BAB 36

2K 149 0
                                    

Lindang|Asli atau Palsu?
***

"Permisi," Fairel mengangkat wajahnya ketika seorang gadis berseragam sekolah menengah atas mendekatinya dengan ekspresi malu-malu. Pemuda itu mengangkat sebelah alisnya seolah bertanya apa yang gadis itu inginkan.

"Um, maafkan aku jika mengganggu waktumu. Apa aku bisa menambahkan kontakmu, aku ingin mengenalmu." Katanya dengan malu-malu.

Fairel berkedip, pandangannya turun. Dia menutup bibir dalam waktu yang lama hingga membuat gadis yang berdiri di seberang mejanya mengernyit heran. Dia menunggu dengan tidak sabar sembari mengeluarkan ponsel dari tas miliknya, hendak menyondorkannya pada Fairel sebelum tiba-tiba pemuda itu dengan acuh menjawab, "Aku punya kekasih."

Gadis itu kehilangan wajah. Dia merasa malu, senyum yang terukir dibibirnya meredup secara perlahan, lalu menunduk dan berkata maaf sambil berlalu pergi.

Setelah kepergian gadis itu, Fairel menghela napas lelah. Ini bukan kali pertama ia dimintai info kontak oleh seorang gadis. Dia telah di incar sejak turun dari pesawat, ada beberapa gadis yang nekad mendekatinya dengan tujuan yang sama. Fairel mengabaikan gadis-gadis itu ketika dia berjalan keluar dari bandara. Tidak peduli dengan tanggapan orang-orang itu terhadap sikapnya. Menjawab, "Aku punya kekasih," saja sudah cukup membuat Fairel berbaik hati untuk membalas.

Fairel mengaduk jus miliknya sembari menolehkan kepala keluar dari dinding kaca. Matanya mengamati para pejalan kaki serta mobil-mobil yang keluar dari bandara. Dia sudah berada di kota yang sama ditempati Bhira sesuai arahan Fanda tempo hari. Hanya saja dia baru menerima kabar bahwa Bhira tak lagi tinggal di rumah lama mereka. Fanda tidak dapat memberikan alamat pastinya karena diapun tidak tahu dimana keberadaan keluarga angkatnya.

Dia mendesah kecewa lagi untuk kesekian kali. Fairel menghabiskan sisa jus miliknya sebelum bergerak pergi. Baru saja kakinya melangkah keluar dari kafe, sebuah mobil mewah dengan jendela setengah terbuka melewatinya. Fairel yang tidak sengaja melihat ke depan melihat wajah familiar yang mengarahkan wajahnya keluar jendela sambil mengagumi pemandangan sekitar. Fairel mematung ditempat, matanya mengikuti pergerakan mobil yang bergerak melewatinya. Tidak tahu apa yang terjadi padanya saat itu, tiba-tiba kedua kakinya dengan cepat mengejar mobil itu. Sayangnya dia tidak dapat mengejar kecepatan mobil yang di kendarai oleh seseorang sehingga dia tertinggal semakin jauh ke belakang.

Tubuh kurusnya itu meski tidak terlihat berisi dan berotot namun dia memiliki energi yang cukup untuk berlari menuju ke Bandara. Tanpa peduli tatapan orang-orang mulai aneh ketika dia terus berlari dipinggir jalan bahkan beberapa mobil mengklaksonnya dengan keras karena menghalangi jalan.

Fairel tiba di Bandara setelah hampir lima menit berlari. Untungnya dia berada tidak jauh dari Bandara sehingga dapat mengejarnya dengan berlari. Sesampainta disana, Fairel melihat mobil yang dilihatnya beberapa saat lalu terparkir didepan gedung. Fairel berlari ke dalam untuk mencari. Jantungnya berdebar cepat, napasnya tersenggal karena lelah berlari, keringatnya mengucur membasahi kaos oblong putih dan kemeja biru yang dipakainya hari ini. Dia mencari dengan kepanikan ditengah kerumunan. Matanya bergerak gelisah kekiri dan kekanan namun tak juga menemukan keberadaan orang yang dilihatnya beberapa saat lalu.

Dalam kegelisahan itu, Fairel berusaha menjernihkan pikirannya yang sedikit kacau. Dia jelas melihat wajah familiar itu, tapi kenapa rambutnya pendek? Fairel memang hanya melihatnya secara sekilas, namun Fairel merasa yakin bahwa orang itu adalah orang yang cari.

"Nak, kamu terlihat kelelahan. Apa kamu ingin minum?" Seorang perempuan tua mendekatinya, dia menyondorkan sebotol air yang masih tersegel kepada Fairel. Namun pemuda itu menggelengkan kepalanya sembari mendudukkan diri di atas kursi untuk mengatur napas.

LINDANG [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang