Quattordici 🔞

10.7K 630 151
                                    

WARNING ⚠️
🔞
.

.

.

Asahi masih setia mengawasi Mashiho yang kini mondar-mandir dan sesekali mengawasi keadaan di sekitarnya di depan ruang baca Junghwan. Hingga matanya membulat ketika Mashi membuka pintu tersebut dan masuk ke dalam.

Asahi melangkahkan kakinya sepelan mungkin dan mengawasi pergerakan Mashiho dari jendela samping, Ia pun menunduk ketika Mashiho kembali mengedarkan pandangannya seolah memastikan hanya dirinya saja di ruangan itu.

"Apa yang dia cari sebenarnya?" Asahi terus mengawasi gerak-gerik mate Junghwan tersebut. Karena setahunya, Junghwan memang di percaya untuk menjaga arsip arsip yang masuk ke kerajaan. Asahi mengernyitkan dahinya ketika laki-laki mungil itu mengangkat satu gulungan yang berada di laci besar meja kerja Junghwan. Mashiho membuka gulungan itu lalu mengangguk kecil, Ia pun menyembunyikan gulungan tersebut di balik bajunya dan merapikan kembali berkas-berkas yang sempat ia buka. Asahi menyembunyikan tubuhnya di balik tembok ketika Mashiho keluar dari ruangan Junghwan.

"Gulungan apa itu?" Asahi pun pergi dan kembali ke kastil sembari menunggu kepulangan Haruto dan Jeongwoo.

.

.

"Ibu, aku menemukannya"

"Akhirnya kau berguna anak bodoh! Kemarikan kertasnya" wanita paruh baya itu tertawa keras lalu menepuk pucuk kepala sang anak.

"Kerja bagus, Mashiho. Kau boleh keluar. Biar aku dan ayahmu yang mengurus sisanya" Tetapi anak itu tidak bergeming dan menatap gulungan kertas yang Ia berikan dengan tatapan sendu.

"Bu... Bisakah kita hidup seperti biasa tanpa memikirkan tahta? Kumohon" sang Ibu mengangkat kepalanya dan menatap sinis ke arah Mashiho. Tangannya terangkat dan memukul kepala omega itu dengan gulungan kertas yang Ia baca.

"Hei dengar! Kau tidak berhak bersuara di sini. Cukup diam dan lakukan apa yang ibu dan ayahmu perintah. Kau sudah gagal membawa ayahmu menjadi Raja sebelumnya."

"Bu, Junghwan itu anak ked--"

"AHHH BERISIK!! Jika saat itu kau menuruti omonganku, maka yang sekarang bertahta adalah Junghwan bukan Jeongwoo. Jika Junghwan naik tahta, ayahmu bisa melenyapkannya dengan mudah. Tapi lihat akibat kelakuan membangkangmu, ayahmu turun jabatan dan kita harus berusaha lebih keras untuk merebut tahta kerajaan" Mashiho menggeleng tak percaya mendengar kalimat demi kalimat yang keluar dari mulut sang Ibu.

"Bu, aku sudah menurutimu untuk mendekati Junghwan dan menjadikannya pasanganku. Kau pun tau aku memang mate Junghwan. Tapi Junghwan terlalu muda untuk menikahiku bu." wanita itu berjalan mendekat dan menggerakkan telunjuknya ke dahi sang anak.

"Sekarang aku mengerti alasan mengapa aku menyesal mempunyai anak sepertimu. Selain lemah, kau juga bodoh! Pergi dari hadapanku!!" usir sang Ibu. Mashiho tersenyum getir lalu meraih tangan sang Ibu dan di kecupnya pelan. Matanya menatap dalam mata tajam sang Ibu dan tersenyum manis setelahnya.

"Tapi aku tidak pernah menyesal di rawat dan di besarkan oleh Ibu. Aku menyayangimu,bu. Selamat malam."

Sang Ibu terdiam kaku sejenak menatap kepergian sang anak lalu mendecih pelan dan melanjutkan kegiatannya membaca gulungan kertas di tangannya.

Mashiho berjalan gontai dan seketika menghapus airmatanya kasar ketika melihat sang kekasih baru saja keluar dari ruang rapat. Ia pun berlari kecil dan menghadang langkah Junghwan.

"Hwanie!!" Junghwan tertawa gemas dan memeluk erat tubuh mungil sang kekasih.

"Kau mengagetkanku sayang!! Kau darimana?"

DESTINO S1 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang