Lindang|Lonjakan Kemarahan
****Ketika Fairel bangun, kepalanya terasa sedikit pusing. Dia berkedip untuk memperjelas penglihatan yang memburam, berdiam ditempat selama satu menit sebelum akhirnya mencoba untuk mengubah posisi menjadi duduk.
"Rara, dia bangun." Fairel mendengar seseorang berbicara. Dia mengangkat kepalanya dan terkejut menemukan dirinya didalam sebuah ruangan dengan tubuhnya terduduk diatas sofa.
Langkah terseret mencoba mendekatinya, Fairel yang terkejut dengan spontan menoleh dan mendapati seorang perempuan bertopi baseball membawakan segelas air madu untuknya. "Minumlah," ucapnya datar, meletakkan gelas diatas meja.
Fairel dengan cepat meraih pergelangan tangan gadis itu ketika dia hendak meninggalkan Fairel. Gadis itu menoleh, menatap ke arahnya dengan tatapan kosong.
"Kamu...."
"Cepat minum minumanmu, lalu pergilah."
"TungguㅡAargh!" Tubuhnya jatuh ketika dia hendak berdiri. Kepalanya terasa sakit, matanya sedikit berkunang-kunang. Dia terlihat sangat lemah sehingga untuk berdiri saja kedua lututnya lemas seperti jelly.
Gadis itu menghela napas kasar, dia duduk beberapa jengkal jauhnya dari Fairel, lalu mengangkat gelas madu ke bibir pemuda itu membantunya minum. Fairel menatap lawan bicaranya sejenak sebelum menyesap air madu yang di sondorkan gadis itu beberapa kali.
"Saya akan memanggil Taxi, anda bisa pulang setelah menghabiskan minumannya."
"Tunggu, bisakah kita bicara?"
"Maaf, apa kita saling mengenal?"
"Apa kamu perlu berpura-pura? Berhenti melontarkan omong kosong, aku ingin bicara denganmu."
"Rara, apa kamu mengenal orang itu?" Suara Jovan lantas membuat Fairel memalingkan wajahnya ke sumber suara. Matanya melebar, bukankah pemuda ini yang ia lihat di mobil saat itu?
Fairel mengalihkan pandangannya sekali lagi kepada Bhira, lalu menatap mereka berkali-kali untuk memastikan bahwa dia tidak tertipu dengan penglihatannya. Mereka memang mirip. Apa mereka kembar?
"Jo, pergilah ke dapur dan makan saja kue yang ingin kamu makan. Aku akan membuat makan malam sebentar lagi."
Jovan memandangi Fairel dan Bhira sebentar sebelum menganggukkan kepalanya dan bergegas menuju ke dapur. Setelah kepergian Jovan, ruangan itu kembali kosong. Fairel melihat ke sekeliling dan memperhatikan betapa bersih dan rapinya tempat ini, meskipun tidak besar namun terlihat cukup nyaman untuk ditempati.
Setelah melihat-lihat, Fairel kembali menolehkan kepalanya melirik Bhira yang duduk sambil memandang lurus ke depan tanpa berniat memandangi lawan bicaranya. Fairel menghela napas ringan sebelum bertanya, "Apa ini benar kamu?"
"Apa yang kamu lakukan didepan pintu apartemenku?" Tanya Bhira datar tanpa menolehkan kepalanya kepada Fairel.
"A-aku," Fairel tergagap. Dia tidak punya alasan atas jawaban yang Bhira tanyakan. Hubungan mereka cukup buruk sebelumnya. Mengatakan bahwa dia datang karena ingin bertemu gadis itu, apakah Bhira akan percaya?
"Bagaimana kamu bisa menemukan alamatku?"
"Aku..."
"Kenapa kamu ada di kota ini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
LINDANG [Terbit]
RandomTERBIT! Assalamu'alaikum, hai sahabat pena. Novel Lindang kini terbit lho, tentunya versi cetak lebih ringkas dan lebih rapi. Info untuk pembelian novel Lindang Versi cetak ada di shoppe, bisa langsung klik link-nya di bio atau bisa check out di @fi...