BAB 31

2.3K 192 3
                                    

Lindang| Jam Tangan/Arloji
****

Sesampainya dirumah, Fairel membanting pintu mobil dengan keras saat dia berjalan masuk kedalam rumah dengan langkah lebar. Ayumi yang panik berlari-lari kecil untuk mengejar putranya. Dia tidak tahu mengapa Fairel begitu marah, padahal jika dia tidak menginginkannya, dia bisa menolak dan membicarakannya dengan Ishaq secara baik-baik.

"Fairel, berhenti!" Ayumi meraih lengan putranya ketika dia hendak membuka pintu kamar. Dia membuat laki-laki itu berbalik dan bertanya, "Apa yang terjadi padamu, hah? Kenapa kamu begitu marah pada Ayahmu?"

Fairel melebarkan matanya dan berkata dengan marah: "Apa Ibu tidak dengar apa yang dia katakan? Dia memutuskan hubungan dengan kita selama bertahun-tahun lamanya, dia rela meninggalkan keluarganya demi perempuan lain. Saat aku menolak tawarannya, dia bahkan mencoba membuat image buruk dan menjelek-jelekkan perusahaan ditempat ku bekerja. Sekarang, dengan alasan kekeluargaan, dengan alasan ingin aku dapat melanjutkan bisnis didalam keluarga itu, dia memaksaku untuk menikahi putrinya, apa itu masuk akal, huh?!"

Ayumi berkata dengan agak cemas, lalu menurunkan volume suaranya dan hampir memohon, "Ibu tahu! Tapi kamu tidak bisa bersikap seperti ini didepan mereka. Lagipula Ibu sudah cukup memperhatikanmu selama bertahun-tahun, tidak pernah sekalipun kamu membawa seorang perempuan untuk diperkenalkan pada Ibu sebagai kekasih. Nak, katakan pada Ibu apakah tidak pernah sekalipun kamu merasakan perasaan jatuh cinta kepada seseorang?"

Pertanyaan Ayumi lantas membuat kemarahan yang meluap-luap dihati Fairel secara bertahap lenyap diudara. Memang benar dia tidak pernah jatuh cinta, dia juga tidak pernah tertarik sedikitpun pada orang lain. Lalu kenapa? Toh Fairel memang tidak pernah sekalipun merasakan perasaan suka terhadap seseorang. Selama ini dia hanya fokus belajar, bekerja dan menjaga Ayumi. Tidak ada yang lebih penting dari tiga itu didalam kehidupannya.

Ayumi menarik napas dalam-dalam, menatap lamat kedalam kedua bola mata putranya saat dengan penuh kecurigaan tiba-tiba dia bertanya, "Nak, tolong katakan secara jujur kepada Ibu, selama ini apa kamu tidak pernah memiliki ketertarikan terhadap wanita, hm?"

Pria itu menoleh menatap Ibunya dengan ekspresi terkejut. "Bu, aku tidak menyukai mereka bukan berarti orientasi sexual ku berbeda. Aku tidak pernah tertarik pada siapapun," bayangan Bhira tiba-tiba melintas dibenaknya yang membuat Fairel buru-buru meralat, "Maksud ku, hanya belum tahu."

Ayumi melirik Fairel sejenak, matanya menyiratkan kecurigaan, dengan mata menyipit dia bertanya, "Sebenarnya apa kamu menyembunyikan sesuatu dari Ibu? Kamu menyukai seseorang, benar?"

Ekspresi Fairel berubah terkejut, kemudian salah tingkah, dan berubah lagi menjadi dongkol. Ayumi tak dapat menahan diri untuk tidak tersenyum dan mengangkat tangannya ke atas sambil mengacak-acak gemas rambut putranya.

"Sepertinya memang begitu, itu sebabnya kamu menjadi ragu saat Ibu bertanya."

"Bu, mari kita tidak membahasnya. Ayo tidur, aku sedikit mengantuk."

"Akhir-akhir ini Ibu sering melihatmu sambil memegang ponsel seperti sedang menunggu balasan dari seseorang. Meskipun kamu mencoba menyembunyikannya dari Ibu, sebagai Ibumu aku tahu kamu sedang jatuh cinta."

"Bu~" tegur Fairel sedikit merasa malu. Ayumi terkekeh geli mendengarnya.

"Tidak perlu terburu-buru memperkenalkannya pada Ibu. Kamu bisa melakukannya secara bertahap, oke?"

"Tidak seperti itu, bu," elaknya yang mulai melupakan kemarahan yang menguasainya beberapa saat lalu. "Ayo tidur."

Melihat Fairel yang cemas dan gugup, Ayumi memilih untuk berhenti menggoda putranya. Dia membiarkan Fairel lolos, sedikit merasa senang putranya berubah hanya dalam waktu kurun satu tahun. Tetapi dia masih penasaran siapa gadis yang telah membuat es gunung putranya itu meleleh? Dia akan merasa sangat berterimakasih pada gadis mana pun itu.

LINDANG [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang