BAB 11

2.3K 207 0
                                    

Lindang|Kembalinya Putri Kandung
***

Suasana di dalam mobil tiba-tiba terasa menyesakkan. Kesunyian dan keheningan ini menjadi tidak biasa sehingga Paman Han yang sedang mengemudi sesekali mencuri pandang ke kaca spion untuk menyaksikan sang majikan bersandar lesu di kursi belakang sambil mengalihkan pandangannya keluar jendela.

Sejak kecil, Bhira memang tidak banyak bicara. Setiap kali Paman Han mengantarkannya ke sekolah, Bhira selalu bersikap acuh tak acuh dan hanya bicara ketika dia butuh sesuatu. Paman Han telah terbiasa dengan sikap Bhira yang seperti itu. Namun hari ini, sejak bekerja di keluarga ini, Paman Han pertama kali melihat betapa menyedihkannya gadis berusia sembilan belas tahun itu. Bhira tidak pernah memperlihatkan kelemahannya pada siapapun, termasuk ketika Milya memukulinya tanpa ampun, Bhira tidak pernah terlihat semenyedihkan seperti sekarang ini.

Untuk sekedar informasi, Paman Han juga memiliki putri seusia Bhira. Melihat tanda-tanda keterpurukannya saat ini, Paman Han menebak bahwa Bhira sedang putus cinta, mungkin? Tapi Paman Han tidak ingin menyimpulkan terlalu jauh. Toh, gadis secantik Bhira, tidak mungkin patah hati karena cinta, kan? Setahu Paman Han, Bhira adalah tipe orang yang akan selalu mendapatkan apa yang ia inginkan. Jadi tidak mungkin dia bersedih karena masalah cinta. Itu jelas sekali terlihat dari kepribadiannya.

Lama Bhira termenung, tanpa terasa mobil itu akhirnya memasuki perkarangan rumah bertingkat tiga lantai. Paman Han dengan langkah buru-buru membukakan pintu untuknya. Bhira yang baru saja disadarkan oleh suara mobil yang terbuka, segera turun dari mobil. Dia merasa risih dengan pakaian kotor yang penuh oleh noda nasi goreng dan ingin cepat-cepat membersihkan diri.

Begitu memasuki ruangan, alih-alih menaiki tangga menuju ke kamarnya dilantai dua, Bhira malah memutar arah menuju ke arah dapur. Tenggorokannya terasa kering setelah banyak menangis dan ingin mengambil segelas air untuk menyegarkan diri. Baru saja satu langkahnya memasuki area dapur, matanya langsung menangkap dua sosok yang duduk di kursi meja makan.

Milya menyendokkan sesuap nasi ke dalam mulut seorang gadis dengan penuh kasih sayang. Lalu berkata dengan nada lembut, "Makanlah lebih banyak, kamu terlihat sangat kurus."

Tubuh Bhira membeku, tiba-tiba ia merasa canggung untuk sementara waktu. Gadis yang duduk disamping Milya tersenyum dengan lembut, dia menganggukkan kepalanya dan menikmati makanan yang di sondorkan Milya dengan nikmat ke mulutnya.

Bhira memperhatikan profil gadis itu lamat-lamat. Dia tidak ingin mengakui tetapi wajah gadis itu terasa familiar olehnya. Rambut, wajah, mata, bibir, alis, hidung, itu adalah perpaduan gen Milya dan Wira yang sebenarnya. Bhira pernah sekali melihat foto masa muda Milya, dan itu persis seperti sesosok gadis yang duduk disana. Kedua tangan Bhira tergepal tanpa sadar, dia memandangi dua orang itu dengan hati yang sakit. Milya tidak pernah memperlakukan Bhira selembut dan penuh kasih sayang seperti yang ia tunjukkan pada gadis itu. Bhira merasa cemburu namun dia tidak dapat memprotes karena dia bukanlah bagian dari keluarga ini.

"Kamu pulang?" Milya menyadari kehadiran Bhira, menatapnya dengan ekspresi sombong. Sementara itu, gadis yang duduk disamping Milya juga memperhatikannya dan mata mereka bertemu secara tidak sengaja. Pupil matanya bahkan nyaris sama seperti milik Milya, tidak salah lagi, gadis ini pasti putri kandung mereka.

Bhira maju beberapa langkah, dispenser minuman berada tepat dibelakang tubuh mereka. Dia ingin mengabaikan keberadaan gadis itu dan hanya berjalan untuk mengambil segelas air, berpura-pura tidak melihat. Namun Milya dengan cepat berdiri dari kursinya dan memperkenalkan mereka secara resmi. "Perkenalkan, ini putri kandungku, Fanda, mulai sekarang dia akan tinggal dirumah ini."

Kepala Bhira tetunduk dengan cara yang menyedihkan. Meski tebakannya benar, Bhira masih merasakan sakit yang tajam menusuk-nusuk hatinya. Buku-buku dijarinya memutih seolah melepaskan emosi melalui tekanan jemarinya.

LINDANG [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang