2.4 [Ansan]

388 81 8
                                    

Hm.. yang baca ratusan, lho. Tp vote nya minim bngt, ya. Dasar siders wkwk.

It's oky, sntai aja, selama setidaknya ada yg baca, aku ttep bakal seneng kok.

Btw, td liat BMKG, ada gempa di daerah NTB dan sekitarnya, ya? Siapa disini yg daerahnya jg kena?

Tetep waspada, ya. Khawatirnya ada gempa susulan. Terus berdoa menurut kepercayaan masing-masing, semoga kita semua terlindungi, aamiin.

Yaudh, Happy reading! (◍•ᴗ•◍)♡

"Ngomong-ngomong tentang Big Deal," Ryuhei mendudukkan dirinya di atas meja yg setengah hancur itu, "Lagi-lagi Shiba Inu? Aku tak punya perasaan apa-apa padanya. Tapi kalau Kim Gimyung.."

"Menyerang Big Deal itu bagus," Seongeun memotong Ryuhei dan melangkah mendekati Janghyun, "Kami akan mengikuti keinginan anda. Tapi, Presiden, sepertinya ada hal yang harus diselesaikan terlebih dulu."

Seongeun meregangkan otot lehernya, "Kenapa orang ini jadi bos anak perusahaan ke-5?" Tanyanya tertuju pada Janghyun. "Saya mengakui kemampuannya. Dia adalah orang yang membuat sistem 4 Men Crew, tapi itu tiga tahun yang lalu."

Ryuhei ditempatnya menyikut dada Kenta sambil menggumamkan "Berkelahi," secara berulang. Sedangkan Kenta sendiri membalas dengan acuh, "Diam kau, Ryuhei."

"Selama itu orang ini tak punya pencapaian. Salon? Main rumah-rumahan? Tentunya saya akan mengikuti perintah anda, tapi saya khawatir tentang Ilhae," tatapan malas sekaligus meremehkan ditujukan Seongeun pada Janghyun, "Pengemis dari Gangdong apa tahu caranya menghasilkan uang?"

"Saya menghormati pikiran anda. Seo Seongeun.." Janghyun mengancingkan kemeja hitam Seongeun, "Sebagai bos, bajumu harus rapi. Tutupi tato yang mengintimidasi. Apa kau tak tahu bahwa kau adalah wajah Ilhae?" Tangan Janghyun mencengkeram dagu Seongeun, "Apa Ilhae, sembarangan memilih bos?"

Pertikaian singkat itu kemudian dihentikan oleh Yoojin. Yoojin kemudian menjelaskan bahwa dia tidak sembarang itu memberikan posisi dan menyuruh Janghyun menjelaskan rencananya.

Setelah pembicaraan yang cukup panjang, Yoojin mengirim mereka ke Ansan. "Sialan. Aku juga? Kenapa harus ikut? Bisa awasi saja dari sini, pakai kamera, misalnya."

Itu, Nara yang sedang misuh-misuh karena disuruh Yoojin agar ikut mereka juga. Yoojin tersenyum santai padanya, "Karena keahlian bertarungmu. Untuk jaga-jaga bila terjadi hal yang tidak diharapkan."

Dahi Nara berkerut dengan tatapan kesal pada Yoojin, "Dasar.. bisa-bisanya dia menyayangimu sebegitunya."

Kini, dahi Yoojin yang berkerut menatapnya bingung, "Siapa dia yang kau maksud?"

Nara menghela nafas dan mengalihkan pandangannya, "Kau tidak akan tahu. Karena kau bukan Yoojin."

"Apa maksudnya? Aku adalah aku sendiri," sahut Yoojin kebingungan.

Netra coklat Nara menatap Yoojin dengan bibirnya yang mengukir senyum penuh arti. 'Kuharap kau menepati janji, Shera.'

"Ada seorang gadis berambut hitam yang menggemaskan. Dia seorang yang periang. Ketika dunia tidak adil padanya, dia tetap tertawa. Ketika orangtuanya menikamnya, dia pertahankan senyumnya. Ketika dia harus berpisah dengan satu-satunya orang yang menyayanginya, dia tidak menangis. Gadis itu sebegitunya menyayangi seorang Yoojin."

"Sayang Yoojin banyak-banyak!"

Yoojin tertegun untuk sesaat. Hingga perhatiannya kembali teralih pada Nara yang masih melanjutkan narasinya.

꒰⑅WHILST༚꒱˖ [Jonggun] (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang