BAB 42

2K 176 2
                                    

Lindang| Kekhawatiran Tak Berujung
***

Tanpa terasa waktu berlalu sangat cepat. Sudah sebulan sejak operasi yang dilakukan Bhira dan dia kembali pulih dengan kaki yang normal. Hanya saja Bekas gesekan dari permukaan kulit ketika dia pincang membekas hingga membuat kaki kanannya terlihat seperti tidak normal. Namun tentu saja Bhira tidak akan mengeluh. Setidaknya dia berhasil kembali normal bahkan Saskara membelikan sepatu dengan brand favoritnya.

"Bhira, lihatlah, bukankah dia tampan?"

Sebelah alis Bhira terangkat naik saat Saskara dengan ekspresi gembira menunjukkan foto Corlin yang sedang bermain dengan beberapa anjing berjenis pudel. Pria itu mengenakan coat berwarna hitam, dengan sweater hitam dan celana yang serasi. Dia tersenyum ke arah kamera sambil mengusap anjing-anjing itu gembira.

"Lalu?" tanya Bhira tak tertarik.

Saskara tersenyum canggung, "Diaㅡ"

"Kakak, aku tidak menginginkannya." Bhira memutar bola matanya dengan malas menyaksikan televisi yang sedang menampilkan berita margasatwa.

Bukannya Bhira membenci Corlin. Laki-laki itu sangat baik, obrolan mereka cukup terhubung sehingga Bhira terlihat nyaman dengannya. Tapi Bhira tidak memiliki keinginan untuk menjalin hubungan dengan pemuda itu. Benar, Saskara sangat bersikukuh untuk membuat mereka lebih dekat. Tapi Bhira menolak dengan keras. Usianya masih sangat muda untuk memikirkan pernikahan. Lagipula dia baru saja sembuh dari kondisi yang membuat ia trauma. Akan lebih baik jika Bhira fokus dengan pekerjaannya dan Jovan.

"Bhira, kebahagiaanmu adalah kebahagiaanku."

"Aku tahu," jawabnya tanpa memalingkan wajah, "Tapi aku sudah cukup bahagia dengan keluarga baruku dan kehadiranmu disini, Kak."

"Apa kamu yakin?"

Bhira berpaling, menatap Saskara dengan dahi mengernyit. "Kakak pasti punya alasan mengapa kakak bersikukuh."

Saskara menghela napas, menyimpan kembali ponselnya kedalam saku dan duduk menatap adiknya dengan lembut. "Selama ini kamu sudah cukup menderita, aku ingin menebus dan memperbaiki semuanya untukmu. Apakah aku salah?"

Bhira menggelengkan kepala, "Tidak, hanya saja sikapmu sungguh berbeda akhir-akhir ini. Apa kamu menyembunyikan sesuatu dariku?"

Saskara mengatupkan bibirnya. Dia menatap Bhira selama dua detik sebelum menurunkan pandangannya dengan lesu. Memang benar akhir-akhir ini Saskara menjadi lebih pendiam dan banyak melamun. Bhira menyadari hal itu dan beberapa kali bertanya namun selalu tak ada jawaban dari Saskara. Atau lebih tepatnya Saskara tidak dapat mengatakan yang sebenarnya pada Bhira bahwa dia tahu apa yang terjadi antara Fairel dan adiknya.

Sejujurnya Saskara merasa sangat sakit untuk Bhira. Tidak hanya menerima kebencian dari kedua orang tua mereka, namun Bhira juga mengalami perundungan karena cinta. Selalu terjadi hal yang tidak baik disetiap apa yang Bhira lakukan. Itu membuat Saskara semakin merasa bersalah dan ingin menebusnya dengan menggantikan semua yang telah hilang dari Bhira.

"Itu hanya perasaanmu saja."

"Sudah berapa lama kita saling mengenal? Bahkan jika kakak tidak ingin mengatakannya padaku, aku tahu kakak sedang menyembunyikan sesuatu. Kamu melamun akhir-akhir ini, bahkan ketika menemaniku dirumah sakit saat itu, kamu terlihat sangat khawatir."

LINDANG [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang