BAB 18

2.1K 165 1
                                    

Lindang| Makan Malam Bersama Keluarga Ayah
***

Minggu pertama tanpa Bhira, Fairel menjalani hari-harinya yang membosankan seperti biasa; kuliah dan bekerja. Tanpa Bhira di sisinya, hari membosankan itu lebih seperti hari kebebasan. Tak ada pengganggu yang menatapnya dengan bodoh di sepanjang mata kuliah, tak ada yang akan mengejarnya dan memaksanya untuk makan makanan yang ia masakkan, tak ada si cerewet Bhira yang menceritakan segala hal padanya, tak ada juga yang akan membuat emosinya melonjak naik karena keberadaan gadis itu.

Rasanya seperti Fairel benar-benar terbebas dari belenggu yang Bhira ikatkan padanya selama bertahun-tahun. Meski cepat atau lambat gadis itu akan kembali, saat ini Fairel menikmati hidupnya dalam kesendirian.

"Kak, terimalah pemberian dariku, orangtua ku baru saja kembali dari perancis jadi aku ingin memberikannya untukmu."

Gadis lainnya berkata, "Kakak aku membuat sesuatu untukmu. Terimalah,"

Fairel menarik kata-katanya tentang kesendirian. Parasit seperti Bhira memang menghilang selama seminggu, namun hama dari tempat yang berbeda selalu mengganggunya kapanpun dan dimanapun dia berada. Tanpa Bhira, ada banyak gadis yang mencoba menarik perhatian darinya.

"Kakak!" Fairel menoleh ketika suara familiar itu memanggil namanya dari jauh.

Yana berlari menghampiri. Wajahnya sumringah, namun ekspresinya langsung berubah ketika melihat beberapa gadis mengerubungi Fairel.

Fairel memutar bola matanya jengah dengan perasaan dongkol. Sejak pertemuan mereka di KTV, Yana dengan terang-terangan memperlihatkan keakrabannya pada Fairel. Meski telah berkali-kali di abaikan, sama seperti Bhira, dia selalu berpura-pura tidak tahu dan tetap menempel pada Fairel setiap kali mereka bertemu. Fairel tidak mengerti mengapa gadis-gadis itu begitu terobsesi pada wajahnya, tidak ada bagian yang menarik sama sekali. Ketampanannya hanyalah standar rendah yang tak membuatnya percaya diri.

Fairel mendengus, lalu berbalik dan melengos pergi dengan acuh tak acuh.

"Kakak, aku membawakan muffin untukmu, ambil lah," ujarnya saat  berusaha mengejar langkah Fairel.

"Maaf, aku harus pergi!" Fairel melangkah maju dengan langkah besar, membuat Yana kewalahan dan berhenti mengejarnya. Dia menatap punggung Fairel yang menjauh dengan perasaan dongkol, lalu melampiaskan diri dengan menendang tong sampah yang berada tidak jauh dari tempatnya berdiri.

***

"Kamu sudah pulang?" Ayumi menyambut putranya dari ruang tengah, lalu memanggil Fairel untuk mendekat. "Apakah malam ini kamu sibuk?"

Di hari biasa, Fairel akan bekerja sampai larut malam. Tetapi hari ini pemilik toko hanya membuka setengah hari karena ada satu dan lain hal yang membuat karyawannya di pulangkan lebih awal. Fairel menggelengkan kepala, "Tidak sibuk."

"Ibu baru saja mendapat undangan makan malam bersama dari seseorang. Apa kamu ingin ikut?"

Sebelah alis Fairel terangkat, "Siapa?"

Ayumi menggigit bibirnya dengan ragu-ragu menjawab, "Ayahmu, diaㅡ"

Ayumi belum selesai bicara saat Fairel dengan tegas menolak. "Tidak!"

Mata Ayumi berkedip, dia tercengang setelah mendapat penolakan tegas dari pertanyaan yang belum sempat ia selesaikan.

Fairel dengan ekspresi datar menambahkan, "Maaf, Ibu. Aku tidak akan pergi."

LINDANG [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang