1.2 |Infinity|

898 168 29
                                    

Nara sedang membalut lengan Jonggun. Jungoo hanya menyimak dengan setoples kue dipelukannya. Tadi sih, Jungoo sempat mengejek dan menertawai keadaan Jonggun.

"Nah, selesai."

Jonggun dengan wajah melongo bertanya, "Kain yang mengalung ini harus banget ya?"

"Tentu. Itu untuk membantu pembatasan dalam pergerakanmu. Tak usah pakai aksesoris dan jika merasa nyeri, katakan padaku."

"Tapi ini tak saki-aw!"

Nara yang memukul lengan patah Jonggun, tersenyum kemenangan, "Sakit, kan? Tunggu sebentar, aku akan ambil es batu untuk mengompres," perintahnya sambil berlari kedapur.

"Kau tak perlu berlari."

"Jadi, pasien Park Jonggun, apa yang terjadi?"

"Ya, begitu..?"

"Begitu bagaimana?"

'Tak!'

Nara menunjuk handphone yang diletakkannya di meja, "Lihat saja videonya."

Tangan Nara bergerak menaruh kantung es batu di lengan Jonggun. Nara melirik Jonggun yang menatapnya, "Bagaimana rasanya?"

"Terasa lebih relax."

Nara mengangguk. Selang beberapa menit, kantung bergeser dari satu titik ke titik lainnya.

"Ohh, begitu rupanya. Tak kusangka anak ini punya bakat itu juga~"

Nara dan Jonggun menoleh pada Jungoo yang baru saja selesai menonton video. Jungoo menatap kedua orang didepannya dengan pandangan curiga.

"Dan, sejak kapan kalian berpacaran, huh?"

"Ah, aku lupa. Tadi terekam juga, ya?"

"Mana boleh balik bertanya sebelum menjawab begitu? Jelaskan! Kapan si Jonggun ini menyatakan cintanya?"

Nara mengerutkan keningnya, "Kapan, ya? Dipikir-pikir, jantan satu ini tak pernah mengatakan cinta padaku!"

"Bagaimana kalian bisa berakhir berpacaran..?"

Kerutan di dahi Nara semakin dalam. Bahkan, bibirnya sudah melengkung karena kesal. "Jonggun langsung menyatakan aku pacarnya secara tiba-tiba. Seperti yang sering ku baca di novel romansa.."

"Kata-kata yang itu? 'Mulai sekarang kau jadi kekasihku, tak ada penolakan atau kau kucium sekarang juga'?!"

Nara menggebrak meja, dan menunjuk Jonggun sambil menatap Jungoo yang juga memajukan tubuhnya, "Betul! Bagaimana kau bisa tau begitu? Kau sama saja, ya?!"

"Apaan? Tidak kok! Wah, tak ada unsur romantisnya sama sekali kau, Gun~ Bahkan tak pernah mengatakan cinta barang sekali saja? Keterlaluan~"

Jungoo menatap Jonggun dengan seringai jahil. Tangannya bergerak memegang tangan kanan Nara yang berada di atas meja. "Putus saja, Nara. Aku siap menjadi pengganti! Aku akan berusaha semampu-aw, aw!"

Jonggun menendang Jungoo. "Kau pikir kakiku buntung hingga tak mampu menendangmu, huh?!"

Jungoo menarik kerah Jonggun hingga mereka sama-sama berdiri. "Tanganmu patah, tak apa?"

"Setidaknya aku belum mati dan tak sekarat hingga harus diam saja melihatmu menggoda gadisku!"

Dan setelah itu, Jonggun dan Jungoo pun bergulat dilantai.

Meanwhile, Nara sedang duduk bersila di sofa dengan tangan kanannya yang mengelus dagu dan mata tertutup.

Berpikir keras untuk menemukan sebuah kenangan yang sekiranya ada kalimat pernyataan cinta Jonggun. 'Kok nggak ada, sialan!'

"Park Jonggun!"

Jonggun yang sedang mencekik Jungoo dengan sebelah tangan itu, langsung berdiri tegap dan kembali duduk disebelah Nara dengan anggun. Eak, anggun ga tuh?!

"Ya?"

Jungoo mendengus kesal dan pergi keluar rumah. Daripada jadi nyamuk yang terabaikan diantara mereka, lebih baik dia bersenang-senang diluar.

"Jadi, kenapa kau jadikan aku pacarmu?"

"Karena kita, jodoh..?"

Nara menggeplak kepala Jonggun, "Darimana kepastian tentang hal itu, hei?!"

Mata Nara menyipit dengan iris coklat yang menatap tajam. Bibir Nara berkedut cemberut menahan tangis, "Jangan bilang kalau kau hanya mempermainkanku?"

Jonggun yang melihat Nara hendak menangis, dengan panik menjelaskan, "Tidak kok! Aku sebenarnya tak mengerti dengan cinta. Tapi, aku merasa nyaman berada didekatmu, merasa harus melindungimu, merasa terganggu ketika kau dekat dengan lelaki lain, merasa kesal karena kau terganggu, merasa denyutan menyesakkan aneh ketika kau menangis, merasa tergelitik ketika kau tersenyum senang dan tertawa tulus. Bahkan, jantungku seolah akan meledak ketika kita berada dalam jarak kurang dari 5 cm. Cinta itu yang bagaimana?"

Nara tertegun. Tadinya ingin marah kalau-kalau dia mendengar kalimat yang tidak diinginkannya. Namun, jawaban panjang itu sungguh jauh dari yang dibayangkannya.

Nara tersenyum dan tanpa diduga menangis. "Kenapa kau menangis? Aku salah, ya?"

"Tidak. Kau benar-benar menyebalkan!"

Nara memeluk Jonggun. Dia lega mendengar jawaban Jonggun yang lebih dari yang diharapkannya.

Jonggun yang bingung namun merasa senang, balas memeluk Nara. Bibirnya tersenyum ketika dia jadi mengingat saat dimulainya hubungan 'istimewa' mereka.

Ekhem, flashback on-

3 tahun yang lalu.

Ketika 4 Men Crew sudah terbentuk. Tugas menyetor uang dimulai. HNH Group mulai terbentuk. Janghyun telah pergi digantikan Wang Ochun. Gimyung memulai usaha di Toto Ilegal. Juga beberapa kejadian lainnya.

Sementara Jungoo mulai sibuk berkeliling daerah yang kadang dibantu kedua partnernya. Jonggun dan Nara saat ini sedang bersantai di rumah.

"Gun, kau lapar tidak?"

"Lapar. Tapi malas."

Nara menghela nafas. Melangkah menuju dapur dan mencari bahan untuk memasak.

Hasilnya, tak ada. "Gun, hanya ada ramen cup. Dan hanya tersisa satu."

Jonggun menghampirinya. "Untuk kau saja."

Nara menggeleng, "Tidak, tidak. Aku tak tega kalau harus jadi Ibu tiri. Kita bagi dua saja."

Dan, mereka pun makan ramen satu cup berdua.

"Nara."

"Ya?"

"Aku tau ini gila. Tapi, jadilah kekasihku, tak ada penolakan atau kau ku perk*sa sekarang juga."

Nara terdiam dengan bibir terbuka. "Kau-apa..?!"

'Cup!'

Tanpa menjawab, Jonggun mencium bibir Nara. Jonggun memeluk Nara dengan erat. "Milikku.."

Singkat cerita, sejak saat itu, mereka pun menjadi sepasang kekasih yang berbahagia. Tamat.ggg

-flashback off

Nara tertidur di pelukan Jonggun. Dengan perlahan Jonggun membaringkan tubuhnya di sofa dengan Nara yang bersandar di dadanya.

Jonggun mencium pucuk kepala Nara. Menghirup dalam-dalam aroma harum yang menguar dari rambut gadisnya. Jonggun kemudian berbisik pelan sambil mengeratkan pelukannya.

"Aku mencintaimu, Mae Nara. Dulu, sekarang, dan juga nanti. Tanpa batas jarak dan waktu. Bahkan jika kalanya nanti, kematian datang menjemput."

Memejamkan matanya dan melemaskan tubuh, Jonggun ikut menyusul Nara tidur. "Infinity.."

꒰⑅WHILST༚꒱˖ [Jonggun] (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang