12

401 32 3
                                    

Ivan sedang bersantai di balkonnya saat mendapat panggilan video call dari Ruben.

"Hei, maaf nih gue ganggu, tapi bisa gak lo pergi sama Mia buat ambil cincin?" Ruben bertanya, "Mia sama Wenda punya ukuran yang sama. Size 6," lanjutnya.

"Wait. Kalau gue nemu orang lain yang size 6, gue gak harus pergi sama Mia kan?" tanya Ivan.

Ruben mengangkat alisnya dan menatap Ivan dengan curiga, "Katanya lo udah move on?" tanyanya.

Ivan tersenyum gugup, "Iya, tapi bukan berarti gue gak akan awkward kalau berduaan sama orang yang udah ninggalin gue," ucapnya, mencari-cari alasan untuk tidak pergi bersama Mia.

Ruben mengangguk, "Okay, masuk akal. Sama siapa aja boleh, yang penting size 6," katanya.


-


Ketika mereka mengakhiri video call, Ivan langsung berlari ke kamar Wendi tanpa mengetuk, tidak peduli apa yang sedang dilakukan Wendi dan pacarnya.

"Lo gak bisa ngetok pintu dulu?!" ucap Wendi sambil melempar bantal ke arah Ivan.

Ivan mengabaikannya, "Ayo pergi," Ucap Ivan kepada mereka berdua.

"Hah? kemana?" Pacarnya Wendi bertanya.

"Ayo temenin gue ambil cincinnya Ruben sama Wenda," kata Ivan, "Lo size 6, kan?" Ivan bertanya kepada pacarnya Wendi.

"Bukan," jawabnya, "Dia size 7, tapi gue tahu siapa yang size 6," ucap Wendi sambil tersenyum pada Ivan.

Sebuah nama terlintas di benak Ivan saat mendengar ucapan Wendi, "Jangan bilang yang lo maksud tuh si Ayu," Ivan menghela nafas. 

"DING DING DING!" Wendi bertepuk tangan dan menunjuk ke arahnya, "BINGO!" 


-


Setelah mereka berempat pergi untuk mengambil cincin, mereka memutuskan untuk berjalan-jalan. Ketika mereka berjalan, Ivan menyadari bahwa Wendi dan pacarnya tidak terlihat.

"Wait," Ivan berhenti berjalan, "Mana si Wendi?" tanyanya.

Ayu melihat sekelilingnya dan menyadari bahwa dari tadi mereka hanya berdua, "Gak tau, mereka tadi di belakang kita kok," ucap Ayu yang kebingungan.

Tak ingin membuang waktu, Ivan memutuskan untuk langsung menelepon Wendi.

"Kalian berdua pergi kemana?" Dia bertanya

"Kita berdua punya rencana lain, sorry kita lupa kasih tahu," Wendi membuat alasan.

"Oh, it's alright, gue bakal langsung pulang aja kalau gitu," kata Ivan.

"What? Jangan! Temenin adik gue!" ucap Wendi, "Dia bakal nyanyi malam ini. Gue udah janji ke dia kalau gue bakal nonton tapi karena gue gak ada di sana, lo wakilin gue ya!" Wendi memohon.

Ivan menghela nafas, "You're setting us up," dia menuduhnya.

"Gue? Jodohin lo sama adik gue? Gue gak akan mungkin ngelakuin hal seperti itu," ucap Wendi dengan nada sarkastik. 

"Asshole," dia menghela nafas, "Okay. Gue akan pergi sama dia. Jangan sampe dia bikin gue kesel malem ini," ucap Ivan. Ayu yang mendengar ucapan itu langsung memukul tangan Ivan.

"Hei, adik gue tuh baik," Wendi memulai, "Kalau lo buka hati lo, dia mungkin bisa memperlakukan lo jauh lebih baik daripada Mia," ucap Wendi.

"Shut up. Stop ngomong seakan-akan adik lo tuh baik dan manis," ucap Ivan yang membuat Ayu langsung memukulnya lagi. 

"Aduh, Stop hitting me," katanya kepada Ayu sambil mengakhiri panggilan teleponnya dengan Wendi.

Falling With No Safety NetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang