Hari-hari Haruto di sekolah kini sungguh berubah. Berubah karena kehadiran Jeongwoo yang sedari awal mengganggunya dan selalu membuat Haruto naik darah. Kalau saja mereka tidak di sekolah, bisa di pastikan Haruto akan menghabisinya, tidak peduli jika Jeongwoo seorang alpha sekalipun.
Sedangkan Jeongwoo justru sebaliknya. Alpha itu menikmati hari-harinya di sekolah karena dia bisa menggoda Haruto.
Seperti saat ini, dia hendak melancarkan kegiatan rutinnya mengganggu si manis namun ia urungkan ketika melihat Haruto berada di perpustakaan dimana tempat itu mempunyai aturan untuk tidak membuat keributan dalam bentuk apapun. Haruto sedang membaca buku di perpustakaan seorang diri. Bibirnya menyunggingkan senyum tipis sembari membolak balikkan buku yang ia baca. Jeongwoo yang melihat itu refleks menyentuh dadanya yang berdegup kencang dan mata tajam itu membola ketika tanpa sadar dirinya menggeram dan matanya berubah menjadi abu abu terang.
Jeongwoo meremat tembok di samping dan menggelengkan kepalanya cepat. Kepalanya ia dongakkan dan helaan nafas lega keluar dari mulutnya ketika pupil matanya kembali seperti semula dan dadanya berdetak normal.
"Aku tidak pernah seperti ini sebelumnya." gumam Jeongwoo. Dia menatap lekat laki-laki manis di depannya dan lagi-lagi jantung berdegup cepat hingga ia merasa sedikit sesak. Sebuah asumsi terlintas di pikirannya.
"Jadi kau memang bukan beta huh?"
Jeongwoo kembali tertegun ketika wangi kayu manis yang sebelumnya hanya sekelebat kini dengan jelas tercium di hidungnya. Matanya menatap Haruto yang masih santai saja membuatnya mengernyit bingung.
"Tidak ada reaksi apapun darinya? Bagaimana bisa?" gumam Jeongwoo. Matanya kini mengedar ke sekitar dan bisa ia lihat beberapa alpha di sana namun mereka juga biasa saja sehingga Jeongwoo menyimpulkan jika hanya dia yang mencium feromon kayu manis yang sangat ia yakini milik Haruto. Bibirnya menyeringai ketika merasa rencana yang dia lakukan kemungkinan besar akan berhasil.
Kaki jenjangnya ia langkahkan mendekati laki-laki manis itu. Merasa ada yang mendekatinya, Haruto mendongakkan wajahnya dan mendengus kecil ketika melihat siapa yang mengganggu ketenangannya. Ia pun kembali membaca bukuntmya tanpa perlu repot-repot berbasa-basi dengan Jeongwoo. Jeongwoo terkekeh pelan dan duduk di samping Haruto dengan menopangkan satu tangannya.
"Menyingkirlah" ucap Haruto tanpa mengalihkan pandangannya dari buku yang ia baca.
"Aku tidak melakukan apapun"
"Bukannya tidak tapi belum melakukan apapun" balas Haruto.
"Tuduhanmu itu menyakiti hatiku" ucap Jeongwoo. Haruto mendecak pelan dan menoleh ke arah Jeongwoo.
"Cepat katakan. Apa maumu? Setelah itu pergilah. Aku tidak mau di ganggu."
Jeongwoo terkekeh pelan, tangannya terangkat untuk menyingkirkan helaian rambut yang menutupi sebagian mata cantik itu. Haruto membiarkannya dan berharap setalelah itu Jeongwoo pergi dari hadapannya.
"Ayo pergi bersamaku" Haruto membulatkan matanya.
"Kau gila?! Aku tidak akan mau pergi denganmu. Oh jangan-jangan kau berencana menjebakku dan membunuhku huh?"
Jeongwoo tertawa pelan. Matanya menatap kagum paras manis Haruto. Membuat Haruto yang di tatap seintens itupun memalingkan wajahnya.
"Sudah ku bilang, aku akan menjadikanmu ratuku jadi sangat mustahil jika aku membunuhmu, manis"
"Oh kau mau menculikku?!!!" tuduh Haruto. Jeongwoo menggelengkan kepalanya pelan.
"Sungguh, Haruto. Aku tidak akan berbuat seperti yang tuduhkan. Aku hanya ingin mengajakmu keluar. Itu saja." ujar Jeongwoo.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINO S1 (END)
WerewolfHaruto merasa dirinya memanglah seorang Beta dari keluarga Watanabe. Dia yakin seratus persen karena dia tidak mengalami heat saat umurnya genap 17 tahun hingga kini ia 19 tahun dan berada di tingkat akhir sekolah menengah atas. Namun apakah pemikir...