Satu minggu berlalu dan kini Haruto tengah menatap Jeongwoo di depannya dengan hati yang campur aduk. Sesuai dengan apa yang di inginkan Jeongwoo, Alpha itu kini telah sangat siap menemui Pack Watanabe. Berbeda dengan Jeongwoo yang telah siap dalam segala hal, Haruto justru merasakan perasaannya sedikit tidak enak. Dirinya tau bagaimana sifat ayahnya. Ayahnya sungguh sulit untuk di lunakkan hatinya. Apalagi kejadi saat itu sungguh membuat harga diri keluarganya jatuh.
"Yang Mulia" Jeongwoo berdecak malas lalu membalikkan tubuhnya.
"Bisakah kau memanggil namaku saja, Ru? Aku tidak suka kau memanggilku seformal itu" Haruto mengangguk pelan lalu mendekatkan dirinya ke hadapan Jeongwoo.
"Kau benar-benar sudah siap bertemu ayah, ibu dan kakakku?" tanya Haruto. Jeongwoo memutar bola matanya malas, pasalnya omega di depannya ini sudah menanyakan pertanyaan yang sama lebih dari sepuluh kali.
"Kau sudah tidak perlu mendengar jawaban dariku, kan?"
"Aku ingin kau menjawab pertanyaanku!" Jeongwoo menarik kedua tangan lentik Haruto dan menggenggamnya erat.
"Aku sudah lebih dari siap, Ru. Apapun yang di lakukan ayah, ibu maupun kakakmu akan aku terima dengan senang hati. Apapun itu. Tapi perlu kau ingat, aku akan terus memperjuangkanmu. Perasaanku tidak main-main padamu, Ru." ucap Jeongwoo. Haruto menatap lekat dan dalam.
"Tetaplah hidup, Park Jeongwoo." singkat namun bermakna dalam bagi Jeongwoo. Tangan besarnya terangkat dan mengusap lembut perut besar Haruto.
"Pasti. Ayo sudah waktunya pergi" Haruto mengangguk pelan lalu berjalan mendahului Jeongwoo dan di depan istana sudah ada kereta kuda dan ayah ibu Jeongwoo yang ikut menunggunya.
"Ayah, Ibu. Haru pergi."
"Ayah, Ibu, Aku pergi."
Roseanne mengangguk dan memeluk Haruto terlebih dahulu lalu bergantian memeluk putra sulungnya. Di bisikannya sesuatu di telinganya.
"Semoga Moon Goddess melindungimu selalu" Jeongwoo mengangguk dan mengecup singkat pipi ibunya. Kini ia merentangkan tangannya untuk memeluk ayahnya.
"Hati-hati. Ayah akan menyusul jika kau tidak kembali dalam satu minggu" bisik Junhoe.
"Baiklah, ayah." Jeongwoo melepas pelukannya dan kini berjalan di depan sedangkan Haruto sudah duduk di dalam keretanya.
Beberapa jam kemudian, mereka telah sampai di gerbang utama. Dua schouts segera menghadang Jeongwoo.
"Maaf Yang Mulia Raja, kami hanya menjalankan perintah." Jeongwoo tersenyum tipis dan mengangguk mengerti.
"Buka gerbangnya" titah Haruto. Dua schouts itu masih terdiam dan menatap satu sama lain ragu. Pasalnya Raja mereka memerintahkan untuk tidak mengizinkan anggota Pack Timur memasuki istana nya namun masalahnya adalah ada Haruto di depan mereka.
"Aku pangeran di sini dan kalian masih tidak mau membukanya?" Dua schouts itu segera membuka gerbang di belakang mereka. Haruto menghela nafas dan mengangguk saat matanya dan mata Jeongwoo bertemu. Omega hamil itu berjalan terlebih dahulu, di susul oleh Jeongwoo. Melihat Haruto, dua warriors penjaga pintu utama, segera membukanya.
Pintu terbuka dan kini di hadapan Jeongwoo dan Haruto, terlihat ayah dan kakaknya yang tengah berbincang santai. Keduanya mendongak dan sontak berdiri. Hanbin tersenyum manis, menghampiri putra kesayangannya dan memeluknya tidak terlalu erat untuk menjaga perut Haruto.
"Ayah merindukanmu, Haru" Haruto membalas pelukan ayahnya dan menepuk punggung itu lembut.
"Aku juga" Haruto melepas pelukannya dan beralih memeluk kakaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINO S1 (END)
WerewolfHaruto merasa dirinya memanglah seorang Beta dari keluarga Watanabe. Dia yakin seratus persen karena dia tidak mengalami heat saat umurnya genap 17 tahun hingga kini ia 19 tahun dan berada di tingkat akhir sekolah menengah atas. Namun apakah pemikir...