BAB 05

2.1K 191 0
                                    

Lindang| Keanehan
***

Matahari yang terik di siang hari menyebabkan beberapa orang yang sedang sibuk bekerja berpeluh meninggalkan kelembapan pada tubuh yang lengket oleh keringat. Derap langkah bergema sibuk di sebuah ruangan yang terhubung ke gudang, bergilir masuk dan keluar dengan bobot beban dipundak.

Di saat para pekerja mengeluh bahkan tak segan beristirahat untuk melepas penat, Fairel masih bersemangat mengerjakan tugasnya sehingga beberapa orang tampak iri padanya. Meskipun tubuhnya kurus, namun tak dapat di pungkiri bahwa dia memiliki otot dan energi yang besar untuk terus mengerjakan pekerjaannya dengan penuh semangat.

Beberapa gadis tak pernah melepaskan pandangan darinya. Mereka saling berbisik kagum dan terpesona olehnya untuk waktu yang lama. Hal ini membuat seorang laki-laki yang sedari tadi berdiri ditengah ruangan semakin membencinya sampai ketulang-tulang. Ekspresinya memburuk setiap kali gadis-gadis itu memuji Fairel dengan penuh kekaguman. Kedua tangan yang berada disisi tubuhnya mengepal tanpa sadar, dia mendengus sebelum dengan kesal memalingkan wajah dan meninggalkan ruangan dengan penuh amarah.

“Hey, bro!” Laki-laki berambut cepak mengikuti Fairel dari samping. Dia melirik ke arah beberapa gadis yang sedang melihat ke arah mereka dan berkata kepada Fairel, “Ajarkan aku trik memikat gadis, aku ingin mendapatkan pacar.”

Seolah tidak mendengar atau melihat laki-laki itu, Fairel menata kardus ditumpukan dengan rapi lalu keluar untuk mengambil kardus berikutnya.

“Bro, pesona mu membuat gadis-gadis itu terpikat padamu. Aku ingin mendapatkan perhatian mereka setidaknya aku ingin salah satu dari mereka menyukaiku. Tolong bantu aku.” Katanya dengan nada memohon.

“....” abai Fairel.

“Mio! Jangan mengganggunya, apa kamu tidak bekerja?” seorang gadis berambut kuncir kuda menghampiri mereka, dia melirik Fairel yang begitu fokus dengan barang bawaannya seolah tidak berada dilingkungan yang sama dengan kedua temannya.

Laki-laki bernama Mio itu mengerucutkan bibirnya dan membalas, “Aku tidak mengganggunya. Aku hanya minta sedikit bantuan.”

Lalina menghela napas panjang lalu menarik Mio ke pinggir dan membiarkan Fairel fokus pada pekerjaannya. “Jangan mengganggunya.” Tegas gadis itu menghentakkan lengan yang ditarik.

“Ku bilang aku tidak mengganggunyaㅡ“

“Apapun itu, ayo kembali bekerja.” Lalina menarik Mio pergi, namun nahasnya dia malah menabrak seseorang dan benda dipelukannya jatuh dengan bunyi Bam! sehingga menarik seluruh perhatian semua orang yang ada ditempat. Insiden ini disaksikan oleh banyak orang sehingga ruangan yang semulanya berisik langsung berubah hening dalam sekejab.

Laki-laki yang membawa kardus itu mengeram marah. Matanya mendelik Mio seperti predator yang siap menyerang mangsanya. Mio bergidik ngeri dan mengambil langkah seribu untuk berlindung dibelakang tubuh mungil temannya, Lalina.

Mata Lalina membulat, darahnya berdesir dan dengan takut-takut dia menunduk, berkata, “S-saya minta maaf atas nama teman saya.”

Sudah sepatutnya mereka tidak menyentuh singa yang sedang tidur, karena kecerobohan Mio, sepertinya sebentar lagi mereka akan menghadapi masalah besar.

“Kamu...!” geram laki-laki itu menunjuk Mio yang berada dibelakang Lalina.

Mio menunduk, dengan tergagap berkata, “S-saya minta maaf.”

Mata laki-laki itu melotot garang. Dia melangkah maju dengan langkah besar hendak menarik Mio keluar dari belakang tubuh Lalina. Tapi kemudian sekelebat bayangan hitam bertubuh tinggi memblokir jalannya sehingga langkahnya tersendat dan dengan spontan mendongak ke atas.

LINDANG [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang