33

706 49 6
                                    

Ivan sedang sendirian di meja yang disediakan untuknya. Wendi pergi untuk mengambil makanan sementara Ayu pergi untuk menelepon teman-temannya. Wendi kembali ke meja dan membawakan Ivan beberapa makanan. Tepat ketika Ivan hendak menggigit sate yang dibawakan Wendi, Mia muncul dan duduk di sampingnya.

"Aku perlu ngomong sama kamu," ucap Mia.

"Bisa nanti gak? Aku makan dulu ya," kata Ivan sambil menunjukkan sate yang dibawakan Wendi untuknya.

"Sekarang aja, ayo pergi," Mia berdiri dan menarik Ivan dari kursinya untuk mengikutinya.

Mia menyeret Ivan keluar ballroom menuju taman hotel untuk berbicara dengannya karena dia sudah cukup muak melihat Ivan yang dari awal acara selalu bersama Ayu.

"Kenapa?" Ivan bertanya, mengangkat alisnya.

"Susah banget sih mau ngomong sama kamu. Kamu dari tadi menghindar dari aku. Apa karena si cewek pendek itu?" Mia bertanya, memutar matanya.

Ivan menghela nafas, "Namanya Ayu dan enggak, aku dari tadi gak menghindar, emang kita sama-sama sibuk kan." 

Ivan hendak berjalan kembali ke tempat resepsi, tetapi Mia menghentikannya, "Maaf aku udah ninggalin kamu waktu itu. Aku nyesel banget, aku gak sadar kalau kamu tuh penting banget untuk aku. Can we please try again?" Mia memegang kedua tangan Ivan.

Ivan ingin tertawa karena apa yang tadi pagi dikatakan Ayu benar, tidak perlu banyak usaha hari ini untuk akhirnya Mia memohon pada Ivan untuk balikan. "No," Ivan menggelengkan kepalanya. "Kamu ninggalin aku tanpa penjelasan dan sekarang setelah aku udah sama orang lain, you want me back? No."

"Babe, I know you still love me," Mia bersikeras. Ivan menggelengkan kepalanya dan tersenyum.

Ivan meletakkan kedua tangannya di bahu Mia dan menatap matanya, "No, let's not do this. Mia, kita tuh gak cocok. Bahkan temen-temen kita aja bisa lihat dengan jelas kalau kita tuh gak cocok. Jujur, aku pikir kita tuh jodoh, aku pikir gak akan ada yang bisa menggantikan posisi kamu, tapi lama-lama aku sadar kalau kita tuh emang gak jodoh. I already have someone new, someone I love. Dan aku harap kamu bisa menemukan seseorang yang bisa mencintaimu karena aku bukan orang itu untuk kamu."

Mia terdiam saat Ivan tiba-tiba memeluknya. Ivan tersenyum dan menatap mata Mia untuk terakhir kalinya sebelum meninggalkannya untuk kembali ke resepsi.

Mia tidak pernah menyesali sesuatu seperti dia menyesal meninggalkan Ivan. Meninggalkan Ivan adalah kesalahan terbesar Mia. Dia tidak pernah menyadari betapa menakjubkannya Ivan sampai Mia akhirnya kehilangan Ivan. Walaupun dengan sedikit penyesalan, Mia senang Ivan akhirnya menemukan seseorang yang bisa mencintainya dengan benar, seseorang yang pantas Ivan miliki, seseorang yang bisa menerima Ivan apa adanya.

-

Setelah berbincang dengan Mia, Ivan mencoba mencari Ayu saat menyadari bahwa sudah lama dia tidak melihat wanita itu. Ivan sudah mencari Ayu ke semua tempat, mencari ke meja tempat mereka makan, ke ruang ganti Wenda, sampai akhirnya Ivan menyerah dan kembali ke meja mereka dan bermain dengan handphonenya dan chat Wendi.

Wendi

Hey, lo di mana?

Lagi antri makanan. Lo di mana?

Di meja kita tapi gak ada orang di sini.

Ayu di mana? Gue gak ngeliat dia dari tadi.

Gak tau deh, tapi tadi dia nyariin lo.

Terus tadi gue bilang lo lagi sama Mia.

Okay, terus sekarang dia di mana?

Gak tau. She's probably around.

Mau makanan gak?

Okay. Yeah, sure.

WAIT

WAIT

I'll be right back

Huh???

Kenapa???

What's wrong???

-

Butuh sekitar lima menit bagi Ivan untuk akhirnya melihat sosok yang dikenalnya melarikan diri dari kamar mandi.

