Lindang| Jalani Hari Tanpa Bhira
***Jeni menatap Fairel dan menambahkan, "Ayahmu hanya ingin membantu dan memudahkanmu dalam pekerjaan. Pikirkanlah secara baik-baik apa yang ia tawarkan padamu. Sebagian besar dari perusahaan yang sedang ia jalankan, ia serahkan padamu, jadi jangan terlalu cepat menolak tawarannya."
Kata-kata Jeni membuat rasa ingin tahu Ayumi semakin memuncak. Dia menolehkan pandangan, menatap Fairel dengan ekspresi penasaran.
"Apakah ada sesuatu yang kamu sembunyikan dari Ibu, Fairel?" Setiap kata yang di ucapkan terdengar lembut namun penuh penekanan sehingga membuat tenggorokan Fairel tersendat dan menghindari tatapannya.
Ishaq melirik Ibu dan Anak itu secara bergantian dengan sebelah alis terangkat, dia bertanya, "Kamu belum memberitahu Ibu mu?"
Fairel diam seribu bahasa seolah dia tidak ingin menjelaskan situasi yang terjadi saat itu kepada sang Ibu. Ada kebingungan di antara ekspresi mereka semua tidak terkecuali Jeni yang mengerutkan alisnya. "Apa dia tidak memberitahu apapun padamu?" Tanya Jeni pada Ayumi.
Ayumi menggelengkan kepalanya dengan tatapan polos. Dia menatap putra dan mantan suaminya secara bergantian, menuntut penjelasan. Namun keduanya membungkam bibir, menolak untuk menjelaskan.
Yana merasakan suasana sedikit turun. Dia merasa canggung dan buru-buru mencairkan suasana dengan mengalihkan topik pembicaraan. "Oh benar, Bibi, aku akan mengadakan pesta ulang tahunku minggu depan. Ku harap Kakak dan Bibi datang untuk merayakannya bersamaku."
Lamunan Ishaq buyar ketika suara putrinya menggema. Dia mengangkat wajah, menyunggingkan senyumam dan menambahkan, "Benar. Datanglah untuk merayakannya bersama kami. Aku akan meminta mereka untuk menyiapkan pakaian untuk kalian."
Ayumi tersenyum canggung, menjawab, "Kami akan mengusahakannya."
***
"Aku akan mengembalikan uang itu," ucap Fairel setibanya mereka dirumah. Dia menatap mata Ayumi dengan ekspresi serius membuat perempuan itu sedikit kelabakan, merendahkan nada suaranya, dia membujuk.
"Tidak perlu merepotkanmu, Ibu akan mengembalikan uang itu padanya. Jadi berrikan saja pada Ibu, oke?"
"Apa Ibu ingin menggunakan uang itu?"
Fairel menyipitkan matanya saat dengan penuh kecurigaan mengamati Ayumi. Selama ini Ayumi jarang berbohong atau menyembunyikan apapun darinya. Bagi Ayumi, Fairel adalah anak sekaligus teman curhatnya yang akan ia ajak bicara dalam berbagai hal ketika mereka sedang bersantai. Namun ketika Ayumi mencoba berbohong maka ekspresi paniknya akan terlihat dengan jelas.
Tubuh Ayumi tersentak, dia berusaha menyembunyikan kegugupan dengan senyuman. Dia tahu putranya sangat memperhatikan ekspresinya, jika dia terlihat mencurigakan maka akan ada kemungkinan putranya akan bertanya padanya sampai Ayumi menyerah dan menjawab dengan jujur.
Dia berpura-pura tenang, menjawab, "Nak, apa yang kamu bicarakan. Tentu saja Ibu tidak akan menggunakan uang itu, Ibu hanya akan menyimpan dan mengembalikannya jika dia datang. Lagipula kita memiliki banyak uang dari hasil pekerjaan yang kita lakukan. Tidak perlu menggunakan uang mereka, benar, kan?"
Tatapan Fairel menghunus hingga ke dasar jantung. Ayumi merasakan bagian belakang lehernya bergidik. Dia merasakan kengerian, sama seperti saat dia melihat Ishaq meyakinkan keluarganya dulu bahwa dia bisa menghidupi Ayumi walau tanpa harta dan keluarga Ayumi. Dengan penuh tekad, bersumpah untuk membuktikan kepada mereka semua bahwa dia akan sukses. Begitulah tatapan yang Fairel tujukan padanya saat ini sehingga ia sedikit terintimidasi.
Setelah beberapa saat, ketegangan itu berakhir. Fairel memutuskan untuk mengalah, dia berjalan ke dalam kamar tanpa kata lalu kembali ke ruang tamu untuk memberikan uangnya pada Ayumi.
KAMU SEDANG MEMBACA
LINDANG [Terbit]
RandomTERBIT! Assalamu'alaikum, hai sahabat pena. Novel Lindang kini terbit lho, tentunya versi cetak lebih ringkas dan lebih rapi. Info untuk pembelian novel Lindang Versi cetak ada di shoppe, bisa langsung klik link-nya di bio atau bisa check out di @fi...