Kini Haruto sedang berjalan pulang ke istana. Mereka memutuskan untuk berjalan kaki saja, Jeongwoo sebenarnya sudah menawarkan punggungnya pada Haruto namun laki-laki manis itu menolak dengan dalih dirinya ingin berjalan saja. Jika kalian mengira perjalanan mereka hening-hening saja, kalian salah besar karena Jeongwoo berusaha untuk menciptakan topik pembicaraan dengan Haruto.
"Ru, aku masih penasaran" Jeongwoo kembali membuka topik pembicaraan.
"Penasaran tentang?"
"Kau di latih berburu oleh kakakmu selayaknya seorang alpha. Bukankah itu sangat sulit ?" tanya Jeongwoo. Bukannya meremehkan Haruto, tetapi jarang bahkan mungkin tidak ada seorang selain alpha yang kuat atau tahan di beri pelatihan berburu seperti alpha.
"Dulu aku berpikir seperti itu. Kau tau, awal kakak mengajariku, tulang keringku patah dan tanganku terkilir hahaha. Tapi kakak mengatakan padaku jika itu adalah sebuah proses jadi aku harus tahan dan yaa jadilah aku yang sekarang." jelas Haruto. Mendengar Haruto yang menceritakan pengalaman latihannya dengan nada sesantai itu membuat Jeongwoo menggelengkan kepala tak percaya. Haruto memang unik dan berbeda dari yang lainnya.
"Saat itu aku melihat proses latihan berburu yang kau ajarkan dan aku berpikir bagaimana jika kau membantuku untuk mengawasi dan melatih alpha dan beta baru di sini?"
"Aku tidak keberatan sama sekali namun aku punya teknik mengajarku sendiri. Apa tidak masalah?" Jeongwoo terkekeh pelan dan merangkul pundak laki-laki manis itu erat.
"Tidak masalah. Oh ya Ru"
"Hm?"
"Kau belum ku kenalkan dengan pengawal pribadiku kan? Dia akan pulang malam ini. Akan aku kenalkan padanya nanti"
"Memangnya dia dimana?" tanya Haruto
"Dia ku tugaskan untuk menyelidiki sesuatu" jawab Jeongwoo. Haruto mengangguk mengerti dan tanpa sadar mereka telah sampai di kastil. Haruto pun melangkahkan kakinya masuk kedalam dan di lihatnya dekorasi dan bunga-bunga sudah terpasang apik di seluruh ruangan.
"Ibu!!" Haruto menoleh dan merentangkan tangannya menyambut Rowoon ke dalam pelukannya.
"Ibu darimana saja?" tanya Rowoon. Haruto tertawa pelan melihat raut sedih sekaligus menggemaskan putranya.
"Maaf yaa.. Tadi ayah dan ibu ada sedikit urusan" jawab Haruto. Rowoon membulatkan matanya dan kepala melongok, mencari sosok ayahnya namun nihil.
"Ayah sedang menemui kakek, sebentar lagi juga pasti kembali" ucap Haruto, seakan tau jika Rowoon sedang mencari keberadaan sang ayah. Rowoon mengangguk pelan lalu matanya kembali berbinar.
"Ibu.. Paman Junghwan mengatakan kalau Rowoon naik tingkat!! Rowoon dapat nilai sempurna tadi!!" Haruto tersenyum manis dan mengecup kening sang putra lalu turun ke pipi. Ia gemas sekali dengan Rowoon, anak itu akan sangat bersemangat jika berceloteh tentang proses belajarnya bersama Junghwan.
"Rowoonie pintarr!! Ibu bangga padamu" Rowoon memekik senang lalu memeluk leher sang Ibu erat. Haruto mengangkat Rowoon dalam gendongannya dan membawanya menuju ruang makan untuk makan malam. Ia tau sang putra pasti belum memakan makan malamnya dan sengaja menunggunya.
Ia turunkan tubuh mungil Rowoon dan duduk di sebelahnya. Matanya sesekali melirik pintu utama, menunggu Jeongwoo datang. Tak lama pintu di buka dan di lihatnya Jeongwoo yang berjalan mendekat ke arahnya dan Rowoon. Anak itu memekik senang dan merentangkan tangannya, meminta peluk pada sang ayah. Jeongwoo tertawa lalu membawa Rowoon kedalam gendongannya.
"Anak ayah sepertinya sedang bahagia sekali hari ini. Ada apa?" tanya Jeongwoo.
"Rowoon naik tingkat, ayah!! Rowoon dapat nilai sempurna tadi!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINO S1 (END)
WerewolfHaruto merasa dirinya memanglah seorang Beta dari keluarga Watanabe. Dia yakin seratus persen karena dia tidak mengalami heat saat umurnya genap 17 tahun hingga kini ia 19 tahun dan berada di tingkat akhir sekolah menengah atas. Namun apakah pemikir...