BAB 35

2.1K 161 0
                                    

Lindang| Kepulangan Saskara
***

"....aku dan Shabira tertukar ketika kami masih bayi. Rahasia itu tersimpan cukup lama sampai beberapa bulan sebelum mereka mengusir Shabira pergi, orang tua ku telah mencari banyak bukti bahkan mereka mendatangiku untuk tes DNA. Aku kembali ke keluarga ini setelah sekian lama, sementara Shabira kembali ke keluarga kandungnya di Purmerend Eiland. Memang sulit dimengerti, namun kenyataannya begitu...."

Cerita Fanda hari itu membuat mulutnya ternganga selama beberapa waktu. Fairel tidak menduga kehidupan gadis itu sangat menyedihkan. Dia selalu terlihat bahagia setiap kali mereka bertemu, tersenyum sepanjang waktu, bibirnya yang tak pernah berhenti berceloteh seakan-akan tidak memiliki beban pikiran yang membuatnya stress.

Fairel sering kali berteriak dan mengucapkan kata-kata kasar untuk mengusirnya pergi, namun Bhira tidak pernah berkecil hati. Seolah telah terbiasa dan kedua telinganya menjadi kebal dengan perkataan Fairel hingga tak lagi berfungsi setiap kali mendengar ledakan amarah Fairel terhadap gadis itu. Semakin dia mengingat, semakin besar pula rasa bersalahnya pada gadis itu.

Fairel mengacak rambutnya frustasi dan berteriak, "Argh! Ini menyesakkan."

"Apa yang menyesakkan?"

Tubuh Fairel tersentak kaget, dia berbalik dan melihat Ayumi menghampirinya dengan segelas air ditangannya. Perempuan itu berdiri disamping, matanya melihat keluar jendela, cahaya bulan terpantul indah di kedua bola matanya yang jernih.

"Kenapa Ibu belum tidur?"

Ayumi mengangkat gelasnya ke atas, "Sedikit haus. Ada apa? Apanya yang menyesakkan?"

Bibir Fairel terkatup, dia menoleh untuk melihat ke luar jendela dengan ekspresi datar. Menatap sang rembulan yang bersinar terang malam ini.

Ayumi melirik. Melihat Fairel sepertinya tidak menanggapi, jadi dia hanya mengangguk dengan senyum yang lebih dalam: "Oke. Tidak apa-apa jika kamu tidak ingin memberitahu Ibu. Tidak semua hal yang menjadi urusanmu harus Ibu ketahui. Terkadang antara orang tua dan anak juga harus memiliki batasan, Ibu tidak akan memaksamu untuk mengatakannya."

"....."

"Malam ini bulannya sangat indah, benar, kan?" Meminta pendapat Fairel.

"Ibu," panggil Fairel dengan nada lembut. Ayumi memalingkan wajah ke arah putranya yang tiba-tiba berekspresi serius.

"Ada apa?"

"Ibu, lusa nanti aku akan melakukan perjalanan bisnis ke Purmerend Eiland."

Beritahu Fairel tiba-tiba. Pemuda itu tertunduk dengan kedua tangan mengepal dikedua sisi tubuh. Ekspresinya menegang seolah-olah dia ingin mengatakan sesuatu tetapi ragu-ragu. Tenggorokannya bergulung gugup, dia merasa gelisah karena berbohong pada Ayumi untuk pertama kalinya dalam situasi yang serius.

Dia sudah memikirkannya matang-matang sejak beberapa hari yang lalu untuk ke berangkatannya menuju ke kota Purmerend Eiland. Fairel merasa, jika dia terus menunda, maka tidak akan ada kesempatan lain yang akan datang padanya.

"Berapa lama?"

"Tiga hari. Jika Ibu tidak ingin sendirian, aku akan meminta Bibi Rai menemani Ibu selama beberapa hari."

Ayumi tersenyum, dia menepuk lengan putranya dan berkata, "Tidak apa-apa, Ibu bisa menjaga diri Ibu sendiri, pergilah tanpa banyak berpikir. Ini perjalanan bisnismu yang pertama, jangan lakukan kesalahan dan tetap fokus pada pekerjaanmu."

Fairel mengangguk mantab. "Aku akan kembali secepatnya."

*

*

LINDANG [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang