Lindang| Pengakuan
****Fairel merasakan ketidaknyamanan setelah kembali dari Purmerend Eiland. Perlakuan Bhira padanya sungguh membuat laki-laki itu memikirkan banyak hal, dia tidak bisa tidur dengan nyenyak, setiap kali Ayumi melihat putranya duduk ditengah ruangan, dia akan melihat laki-laki itu melamun dengan pandangan kosong. Tak hanya dirumah, bahkan ketika dia sedang bekerja, para karyawan sering menepuk pundaknya untuk membuatnya sadar dari kelinglungan.
Hari ini Saskara memanggilnya datang keruangan untuk bicara empat mata. Dia menatap Fairel dengan tatapan menyelidik, sebelum dengan nada serius membuka obrolan. "Akhir-akhir ini kinerja kerjamu menurun, apa kamu merasa lelah?"
Fairel mengangkat pandangannya, menatap Saskara selama dua detik dan menggelengkan kepalanya dengan lemah.
Saskara menghela napas panjang dan bertumpu diatas meja, "Saya akan memberimu cuti, jadi manfaatkanlah waktu senggangmu untukㅡ"
"Tidak!" balas Fairel cepat. Dia menatap Saskara sebelum menggelengkan kepalanya dengan perasaan salah. "Maafkan saya karena memotong kalimat anda, Bos. Tapi saya benar-benar baik-baik saja. Saya tidak perlu cuti,"
"Saya bukan orang jahat, Fairel. Kamu tahu seperti apa saya sebenarnya, saya tidak ingin menekan karyawan saat kondisinya sedang buruk. Saya memberimu waktu untuk beristirahat karena saya tahu betapa lelahnya kamu. Pulihkan kondisimu terlebih dahulu sebelum kembali kesini dengan semangatmu yang dulu."
Tenggorokan Fairel bergulung beberapa kali, kelopak matanya terkulai lemah.
Jam di dinding bergema didalam ruangan. Namun dua orang disana hanya duduk dalam diam, sementara Fairel menunduk, Saskara terus menatapnya dengan tatapan menyelidik. Dia melihat Fairel yang menelan ludah beberapa kali dengan gugup, ekspresinya sangat suram membuat Saskara sedikit penasaran, namun dia hanyalah orang luar yang tidak berhak menanyakan alasan pribadi karyawannya.
Setelah hening selama hampir tiga puluh detik lamanya, Fairel tiba-tiba mengangkat pandangannya dan menatap lurus ke arah Saskara. "Bos, saya ingin berterus terang kepada anda."
Sebelah alis Saskara menukik, dengan nada menggoda dia bercanda, "Apa selama ini kamu menyembunyikan sesuatu yang tidak saya tahu, Fairel?"
Ekspresi Fairel ragu-ragu, dia masih berkonflik dengan sesuatu. Dia tidak terbiasa mengumbarkan kehidupan pribadinya kepada orang lain secara terang-terangan, biasanya dia akan menyimpannya sendiri untuk waktu yang lama. Tetapi setelah dipikir-pikir kembali jika dia menceritakannya pada Saskara mungkin saja pria ini bisa membantu memperbaiki hubungannya dan Bhira.
"Saya akan menceritakannya kepada Bos, tapi dengan syarat Bos tidak boleh menyela saya. Setelah selesai jika anda ingin memukul atau menampar, saya akan siap."
Alis Saskara yang semula berkerut karena kebingungan tiba-tiba mengendut dan ia terkekeg dengan geli. "Saya tidak akan menyela kata-katamu dan mengapa saya harus memukul atau menamparmu? Seolah kamu sedang menyeludupkan sejumlah besar uang perusahaan secara diam-diam." Candanya untuk mencairkan suasana yang tegang.
Sayangnya tidak ada respon dari lawan bicaranya hingga membuat Saskara menyerah bermain-main dan kembali ke mode serius.
"Uhm, kalau begitu katakan. Saya akan mendengarkan."
Saskara duduk dengan nyaman, siap mendengarkan. Fairel menjilat bibirnya, setelah lama menutup mulut, kepalanya terangkat seolah-olah dia telah mengambil keputusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
LINDANG [Terbit]
RandomTERBIT! Assalamu'alaikum, hai sahabat pena. Novel Lindang kini terbit lho, tentunya versi cetak lebih ringkas dan lebih rapi. Info untuk pembelian novel Lindang Versi cetak ada di shoppe, bisa langsung klik link-nya di bio atau bisa check out di @fi...