0.1

4.6K 490 91
                                    

Nara berlari secepat mungkin menuju tempat kerjanya. Karena semalam dia pulang larut karena menunggu bus dan kehujanan, waktu tidurnya pun berkurang hingga membuatnya harus rela berlari daripada menunggu bus.

Mae Nara (매 나라). Marga yang cukup langka. Karena marganya diberi asal-asalan.

Gadis berumur 17 tahun ini, yatim piatu yang dibesarkan di panti asuhan. Wajar saja bila marganya bukan yang cukup banyak dikenal.

Nara tinggal disebuah rumah kecil yang disewanya. Bekerja sebagai kasir di suatu restoran sederhana namun ramai pengunjung. Terkadang Ia juga menjadi kurir dadakan.

Nara memasuki restoran itu dan mendapati seisi ruangan yang hampir penuh. Dengan tergesa-gesa, Ia berlari menuju ruang khusus karyawan dan memakai celemek khusus sebagai identitas pekerja.

"Nara?"

Nara menoleh ketika mendengar namanya disebut. Melihat Ibu pemilik restoran yang melangkah mendekat setelah menutup pintu, Nara segera membungkuk mengucap salam dan meminta maaf atas keterlambatannya.

"Tak apa. Aku mendengar kau sudah datang, jadi aku menghampiri. Aku hanya ingin memberitahu, nanti ketika jam pulangmu sudah tiba, jangan pergi dulu. Ada yang harus ku bicarakan."

Nara yang mendengar itu, mengangguk gugup karena tak biasanya Ibu pemilik restoran menghampiri langsung hanya untuk memberitahu hal semacam itu.

"Baiklah, bekerjalah dengan sekuat tenaga untuk hari ini, ya."

Sehabis mengatakan hal itu, Ibu pemilik restoran berbalik pergi.

Dibelakang, Nara menyusul keluar. Menghampiri meja kasir menggantikan teman kerjanya yang sepertinya cukup kesulitan.

Go Ra Hyun, satu-satunya teman yang cukup dekat dengannya di restoran ini. Umurnya lebih muda setahun darinya.

Kerusuhan karena berbagai kata dan kalimat dari pelanggan, berangsur mereda. Sebagian dari mereka sudah bepergian pulang.

"Kau penyelamatku, Nara! Aku sungguh kebingungan karena para pelanggan yang meributkan ini-itu terasa tak habis-habis sedari tadi. Mereka bahkan tak mendengar perintah agar mengantri."

"Tak apa, setidaknya sekarang hal itu telah berlalu dengan baik."

'Tring'

Lonceng yang menandakan ada yang masuk, membuat Nara dan temannya menoleh.

"Karena sudah sepi, biar aku yang menghampiri pelanggan untuk kali ini. Semangat, Ra Hyun!"

Nara mendekat dengan pulpen dan notebook kecil ditangannya.

"Permisi Tuan. Ingin memesan sesuatu?"

Sang pemuda menoleh. Tersenyum kecil ketika melihat wajah yang sama dengan yang semalam ditemuinya.

"Gadis yang semalam? Ini pertemuan yang kedua. Jika sekali lagi kita bertemu, ku yakini kita berjodoh."

"Eh?"

"Siapa, Gun? Kau kenal? Gadis semalam? Kau One Night Stan ya semalam?"

Pemuda itu, Park Jonggun, memukul kepala berambut kuning cerah disampingnya ini.

"Kim Jungoo bodoh! Jangan asal bicara. Dia yang membantuku ketika kau dengan teganya menelantarkanku di halte bus hingga pukul 3 dini hari!"

"Aduh, kau masih dendam denganku? Maaf ya, Gun? Gun?"

Pemuda berambut kuning cerah itu menangkup kedua pipi Jonggun dengan tangannya hingga wajah mereka saling berhadapan.

"Jangan marah, ya? Makanannya biar aku yang bayar deh, ya?"

꒰⑅WHILST༚꒱˖ [Jonggun] (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang