarang saat bersama Ivan bukan sesuatu yang diharapkannya saat menelepon Ivan untuk membantunya. Tapi dia tidak memikirkan hal itu. Kehadiran Ivan sudah lebih dari cukup.
Di sisi lain, Ivan mengakui bahwa mungkin, mungkin saja, dia memang suka dengan Ayu. Meskipun dia tidak akan mengakuinya dengan lantang.
-
[Hotel Room]
Ivan akhirnya keluar dari kamar mandi. Dia sangat lelah. Dia melihat Ayu sudah tertidur di tempat tidur mereka.
Ivan menghela nafas dan melihat jam. Lima belas menit menuju tengah malam. Dia sudah dua puluh empat jam terbangun setelah lima belas menit dan dia sudah sangat mengantuk.
Ayu menggeliat dan berbalik. Selimut itu bergeser dan mengungkapkan apa yang dikenakan Ayu. Yang mengejutkan Ivan adalah yang Ayu pakai adalah hoodie-nya. Dia terkekeh dan menggantung handuknya di kursi. Kemudian, dia berjalan ke kasur untuk tidur di samping Ayu.
Secara otomatis dan mengejutkan, Ayu menoleh ke arahnya dan melingkarkan lengannya di pinggang Ivan, "Thank you, Mas." dia bergumam.
"You're welcome," Ivan secara naluriah menyelipkan helaian rambut yang lepas ke belakang telinga Ayu dan menundukkan kepalanya. "You're welcome, sayang," bisiknya sambil mendaratkan ciuman lembut di kening Ayu.
Ivan merasa senang bisa merawat dan membantu seseorang, dia senang menjadi orang yang bisa diandalkan dan dipercaya oleh Ayu. Tapi sekali lagi, dia bukan tipe yang dipilih pada akhirnya jadi tidak ada gunanya dia mengungkapkan perasaannya. Tidak ada gunanya menggapai seseorang yang tidak menginginkannya sejak awal.
-
Ayu terbangun tanpa ada orang di sampingnya, ia mengecek jam di ponselnya, baru jam 9 pagi ternyata. Dia mulai mengingat tentang tadi malam, betapa lembutnya Ivan dengannya, bagaimana Ivan berubah dari orang yang selalu membuat Ayu kesal menjadi orang yang bisa Ayu andalkan. Ayu membayangkan jika dia dan Ivan berpacaran. Terlepas dari itu semua, Ivan ternyata adalah orang yang sangat baik, sangat berbeda dengan Stefan, itu membuatnya takut. Ayu takut mengecewakan Ivan kalau seandainya mereka berpacaran.
Tak ingin memikirkannya karena Ivan pasti akan memilih Mia, ia membuka instagramnya dan melihat Ivan sudah sarapan bersama kakaknya dan Ruben. Dia mengerutkan kening, Ivan berjanji bahwa dia akan sarapan dengannya. Ayu memutuskan untuk mengirim chat kepada Ivan.
Ivan
Where are you?
Katanya mau sarapan bareng hari ini?
-
Dia menunggu tetapi Ivan tidak menjawab, jadi dia memilih untuk menunggu Ivan kembali ke kamar hotel mereka. Ayu menunggu hampir satu jam hingga akhirnya Ivan kembali. Ivan bahkan tidak menyapanya ketika dia masuk kamar, Ivan sangat cuek.
Ayu mulai berpikir mungkin dia melakukan sesuatu yang salah tadi malam atau mungkin Ivan marah dengannya karena Ayu memintanya untuk menjemputnya dan merusak momennya dengan Mia. Ayu tidak menyukai cara Ivan mengabaikannya. Ayu tidak mengatakan sepatah kata pun kepadanya, dia menunggu Ivan untuk memulai percakapan terlebih dahulu, tetapi Ayu malah melihat Ivan bersiap-siap untuk keluar dari kamar jadi Ayu memilih untuk memulai percakapan.
"Tunggu," Ayu berdiri dari tempat tidur dan menghampiri Ivan.
"Apa?" Ivan bertanya.
"Kenapa dari tadi lo menghindar dari gue?" Ayu bertanya.
"Ngapain gue menghindar?" Ivan malah bertanya balik.
Ayu mengangkat bahu, "I don't know. Makanya gue nanya," ucapnya.
"I'm not avoiding you."
Ayu mengangkat alisnya "Terus kenapa lo gak bales chat gue?"
"Gue gak ngecek handphone, gue tadi lagi nikmatin waktu gue bareng Ruben dan Wendi."
Ayu menatapnya, tidak percaya dengan Ivan sehingga Ivan menghela nafas, "Yaudah, gue mau jalan-jalan, lo mau ikut? Kalau mau, cepet ganti baju, gw tungguin," Sejujurnya, Ivan ingin pergi ke suatu tempat tanpa Ayu, tetapi dia tidak ingin Ayu merasa seperti dia sedang menghindarinya.
Ayu langsung tersenyum dan berlari ke kamar mandi untuk berganti pakaian, "Tungguin!"
Ivan menghela nafas dan duduk di tempat tidur sambil menunggu Ayu. Ivan bingung sebenarnya hatinya milik siapa, dia mulai merasa nyaman dengan Ayu tapi di saat yang sama dia tidak bisa melepaskan kenangannya dengan Mia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling With No Safety Net
FanfictionIvan secara tidak sengaja memberi tahu sahabatnya bahwa dia mempunyai pacar baru. Tetapi kenyataannya adalah dia tidak mempunyai pacar dan sekarang dia membutuhkan seseorang untuk menjadi pacar palsunya untuk menyelamatkan harga dirinya dan tidak te...