Sesampainya di istana, Jeongwoo segera membersihkan diri lalu bersiap untuk kembali pergi. Jeongwoo harus segera mendapatkan penawar racun itu jika tidak Haruto tidak akan bisa di selamatkan. Ia akan mengurus pamannya nanti, yang terpenting saat ini adalah Haruto.
"Ayah, tempatnya masih sama kan?" tanya Jeongwoo. Junhoe mengangguk mengiyakan.
"Ya. Cepatlah, racun itu sedikit berbahaya."
Jeongwoo mengangguk cepat lalu merubah wujudnya, jika berlari dengan wujud manusianya itu akan sangat lamban dan membuang waktunya. Ia berlari masuk ke dalam hutan dan berhenti di depan gubuk kecil yang di depannya di penuhi tanaman obat. Kembali dengan wujud manusianya, Jeongwoo mengetuk pintu itu pelan.
Tak lama, pintu di buka oleh wanita yang sudah cukup tua. Wanita itu segera membungkuk ketika melihat Jeongwoo.
"Pangeran, apa yang membawamu kemari?" tanya wanita itu.
"Aku butuh penawar racun, bibi" jawab Jeongwoo. Wanita tua itu mempersilahkan Jeongwoo masuk. Jeongwoo mengamati ruangan yang di penuhi botol-botol ramuan yang asing baginya.
"apa jenis racunnya?"
"Bunga Hydrangea" jawab Jeongwoo. Wanita tua itu membulatkan matanya. Pasalnya bunga itu sangat beracun dan berbahaya jika tidak segera di beri penawarnya. Wanita itu mengambil dua botol dan mencampurkan isinya lalu sedikit di beri bubuk berwarna putih.
"Ini" wanita itu menyerahkan botol penawar kepada Jeongwoo.
"Bagaimana cara meminumnya?"
"campurkan dengan air satu gelas. Cukup dua tetes saja, Pangeran. Jika sudah sadar, minum ramuan itu hingga habis. Tunggu sebentar, aku beri satu botol lagi" Wanita itu kembali meracik ramuan yang sama dengan cepat lalu memberikannya kepada Jeongwoo.
"Cepatlah pergi, Pangeran. Kau pasti sudah mengerti berapa lama racun itu bertahan" Jeongwoo mengangguk dan segera pergi menuju istana Pack Barat. Ia harus sampai secepat mungkin sebelum terjadi apa-apa pada Haruto.
.
.
Jeongwoo telah berdiri di depan gerbang istana, menatap tajam pengawal di depannya yang terlihat enggan membuka pintu untuknya.
"Pangeranmu sedang sekarat di sana, aku membawa penawarnya. Jadi cepat buka pintunya bodoh!" bentak Jeongwoo. Melihat pengawal di depannya yang sengaja menahannya membuatnya marah, tidak tau kah mereka Haruto di dalam sana sedang berjuang antara hidup dan mati?
Pengawal tersebut segera membuka pintu gerbang dan mempersilahkan masuk setelah mendengar bentakan Jeongwoo. Jeongwoo mendecak kesal lalu berlari kedalam.
"Masuklah, Pangeran" ucap salah satu Guards yang menjaga kamar perawatan Haruto. Jeongwoo masuk dan tubuhnya seketika melemas melihat wajah pucat hampir membiru Haruto. Hanbin menghampirinya dan menepuk pundaknya pelan.
"Kau bawa penawarnya?"
"Tentu saja." Jeongwoo segera memerintahkan tabib untuk membawakan segelas air untuknya sedangkan ia berjalan dan duduk di sisi kasur Haruto. Tangannya menggenggam tangan itu erat.
"Bertahanlah sebentar lagi." gumam Jeongwoo. Tabib datang dan segera memberikan segela air sesuai permintaan Jeongwoo. Ia pun mengeluarkan botol penawar dari saku coatnya lalu meneteskannya ke dalam air tersebut. Setelah memastikan obat itu telah tercampur, ia pun menyelipkan tangannya ke belakang kepala Haruto lalu meminumkannya.
Setelah memastikan cairan itu masuk sepenuhnya, Jeongwoo kembali membaringkan kepala Haruto. Semua orang di sana menunggu obat itu bereaksi dengan cemas. Tak lama, Haruto batuk-batuk dan mengeluarkan busa dari mulutnya. Jeongwoo meminta kain untuk membersihkan busa di mulut Haruto.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINO S1 (END)
Hombres LoboHaruto merasa dirinya memanglah seorang Beta dari keluarga Watanabe. Dia yakin seratus persen karena dia tidak mengalami heat saat umurnya genap 17 tahun hingga kini ia 19 tahun dan berada di tingkat akhir sekolah menengah atas. Namun apakah pemikir...