Ivan tak berpikir dua kali saat melihat Ayu kabur dan keluar dari ballroom. Dia berdiri dan mengikuti wanita itu. Ada perasaan terdesak saat melihat bagaimana air mata Ayu mengalir di wajahnya.

"Ivan," panggil Cita. Ivan berhenti sebentar dan kemudian menatapnya, "Hai, udah lama kita gak ketemu."

Dia memperhatikan Cita dengan baik sebelum dia tersenyum sopan, "Maaf, Ayu lagi butuh gue." Sebelum Cita sempat berkata apa-apa, Ivan terus mengejar Ayu.

Di belakang hotel, tepatnya di tepi pantai, Ivan melihat Ayu duduk di salah satu batu besar. Dia mendekati wanita itu dan diam. Entah kenapa, Ivan merasa tersakiti dengan setiap isak tangis yang dikeluarkan Ayu. Dia mengepalkan tangannya, Ayu kemungkinan besar menangis karena Stefan, dia langsung ingin menonjok Stefan.

Tidak ingin keheningan yang canggung berlanjut lebih jauh, Ivan berbicara, "Gue dulu pernah ditangkep terus masuk dalem sel kantor polisi pas gue masih muda."

"What?!" Ayu menatapnya dengan tatapan bingung.

"Gue waktu itu naik kereta dari Moscow ke Kiev, mau ketemu orang tua gue. Nah pas petugasnya cek paspor gue, ternyata visa gue habis. Jadi gue dikeluarin dari kereta itu terus masuk ke dalem sel deh," Ivan melanjutkan ceritanya.

"Again, what?!" Ivan bersyukur Ayu berhenti menangis. Pada saat ini, Ayu sedang duduk tegak, menatapnya.

"Gue di dalam sel selama satu jam. Gue langsung telepon papa gue dan nunggu orang tua dateng untuk jemput gue." Dia menjelaskan sambil mencari tempat duduk di sebelah Ayu. Sejujurnya, Ivan tidak tahu mengapa dia terus mengoceh.

"Kenapa lo cerita ini ke gue?" Ayu bersandar di bahu Ivan, akhirnya dia merasa tenang.

Ivan terkekeh, "Gue gak tau mau ngomong apa. Gue gak jago menghibur orang tapi gue gak suka ngelihat seseorang menangis." Ayu bersenandung tetapi tidak mengatakan apa-apa.

Mereka terdiam beberapa saat, hanya melihat ombak. "Lo gak perlu menghibur gue," ucap Ayu. Dia tidak bisa mengatakan sepatah kata pun ketika Ivan meletakkan lengannya di atas bahunya.

Sungguh mengkhawatirkan betapa kerasnya jantung Ayu berdetak. Ivan hanya melakukan gestur kecil tetapi jantung Ayu sudah berpacu. "I don't know. Gue ngelihat lo nangis dan gue ngerasa kalau gue gak akan maafin diri gue sendiri kalau gue ngebiarin lo nangis sendirian."

"Ivan," Ayu memulai, dia terus menyandarkan kepalanya di bahu pria itu. "Uh......."

"Apa?" mereka terlihat mesra saat ini. Lengan Ivan yang berada di atas bahunya dan kepala Ayu di bahu pria itu. Ayu ingin memberitahu Ivan, dia ingin memberitahunya tentang ciuman mereka beberapa malam yang lalu, Ayu ingin memberitahu Ivan tentang mengapa dia tidak ingin Ivan balikan dengan Mia. Tapi semuanya Ayu batalkan ketika dia melihat mata Ivan.

"Ayu!" mereka mendengar suara Stefan dari jauh, Ayu mulai panik.

Suara sang mantan membuat Ivan kesal. Ivan sangat kesal sehingga dia menggunakan tangannya yang lain untuk mengatur dagu Ayu, membuat wanita itu menatapnya. Ivan mencondongkan tubuhnya lebih dekat, ingin sudutnya terlihat seperti mereka sedang berciuman. Nafas Ayu tercekat.

Tapi yang lebih penting, suatu memori datang ke Ivan seperti gelombang pasang. Memori beberapa malam yang lalu. Malam di mana dia menyadari bahwa itu adalah tahun ke-5 kematian saudaranya. Malam dia mabuk. Malam dia mencium Ayu. Malam Ayu menciumnya kembali.

"Fuck it," ucap Ivan dan langsung  mencium Ayu, membuatnya membeku. Setelah beberapa detik, pertahanan Ayu luluh dan dia akhirnya membalas ciuman itu.

Falling With No Safety NetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang