Diciassette

5.2K 553 527
                                    

Paginya, Pengawal berlarian mengelilingi istana dan kastil untuk menyampaikan perintah Jeongwoo agar seluruh penghuni istana dan kastil berkumpul di aula utama. Jeongwoo kini telah duduk di singgahsana nya. Matanya dengan tajam menatap satu persatu orang yang datang lalu menunduk singkat kepada sang ibu dan ayah. Ibunya mengernyit bingung karena singgahsana di samping Jeongwoo yang seharusnya di duduki Haruto kini lenyap.

"Jeongwoo--" belum selesai berbicara, satu tangan Jeongwoo terangkat seolah mengatakan kepada sang ibu untuk tidak berbicara apapun. Matanya masih mengamatu satu persatu orang yang kini memenuhi aula utama. Setelah di rasa lengkap, matanya menatap Junghwan.

"Panggil dia" Junghwan menggeleng pelan

"kau akan menyesalinya, hyung." Setelah itu, Junghwan menghampiri kamar Haruto dan mengetuk pintunya pelan. Tak lama pintu di buka oleh Asahi dan dengan segera omega itu menyingkir, mempersilahkan adik Raja itu masuk.

"Ru hyung, kau di panggil Jeongwoo hyung di aula utama" ucap Junghwan. Haruto yang sedang mengancingkan pakaian luarnya pun mendongak dan matanya bersitatap dengan mata Junghwan melalui cermin. Dahinya mengernyit melihat raut wajah sang adik ipar yang terilhat gelisah dan sedih.

"Ada apa, Junghwanie? Kenapa wajahmu seperti itu?" Junghwan menunduk lalu menggenggam tangan lentik kakak iparnya erat. Dia sungguh tidak percaya jika sang kakak ipar yang melakukan semua ini tapi perintah Jeongwoo adalah perintah seorang Raja yang tidak bisa di bantah. Ia hanya berdoa semoga sang kakak tidak akan memberikan hukuman berat pada kakak iparnya.

Haruto semakin bingung melihat tingkah sang adik ipar. Tangannya mengangkat dagu Junghwan dan menelisik mata bundar adik iparnya.

"Ada apa sebenarnya? Aku tidak akan pergi sebelum kau jelaskan semuanya" Junghwan menghela nafas panjang lalu memandang sendu omega cantik di depannya.

"gulungan yang sampai pada Raja Pack Selatan sudah selesai di selidiki dan Jeongwoo hyung sudah menemukan tulisan tangan yang ada di gulungan itu" Haruto tersenyum mendengarnya.

"Syukurlah, lalu?" Junghwan menunduk, enggan melihat Haruto di depannya. Dugaannya benar, Haruto bukanlah pelaku sebenarnya.

"Hyung, lebih baik kau pergi dari sini." Haruto mengernyitkan dahinya. Dia tidak mengerti arah pembicaraan sang adik.

"Maksudmu?"

"aku yakin bukan kau orangnya kan hyung? Tulisan tangan di gulungan itu sama persis seperti tulisan tanganmu, hyung dan kini semua orang berkumpul di aula. Jeongwoo hyung... Jeongwoo--" Haruto terdiam kaku. Lalu matanya menatap mata Asahi lekat. Mereka berdua sama terkejutnya tapi Haruto tidaklah selemah itu. Dirinya bukanlah orang yang pasrah dan menangis tersedu-sedu ketika berada di posisi yang tidak aman seperti ini. Badannya menegak dan tatapan matanya kini berubah tajam.

"Di depan ada berapa pengawal?"

"Hyung.."

"Junghwanie?" Junghwan sedikit terkejut dengan perubahan sifat Haruto yang terlalu tiba-tiba.

"empat." Haruto tertawa hambar mendengarnya.

"Ternyata hyung mu benar-benar ingin menghukumku, huh? Baiklah. Bawa aku"

"HARUTO!!" bentak Asahi. Ia memegang lengan itu erat seolah mencegah Haruto yang kini hendak keluar dari kamarnya.

"Kau gila?!!"

"Aku mungkin akan kalah nanti tapi kau tau bukan? Aku adalah anak dari Watanabe Hanbin, darah dalam tubuhku mengalir deras seluruh sifat berani Watanabe. Aku tidak salah dan aku tidak takut terhadap apapun, meskipun aku harus mati di tangan suamiku sendiri" Asahi terisak kuat dan menggeleng pelan.

DESTINO S1 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang