LINDANG [Terbit]

BAB 08

Lindang|Pesta
***

Bhira tak dapat menahan rasa gugup saat berdiri di depan pintu ganda berwarna cokelat tua. Jemarinya sibuk merapikan rambut hitam legam yang tergerai indah diatas pundak. Bhira menarik dan menghembuskan napas sebelum akhirnya memberanikan diri mengangkat tinju dan mengetuk pintu beberapa kali.

Suasana disekitar terasa sunyi, tak ada jawaban dari dalam. Bhira kembali mengetuk, kali ini dengan sedikit lebih kuat agar penghuni rumah dapat mendengar ketukannya. Tidak berapa lama kemudian, Bhira mendengar suara langkah dari dalam yang perlahan semakin dekat ke arah pintu. Bhira berdiri dengan sopan didepan pintu sembari mengulum senyum, siap menyambut Fairel saat pintu perlahan terbuka, namun senyumnya membeku ketika sosok Ayumi muncul dengan wajah mengantuk.

Bhira mengatur ekspresinya dengan cepat dan menyapa dengan ramah. "Selamat malam Bibi,"

Ayumi tertegun sejenak. Matanya mengamati penampilan Bhira dari ujung rambut sampai ujung kaki. Gadis itu mengenakan dress selutut tanpa lengan berwarna merah cerah, rambut hitam legamnya di curly dengan indah, dia bahkan memakai hiasan disisi rambut kirinya dengan assesoris cantik. Wajahnya berpoleskan make-up natural sehingga tampak cantik dan alami.

"Nak, apa yang kamu lakukan diluar malam-malam begini? Ayo masuk, cuacanya sangat dingin." Ayumi menarik gadis itu masuk ke dalam.

Hujan baru saja reda, suhu udara masih sangat dingin di malam hari. Bhira yang hanya mengenakan pakaian terbuka, cukup merasa kedinginan dan menggigil. Ayumi menyelimuti tubuh Bhira dengan selimut dan menyiapkan teh untuk mengembalikan kehangatan pada tubuh gadis itu.

"Maaf, dia mengatakan akan pulang larut malam karena teman-teman ditempatnya bekerja mengadakan pesta untuknya." Ayumi memberitahu saat Bhira dengan gelisah menolehkan kepalanya ke kiri dan kekanan untuk mencari keberadaan Fairel.

Kata-kata Ayumi membuat kelopak mata gadis itu turun dengan sendu. Kegembiraan dihatinya perlahan meredup, tidak dapat menahan diri untuk tidak kecewa. Dia sudah sangat menantikan pertemuan ini dengan Fairel, bahkan membayangkan betapa tanpannya laki-laki itu ketika dia mengenakan jas. Seandainya saja Wira tidak menyita semua barang-barangnya, Bhira tidak mungkin terlambat satu langkah untuk menjemput Fairel.

"Fairel tidak mengatakan apapun padamu?"

Bhira menggeleng lemah.

Ayumi merasa tidak enak hati pada Bhira karena ulah putranya. Gadis ini sudah jauh-jauh datang bahkan rela mengenakan pakaian seminim ini di tengah cuaca buruk. Ayumi tak dapat membantu banyak, dia cukup mengenal karakter putranya sehingga dia tidak bisa memaksa Fairel meskipun dia mengasihani Bhira.

"Ingin Bibi meneleponnya?" tawar Ayumi yang langsung mendapat anggukan antusias dari Bhira. Ayumi tersenyum lalu mengambil ponsel jadulnya di dalam kamar dan memanggil putranya. Panggilan terhubung dengan cepat, sayangnya deringan diponsel bertahan cukup lama sehingga tak ada tanda-tanda pihak lain akan menjawab panggilannya. Tak pantang menyerah, Ayumi kembali memanggil putranya berulang kali. Sayangnya Fairel tak kunjung menjawab panggilannya.

Sementara itu di dalam KTV sekelompok anak remaja sedang bersenang-senang dan bernyanyi bersama dengan penuh penghayatan. Suasana ruangan itu tampak hidup dan meriah. Acara tiup lilin dan potong kue telah terselesaikan sejak satu jam yang lalu, namun seluruh penghuni seolah tak ingin menyelesaikan acara dengan cepat sehingga mereka menahan si pemilik pesta diruangan itu cukup lama.

Awalnya Fairel tidak tertarik untuk datang. Dia sudah akan pulang setelah menyelesaikan pekerjaan, namun beberapa teman kerjanya malah menyeretnya datang ke tempat ini untuk merayakan pesta. Mereka bahkan mengundang teman-teman Fairel dari kampus untuk menghadiri pesta tersebut. Jadilah dua kubu itu berakhir menjadi akrab satu sama lain dan merayakan pesta dalam suasana hati yang baik.