diciannove

5K 547 146
                                        

Jeongwoo menatap sungai di depannya dan berjongkok ketika merasa ada yang menarik celananya. Bibirnya tersenyum tipis dan mengangkat buntalan putih yang sedari tadi menggigit dan menarik celananya.

"Kkk kau merindukanku kan? Maaf aku jarang menemuimu." Jeongwoo membawa kelinci tersebut dan mendudukkan dirinya di bawah pohon. Tangannya masih setia mengusap kepala hewan mungil itu sedangkan matanya menerawang ke depan.

"Kau harus mendengar ceritaku" seolah mengerti jika sang majikan sedang bersedih, kepala kelinci itu mengusap lembut telapak tangan Jeongwoo.

"Kau tau? Istriku pergi. Ah saat ini mantan istriku. Hahaha, jika kau mengerti pasti kau juga akan membenciku. Aku melukainya, melukai tubuh, hati dan anakku. Asahi benar, aku tidak pantas menjadi Raja. Alpha sepertiku ini memang patut hidup sendiri, karena sifatku saja sudah membuat kekacauan dan membuat semua orang kecewa. Istriku meninggalkanku karena sifat gegabah dan keeegoisanku, Ibu kecewa padaku dan yang paling membuatku sakit ketika rakyatku bersedih ketika tau tentang menghilangnya Haruto. Aku mengacaukan semuanya, bukan?" Jeongwoo mengusap kasar airmatanya dan menunduk menatap kelinci mungil yang kini juga menatapnya dengan binar bulatnya. Ia menurunkan hewan putih tersebut lalu menghela nafasnya berat.

"Aku harus kembali. Aku akan sering mengunjungimu di sini"

Tanpa ia sadari ada sosok wanita yang tubuhnya di selimuti cahaya sedang memperhatikannya sedari tadi dan mendengar ucapan Jeongwoo. Ia pun tersenyum dan tubuhnya menghilang bak di terpa angin sejuk musim semi.

Jeongwoo kini telah sampai di istana dan segera memanggil Junghwan serta orangtuanya untuk membicarakan sesuatu. Benerapa menit kemudian mereka berempat telah berkumpul di ruangan sang ayah.

"Ada apa hyung? Kau baik-baik saja ?" Jeongwoo menatap kedua orangtuanya.

"Aku ingin mundur dari tahtaku." ketiga orang tersebut sontak menatap Jeongwoo tak percaya.

"Maksudmu? Ada apa denganmu, nak?" tanya Junhoe. Ia bahkan sampai pindah dan duduk di sebelah putra sulungnya. Ini terlalu mengejutkan untuk mereka.

"Aku merasa tidak pantas untuk mengemban tanggung jawab yang kau berikan, ayah. Kejadian kemarin sudah lebih dari cukup untuk membuktikan jika aku memang tidak pantas menjadi Raja. Sifat egois dan pemarahku mengacaukan segalanya. Aku takut akan ada lagi kekacauan-kekacauan yang aku buat. Memang sudah sepantasnya Junghwan yang menggantikan posisimu, ayah." Sang Ibu menghela nafas panjang dan menyuruh Junhoe untuk bertukar tempat duduk sehingga dirinya bisa berbicara lebih dekat dengan putra sulungnya. Junghwan yang mendengar itu pun menggeleng cepat, menolak pernyataan sang kakak.

"Semua ini bukan sepenuhnya salahmu, putraku. Benar, kau memang salah tapi kekacauan kemarin juga ulah pamanmu bukan kau." Jeongwoo menunduk dalam. Matanya menatap nanar cincin yang ada di jari manis dan kelingkingnya. Itu cincin pernikahannya dengan Haruto.

"Aku menyakitinya, membuatnya pergi bahkan aku tidak tau dia dimana. Aku tau Moon Goddess akan menjaganya tapi dia seorang diri. Apa dia hidup dengan baik, apa dia memiliki tempat untuk tidur, apa dia rutin mengobati luka di punggungnya. Andai aku mendengar apa yang Junghwan katakan, dia pasti masih di sini kan bu? Aku tidak bisa. Aku--"

GREP

"Menangislah, putraku" bahu lebar yang biasanya tegap, kokoh kini layu dan bergetar. Alpha itu menangis keras di pelukan sang Ibu membuat ketiga orang lainnya menatap sendu sang Raja. Bahkan Junghwan juga merasa, tubuh sang kakak semakin kurus. Bagaimana tidak, sang kakak kini jarang memakan makanan yang di antar maid dengan alasan sibuk mengerjakan berkas-berkas kerajaan. Junghwan tau, sang kakak sedang menghukum dirinya sendiri.

"Hyung, jika aku di suruh menggantikanmu, aku tidak bisa. Benar kata ibu, semua kekacauan yang terjadi kemarin bukan sepenuhnya salahmu. Kau memang bersalah pada Ru hyung. Tapi aku tau kau ingin melindungi Packmu." ucap Junghwan.

DESTINO S1 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang