BAB 01

4.5K 242 7
                                    

Lindang| Dia Milikku

***

SINAR mentari bersinar melewati pepohonan, menyebar jadi bintik-bintik cahaya yang jatuh ke sisi wajah seorang gadis cantik yang berusia sembilan belas tahun ini. Sudah lebih dari sepuluh menit berlalu ia berdiri dibawah pohon cassia dengan pandangan lurus kedepan. Menyaksikan sekelompok mahasiswa(i) yang sedang menjalani ospek didepan gedung rektorat.

Matanya tertuju pada sesosok laki-laki bertubuh tinggi dan kurus yang berdiri didepan sekelompok mahasiswa baru. Penampilannya memanifestasikan prospeknya yang luar biasa, dengan hidung yang tinggi dan kokoh, alis mata yang tebal, bulu mata yang lentik, bibir penuh berukuran kecil, serta rahang yang tajam dan tegas. Gadis itu telah menghafal seluruh profil wajah itu sejak lama. Bahkan tahi lalat kecil yang berada dibawah dagu hanya ia saja yang tahu letak posisinya dengan jelas.

Fairel Runako, laki-laki campuran Indonesia dan Jepang telah dinobatkan sebagai pangeran kampus karena wajahnya yang tampan. Meski tidak memiliki sifat sosialisasi yang tinggi, namun sosok Fairel tak pernah luput dari perhatian para gadis setiap angkatan di berbagai Fakultas termasuk si primadona kampus, Shabira Farica.

Meskipun tidak kaya, prestasi yang Fairel dapatkan sejak di taman kanak-kanak sampai sekolah menengah atas cukup membanggakan orang tuanya. Untuk masuk ke sekolah elit saja Fairel mengandalkan beasiswa sehingga tak hanya tampan, dia juga dikenal sebagai anak yang cerdas.

Perhatian Bhira pada Fairel telah lama jadi buah bibir semua orang. Tidak seperti kebanyakan gadis yang takut untuk mengungkapkan perasaannya terhadap orang yang ia suka, Bhira malah sebaliknya. Dia mengungkapkan ketertarikannya secara terang-terangan, menjadikan Fairel hak kepemilikannya secara individu sehingga membuat para gadis yang ingin mendekati Fairel mundur secara perlahan. Melawan Bhira bukanlah sesuatu yang patut dipertahankan karena hanya akan merugikan diri sendiri.

“Berhenti!” Teriakan Bhira melengking di seluruh penjuru. Sekelompok orang-orang yang sedang fokus menyimak Fairel beberapa saat lalu dengan serempak menoleh serempak kesumber suara.

Bhira melangkah ke arah mereka dengan tergesa-gesa, melewati kerumunan mahasiswa(i), lalu dengan kasar menepis botol mineral yang diulurkan seorang gadis kepada Fairel. Semua orang terkejut dengan tindakannya, tidak terkecuali Fairel yang langsung memasang ekspresi masam setelah melihat sikap kasarnya pada salah seorang teman perempuan dari anggota organisasi.

Iris mata Bhira menajam, dia berkata kepada Fairel, “Kamu tidak diizinkan menerima pemberian orang lain selain milikku!”

Fariel mendengus, memalingkan wajahnya kesisi lain dengan acuh mengabaikan Bhira yang berdiri di antara dirinya dan teman perempuannya untuk memberi jarak.

“Kamu...!” dia menunjuk wajah perempuan itu dengan kejam menghardik. “Siapa yang memberi hak padamu untuk memberikan air pada Ayi?”

“Ti-tidak, maksudku, tidak seperti itu." Cicitnya takut-takut.

Keberadaan Bhira cukup membuat semua orang ketakutan. Siapa yang tidak mengenalnya? Sedari dulu dia telah menindas banyak orang dengan kekuatan orang tuanya yang kaya raya. Mendekati Fairel sama seperti melemparkan nyawa untuk ditendang oleh gadis itu. Kekuatan Bhira tak main-main. Ayahnya adalah pengusaha real estate terkaya di negara itu, yang telah mengembangkan banyak cabang di dalam negeri maupun diluar negeri. Dengan kekuatan sebesar itu, siapapun akan takut menyinggung perasaan putri bungsu keluarga mereka.

LINDANG [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang