BAB 26

2.2K 179 2
                                    

Lindang| Melarikan Diri
***

Bhira merasa tubuhnya menjadi ringan saat dia diangkat seperti karung beras di atas pundak. Dengan kepala terbalik Bhira merasa aliran darahnya mengalir kebagian otak sehingga menyebabkan kepalanya terasa pusing. Dia berkedip berkali-kali untuk memperjelas penglihatan, sayangnya dia hanya melihat kegelapan meski matanya terbuka lebar. Sesaat, Bhira pikir mereka berada ditempat yang gelap tanpa penerangan, namun orang yang mengangkat tubuhnya berjalan tanpa kendala.

Ditengah lamunan itu tiba-tiba orang yang membawanya berhenti berjalan, sedetik kemudian dia diturunkan ke lantai hingga membuat ia menggeliat karena sensasi dingin dari ubin yang mengenai permukaan kulit lengannya yang telanjang. Dia hanya bisa menelungkup seperti seekor ulat yang menggeliat karena Kedua tangannya terikat kebelakang.

"Oh, bangun?" Suara bass yang datang dari atas kepalanya membuat tubuh Bhira membeku. Matanya terbuka lebar, dia berusaha menajamkan telinga ketika penglihatannya tak berfungsi. Dia bertanya-tanya siapa lagi yang ingin menculiknya? Apakah itu orang yang sama? Namun suara mereka berbeda. Atau jangan-jangan salah satu dari empat orang berbadan tegap yang datang kerumahnya beberapa saat lalu?

"Buka penutup matanya!" Perintah orang itu lagi entah pada siapa.

Seseorang mendekat, tanpa aba-aba dia menarik kain hitam yang menutup kepalanya sedari tadi. Dengan cahaya yang datang tiba-tiba, Bhira segera memejamkan matanya sejenak sebelum membukanya perlahan dan membiasakan diri. Bhira dengan pupil mata yang bergerak, menolehkan kepalanya kekiri dan kekanan dengan kebingungan. Dia ada didalam sebuah ruangan kosong dengan keramik putih. Ruangan ini benar-benar kosong tanpa furniture atau perabotan rumah lainnya.

"Hello, cantik." Suara itu datang dari atas ketika Bhira berusaha mencerna suasana disekitarnya. Dengan gerakan slowmo, Bhira mendongakkan kepalanya ke atas dan bertemu dengan tatapan seorang lelaki tua, bertubuh gemuk, mengenakan kemeja hawai dengan corak pohon kelapa dan laut yang biru. Celana pendek selututnya menampakkan sebagian betis gemuknya yang berbulu, dia mengenakan pentofel cokelat tua yang terlihat tidak cocok dengan penampilannya.

Melihatnya saja, Bhira merasa jijik. Namun laki-laki tua yang mengenakan topi koboi berwarna senada, dengan lancang membungkuk dan mencubit dagu Bhira sambil mengulum senyum puas. Sementara Bhira hampir memuntahkan cairan lambungnya ke wajah laki-laki itu dengan penuh rasa jijik ketika berhadapan langsung dengan wajah jelek dan tua itu.

"Wajahmu benar-benar cantik sekali, honey. Pelangganku akan puas jika aku menjualmu."

Wajah Bhira mengeras, matanya menatap orang itu dengan penuh permusuhan, dia menggeliat dan berteriak dengan marah, "Lepaskan aku!" Bhira merasa tali yang mengikatnya perlahan-lahan mengetat setiap kali dia mencoba menarik paksa tangannya untuk keluar. Kulitnya yang bergesekan dengan serat bahan yang kasar membuat tangannya terasa perih. Bhira yakin sudah ada memar di pergelangan kulitnya. Kulitnya begitu putih dan bersih, memar pudar itu akan terlihat kontras meski dia mencoba menutupinya dengan baju lengan panjang.

"Terlalu pemberontak." Laki-laki itu melepaskan dagu Bhira dengan kasar sebelum kembali menegakkan tubuh dan menyilangkan kakinya dengan santai. Menyalakan sebatang rokok, lalu menghisapnya dengan tenang sembari menatap objek dibawah kakinya datar.

"Para bed*bah si*l*n itu dengan berani menipuku dan kabur tanpa membayar sepeserpun kepadaku. Ku pikir itu akan merugikanku, namun ternyata aku salah, ada baiknya mereka kabur dan meninggalkan kalian untuk ku gunakan, bukankah lebih baik begitu?" Gerutunya sembari meniup asap ke udara membuat Bhira yang terbaring dibawahnya terbatuk-batuk.

"Siapa kalian?! Lepaskan aku!"

Laki-laki itu melirik Bhira dibawah kakinya. Matanya menyiratkan arogansi, namun tubuh gemuknya tidak membuat ia terlihat menakutkan dimata Bhira. Jauh lebih menakutkan melihat sekawanan laki-laki bertubuh tinggi dan tegap yang bertarung dengannya beberapa saat lalu.

LINDANG [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang