Naruto © Masashi Kishimoto
Story © Cacacillya
Happy Reading!
___________________________
"Akhirnya kau datang juga, Naruto."
Perkataan absurd Sasuke yang membuat Aliansi Shinobi terkejut, kini berhasil teralihkan oleh suara Obito. Kalimat-kalimat sang Uchiha, bagai angin yang berhembus dan cepat menghilang. Semua kembali fokus pada perang yang tengah berlangsung.
Belum sempat Naruto bersuara, Obito sudah terlebih dahulu melakukan segel tangan dengan cepat dan juga rumit. Sedetik kemudian, tanah yang dipinjak oleh para aliansi bergerak dahyat, seperti ada gempa, hingga menyebabkan semua Shinobi terpental beberapa meter dari posisi sebelumnya, tanpa bisa dicegah oleh jutsu apapun. Bahkan para Kage juga tak bisa melakukan apa-apa selain pasrah menerima guncangan besar itu, dan berusaha tetap selamat.
Sedangkan Obito serta Madara masih aman berpijak pada Juubi, memperhatikan para aliansi yang berteriak panik dan berusaha menyelamatkan diri.
Naruto juga tidak sempat melakukan pergerakan, ia sudah terlebih dahulu terseret lebih dekat dengan posisi musuh oleh sebuah penghalang berwarna merah tipis yang tiba-tiba muncul bersamaan dengan guncangan tersebut. Bahkan ia tak sengaja melepaskan genggaman tangannya dari tangan Sasuke, hingga mereka berdua harus terpisah. Ia tersungkur ke tanah, dan meringis pelan kala merasakan sakit di di lututnya karena terkena bebatuan.
Guncangan itu perlahan mulai berangsur reda. Naruto bisa melihat para Shinobi ada yang tergeletak di tanah dengan ringisan di mulut masing-masing, ada juga yang masih sanggup berdiri walau kaki mereka sedikit gemetaran. Guncangan tersebut benar-benar dahsyat. Entah apa yang dilakukan oleh Obito.
Naruto melirik ke arah Sasuke, ia bernapas lega ketika melihat sang pujaan hati berdiri tegak tanpa ada luka. Meskipun wajahnya nampak panik. Pemuda bermata safir itu tersadar jika mereka berdua sekarang ini terpisah, terhalang oleh sebuah pengalang kuat yang ia yakini cukup sulit untuk ditebus atau dihancurkan. Lebih kuat dari kekkai di pulau kura-kura.
Suasana di area medan perang nampak ricuh oleh suara-suara Shinobi yang panik akan guncangan besar tadi. Mereka saling bertanya pada orang-orang di samping tentang keadaan masing-masing. Beruntunglah tak ada yang terluka sama sekali.
Naruto menoleh pada Obito dan Madara yang berdiri di atas kepala Juubi tak sempurna. Matanya memincing tajam memandangi kedua pria itu.
"Responmu cukup lamban terhadap jutsu ku. Guncangan seperti ini saja sudah bisa membuatmu melepaskan Sasuke. Aku sempat berpikir jika kau mungkin akan menghindar dari guncangan tadi." Suara Obito mulai terdengar kembali, membuat suasana seketika hening. "Tapi, aku harus berterima kasih karena hal itu. Kalian jadi terpisah, dan aku bisa dengan mudah untuk membunuhmu. Biarkan Sasuke melihat kau mati di depan matanya," kata pria itu.
"Sialan!" maki Naruto seraya berdiri, tatapan tajam ia arahkan untuk pria turunan Uchiha tersebut.
Obito tak memperdulikan makian dari Naruto, ia melirik ke arah Madara. "Aku akan memulai untuk mengendalikan Juubi."
"Kau akan segera menjadi Jinchuriki Juubi? Kau yakin? Bukankah Juubi belum sempurna?" kata Madara.
"Untuk melawan Naruto aku membutuhkan kekuatan ini," ucap Obito. "Kau keluarlah dari sini, dan urus kelima Kage," lanjutnya.
"Hn." Madara segera menghilang dari sana, mengikuti apa yang dikatakan oleh Obito.
Guncangan besar kembali terasa, tapi hanya di tempat Naruto berada, sedangkan di dalam penghalang tidak terasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
By My Side(ON)
FanfictionAku akan selalu ada di sisimu dan kau akan selalu ada di sisiku. NaruSasu fanfiction. Canon, Ninja. Gaylove Boyslove.