LAST CHAPTER
Time skip
Kini kandungan Haruto sudah berjalan 9 bulan dan seluruh penghuni istana sedang sibuk untuk menyambut kelahiran anak kedua pasangan Raja dan Ratu mereka. Jeongwoo bahkan menyelesaikan tugas-tugas lebih awal dan kini fokus menemani Haruto.
Asahi dan Mashiho juga selalu menemani sang Ratu dan bergantian menjaga Rowoon. Anak itu sangat senang mendengar jika sang ibu akan segera melahirkan adiknya sehingga meminta kepada paman dan kakeknya untuk meliburkan seluruh jadwal belajarnya. Jeongwoo tidak setuju dan sempat memarahi Rowoon di ruangannya membuat anak itu pertama kalinya mendiami sang ayah dan mengunci diri di kamar selama sehari.
Flashback on
"Ayah tidak memberimu izin libur, Rowoonie. Ibumu baik-baik saja dan ada ayah, bibi Asahi dan bibi Mashi yang menjaga. Kau hanya perlu fokus belajar dan belajar." Rowoon yang mendengar itu pun menunduk sedih. Dia hanya ingin menemani Ibu nya saja. Selama kehamilan ibunya, Rowoon terlalu sibuk dengan jam belajarnya sehingga jarang ada waktu menemani atau menjaga ibunya.
Anak itu memberanikan diri menatap ayahnya.
"Ayah, selama ini Rowoon jarang ada waktu bersama ibu. Kali ini saja ayah, Rowoon janji setelah adik lahir, Rowoon tidak akan meminta libur lagi." Jeongwoo mengernyitkan dahinya mendengar Rowoon yang masih kekeuh ingin mengosongkan semua jadwal belajarnya.
"Sejak kapan Rowoon berani membangkang ucapan ayah?"
"Ayah, Rowoon mohon izinkan ya? Paman dan kakek sudah memberi izin." Jeongwoo menatap tajam putra sulungnya. Efek stress pekerjaan membuat alpha itu sedikit sensitif.
"Park Rowoon. Mereka memang mengizinkanmu, tapi ayah tidak. Kau akan menjadi penerus ayah dan kau ingin bermalas-malasan? alasannya menemani ibu. Sudah, ayah tidak menerima bantahanmu lagi. Sekarang keluar dan kembali belajar dengan paman." Rowoon menunduk dan meneteskan air matanya. Perkataan Jeongwoo sukses menyakiti hatinya. Dia benar-benar murni ingin menemani sang ibu, bukan karena malas belajar. Dia sangat senang belajar dan dia juga tau posisinya.
"Baik ayah." Jeongwoo membulatkan matanya ketika tidak sengaja mendapati jejak airmata di pipi putranya.
"Rowoonie" Panggilan Jeongwoo tidak di dengar oleh anak itu, Rowoon menutup pintu ruangan ayahnya dan berlari ke arah kastil lalu mengunci pintunya. Membuat Asahi yang sedang membuat minuman di dapur mengernyitkan dahinya. Matanya menatap Mashiho.
"Tolong susul Rowoon ya. Perasaanku tidak enak" Mashiho mengangguk dan menyusul sang keponakan.
Tok tok tok
"Sayang, ini bibi Mashi. Bibi boleh masuk?"
"Bibi, Rowoon ingin sendiri boleh?" Mashiho menatap panik pintu di depannya ketika mendengar suara Rowoon yang serak, seperti habis menangis.
"Hey, buka pintunya dulu ya. Biar bibi masuk, Rowoon bisa cerita dengan bibi, hmm?"
Rowoon menghembuskan nafasnya dalam dan mencoba menetralkan suaranya.
"Tidak bi, Rowoon ingin sendiri dulu ya. Kalau ibu atau ayah bertanya, bilang saja Rowoon tidur." Mashiho merasa ada yang tidak beres. Untuk kali ini, Mashiho akan mengalah dan memberi waktu pada keponakannya untuk sendiri. Dia menuruni tangga dan menghampiri Asahi.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINO S1 (END)
WerewolfHaruto merasa dirinya memanglah seorang Beta dari keluarga Watanabe. Dia yakin seratus persen karena dia tidak mengalami heat saat umurnya genap 17 tahun hingga kini ia 19 tahun dan berada di tingkat akhir sekolah menengah atas. Namun apakah pemikir...