BAB 02

2.4K 215 0
                                    

Lindang| Buah Bibir

***

“Bagaimana kabar Ibu?” Tanya Fairel sembari menuangkan segelas air kedalam gelas. Dengan hati-hati membawanya ke bibir perempuan paruh baya itu untuk disesap.

“Baik,” jawabnya sambil tersenyum.
Ayumi berusia empat puluhan, wajahnya terlihat awet muda ketika ia tersenyum. Kulitnya selalu berwarna cerah dibawah sinar matahari yang membuat dia terlihat sangat cantik seperti wanita berusia dua puluhan, tapi sejak kesehatannya memburuk dia terlihat tua seperti usianya.

Dulu Ayumi memiliki stamina yang stabil. Dia sering berolahraga dengan teratur dan mengkonsumsi buah-buahan serta makanan bergizi. Sayangnya setelah berpisah dengan Ishaq, dia harus bekerja ekstra untuk menghidupi keluarga kecilnya. Karena hal ini pula Ayumi jadi lebih sering kelelahan, tubuhnya jadi semakin kurus dan kesehatannya memburuk membuat Fairel mengkhawatirkan dirinya sepanjang waktu.

Meletakkan gelas diatas meja, Fairel duduk diatas kursi sambil menggenggam tangan kurus sang Ibu dan membujuknya dengan kata-kata yang lembut. “Bu, berhentilah bekerja. Aku akan bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Lagi pula pihak kampus sudah cukup membantu perekonomian keluarga kita, jadi Ibu tidak perlu khawatir kita kekurangan uang.”

Ayumi mengelus pipi putranya, tangan yang lembut itu cukup hangat dan nyaman ketika bersentuhan langsung dengan permukaan kulitnya sehingga Fairel tak ingin buru-buru menjauhkan wajahnya dari tangan itu.

Ayumi menggeleng lemah tanda tidak setuju. “Ibu tahu kamu mengkhawatirkan Ibu. Tapi Ibu baik-baik saja, selama  kesehatan Ibu baik-baik saja, Ibu akan tetap bekerja. Simpan saja uang itu untuk memenuhi kebutuhanmu sendiri, oke?”

“Aku hanya tidak ingin Ibu kelelahan. ” Bujuknya pantang menyerah, “Aku baik-baik saja jika hanya aku yang bekerja.”

“Ibu bosan sendirian di rumah.” Ungkapnya terus terang. ”Selain mencari uang, Ibu ingin memiliki teman untuk mengobrol. Saat kamu pergi, rumah itu sangat sepi dan kosong. Jika Ibu berada di tempat kerja, Ibu akan bertemu banyak orang dan kami akan menghabiskan banyak waktu untuk mengobrol, jadi Ibu tidak akan merasa kesepian.”

Ayumi tahu Fairel sangat mengkhawatirkan kesehatannya. Namun Ayumi telah hidup sebagai Ibu tunggal sejak sepuluh tahun yang lalu. Mereka tidak punya siapa-siapa dan akan saling bergantung untuk menyemangati satu sama lain.

Bekerja dan mencari uang adalah tujuan utamanya, dia tidak ingin menyusahkan putranya yang bekerja keras untuk menghidupi mereka berdua. Lagipula Ayumi cukup kesepian ketika Fairel meninggalkannya seorang diri, dia butuh teman untuk diajak bicara. Bekerja adalah satu-satunya cara agar dia tidak merasa bosan, dia memiliki banyak teman ditempat kerja, sehingga jika Fairel pulang terlambat, dia tidak akan merasa waktu berjalan sangat lambat.

“Tapi Ibu tidak bisa memaksakan diri. Jika sesuatu terjadi pada Ibu....“ Kelopak matanya terkulai lemas, tak dapat membayangkan apa yang akan terjadi pada hidupnya jika sesuatu terjadi pada Ayumi.

Ayumi tersenyum mencoba meyakinkan putranya. “Jangan katakan apapun yang membuatmu merasa tertekan, percayalah, Ibu akan hidup seribu tahun lagi hanya untukmu.”

Fairel menatap Ibunya tidak yakin dan memaksakan diri untuk menganggukkan kepalanya dan menerima apapun keputusan Ayumi. Dia tidak bisa memaksa Ayumi tetap di rumah jika dia tidak ingin. Ayumi selalu sendirian setiap kali Fairel meninggalkannya, akan lebih baik jika dia membiarkan apapun yang ingin dilakukan Ayumi selama ia baik-baik saja.

LINDANG [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang