Ivan dan Ayu menjadi pusat perhatian semua orang di tempat fitting karena keromantisan mereka.
Wenda memergoki salah satu sepupunya menatap Ivan terlalu lama sehingga dia menyenggolnya, "Berhentilah menatap Ivan seolah-olah dia adalah mangsa," kata Wenda.
"Apa sih? Aku nggak ngapa-ngapain," ucap Bella
"Kamu jadi gak fokus gara-gara ngeliatin dia. Stop it! Dia udah punya pacar!" Wenda mengingatkannya.
"Aku cuman ngeliatin doang," Bella membela diri.
-
Di sisi lain, Ruben juga mengalami hal yang sama dengan Wenda. Ia melihat Stefan menatap Ayu terlalu lama. Ruben menghampirinya dan menampar bagian belakang kepalanya, "Stop it!" Ruben memperingatkannya.
"Apa? Gue cuman tersenyum?" Stefan bertanya, pura-pura tidak tahu apa-apa.
"Berhenti menatapnya!" kata Ruben.
"Dia masih cantik," ucap Stefan tanpa sengaja.
Ruben menghela nafas, tidak tahu harus berbuat apa lagi dengannya.
-
Ivan merasa sedikit tidak nyaman dengan banyaknya orang yang memperhatikan dia dan Ayu. Ia berdiri karena harus ke toilet namun tiba-tiba Ayu menarik tangannya untuk duduk diam.
"Apa? Kamu bilang aku boleh ke toilet," dia menanyainya.
"Tahan selama beberapa menit lagi" ucap Ayu.
Sebelum Ivan sempat memprotes, Ayu melanjutkan, "Mia ragu sama kita, Stefan jadi ragu juga," dia berbisik
"Ngomong apa sih?" Ivan tetap tidak mengerti. Hal ini membuat Ayu ingin memukul kepalanya.
"Liat tuh mantan lo. Dia lagi ngobrol sama mantan gue. Gue yakin mereka lagi ngebahas kita," bisik Ayu, 100% yakin bahwa Mia dan Stefan membicarakan mereka.
"Kok lo bisa tahu itu?" tanya Ivan.
"Apa lagi yang mereka obrolin kalau bukan tentang kita?" tanya Ayu sambil mengangkat alisnya.
Ivan menggelengkan kepalanya, tidak tahu harus menjawab apa karena ada kemungkinan besar Ayu benar.
"I'll fix this. Just follow my lead," bisik Ayu.
Ivan belum siap dengan apa pun yang akan dilakukan Ayu, jadi dia terkejut ketika Ayu tiba-tiba memeluknya.
Ayu menengok ke arah Mia, seolah-olah memberitahu Mia bahwa Ivan adalah miliknya sekarang. Yang mengejutkannya adalah Ivan tiba-tiba mencium puncak kepalanya yang membuatnya langsung menatap Ivan. Ivan memberi Ayu senyum terbesarnya dan mencubit kedua pipinya yang membuat Ayu cemberut. Ivan tertawa dan akhirnya mengelus pipi Ayu.
-
Ruben yang melihat semuanya itu tersenyum. Dia benci merusak momen mereka tapi dia perlu berbicara dengan Ivan. Dia berjalan ke arah Ivan, kemudian dia meminta maaf kepada Ayu dan segera menarik Ivan ke sebuah ruangan kosong, di mana tidak ada seorang pun di sana.
"Gue suka dia," kata Ruben
Ivan bingung, "Pastilah, you're marrying her," ucap Ivan.
Ruben tertawa, "No, maksud gue tuh Ayu." dia berkata, "Dia baik dan penuh perhatian. Wenda tadi ngasih tau gue kalau Mia gak yakin kalau kalian berdua beneran pacaran. Tapi tadi pas Ayu pegang dagu lo pas lo lagi flirting sama dia," tiba-tiba Ivan memotong omongan Ruben, "I was not flirting," bantah Ivan.
"Anyway, ini kayak angin segar aja, ngeliat kakak gue begitu...." Ruben berhenti sejenak, mencoba menemukan kata yang tepat.
"Apa?" Ivan menunggu Ruben untuk melanjutkan.
"Carefree?" Ruben berkata, tidak yakin bagaimana menjelaskannya.
"I don't get it," Ivan bingung dengan apa yang dimaksud Ruben dengan carefree. Memangnya waktu dia bersama Mia dia tidak terlihat bahagia dan bebas?
"Ivan, gue ngeliat lo sama Mia. Lo tuh pasif sama dia. Apa pun yang dia mau pasti lo kasih. Lo gak pernah mempertanyakan keputusannya," Ruben menjelaskan.
Ivan merasakan perih di dadanya, "Um, Ouch," ucapnya.
"Sekarang, sama Ayu, kalian berdebat, dulu mana pernah lo nolak permintaan Mia. Ayu keeps you grounded. Lo keliatan kayak lagi have fun kalau sama Ayu," kata Ruben, "Ini kayak ngeliat Ivan yang baru. Dan gue suka ini," sambungnya.
"Sekarang gue gak akan berpikir dua kali tentang menikah. Lo udah punya Ayu. Lo akan baik-baik saja sekarang," tambahnya. Mengetahui bahwa Ivan akhirnya di tangan yang tepat membuat Ruben merasa tenang.
Ivan menatapnya dengan mulut terbuka lebar, "Lo baru aja ketemu sama dia hari ini," kata Ivan.
"Dan itu mengatakan sesuatu karena gue biasanya gak suka sama cewek yang lo pacarin," ucap Ruben dengan jujur.
Ivan tidak bergerak sedikit pun setelah mendengar kata-kata Ruben. Yang ada di benaknya hanyalah bagaimana reaksi Ruben saat mengetahui Ayu dibayar untuk melakukan semua ini. Ivan ingin berteriak, situasinya semakin memburuk.
-
Ayu melihat Ruben keluar dari ruangan tersebut terlebih dulu. 5 menit berlalu dan Ivan masih belum keluar dari ruangan tersebut. Ayu khawatir dan akhirnya dia masuk ke dalam ruangan tersebut. Dia melihat Ivan berdiri di sana dengan kedua tangannya di kepala, mengacak-acak rambutnya.
Ayu dengan lembut menepuk punggungnya, "Hei, lo baik-baik aja?" dia bertanya.
Ivan akhirnya sadar dan mengangguk, "Eh iya, gue baik-baik saja. Ayo pergi," ucapnya, memegang tangan Ayu dan membawanya keluar untuk bertemu yang lain.
Ketika mereka bergabung dengan yang lain, ternyata yang lain sedang membicarakan tentang kemana mereka akan hang out setelah ini.
"Kalian maunya pergi kemana?" Wenda bertanya.
Ayu tidak terlalu mendengarkan, dia lebih fokus merapikan rambut Ivan. Rambut Ivan terlihat sangat kacau setelah dia mengacak-acaknya tadi.
"Gimana kalau kita pergi ke bar?" tanya Ruben.
Beberapa setuju sementara beberapa mengucapkan selamat tinggal karena mereka punya rencana lain.
"Ayo pergi! Ada bar di dekat sini" ucap Ivan, terlalu bersemangat.
Ayu memukul lengannya, "Calm down," ucapnya dan Ivan langsung meminta maaf.
"Coba kalau gue yang pukul, pasti dipukul balik lebih kenceng," ucap Ruben, menggoda Ivan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling With No Safety Net
FanfictionIvan secara tidak sengaja memberi tahu sahabatnya bahwa dia mempunyai pacar baru. Tetapi kenyataannya adalah dia tidak mempunyai pacar dan sekarang dia membutuhkan seseorang untuk menjadi pacar palsunya untuk menyelamatkan harga dirinya dan tidak te...